14 Perdagangan ikan dan produk perikanan di tingkat internasional harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip, hak dan kewajiban yang telah
ditetapkan oleh WTO dan lembaga internasional lainnya. 15 Setiap negara wajib bekerja sama untuk mencegah perselisihan di bidang
perikanan. Setiap perselisihan antar negara diselesaikan secara tepat, damai dan bersama-sama sesuai dengan perjanjian internasional atau perjanjian yang
disepakati. 16 Setiap negara wajib mengkampanyekan kegiatan perikanan bertanggung
jawab melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Negara wajib menjamin keterlibatan nelayan dalam merumuskan kebijakan dan implementasi
perikanan bertanggung jawab. 17 Setiap negara harus memastikan semua sarana dan prasarana perikanan
memperhatikan keamanan, kesehatan, dan keadilan yang sesuai standar internasional.
18 Setiap negara wajib memperhatikan nelayan skala kecil, artisanal dan subsisten dengan pertimbangan sumbangan sektor tersebut terhadap tenaga
kerja, pendapatan dan ketahanan pangan. 19 Setiap negara harus memperhatikan kegiatan budidaya perikanan.
2.2 Pendekatan Ekosistem dalam Pengelolaan Perikanan
Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan merupakan salah satu implementasi dari perikanan bertanggung jawab CCRF. Pendekatan ekosistem
dalam pengelolaan perikanan merupakan istilah yang dipakai dalam kerangka menggabungkan dua prinsip yang berbeda yaitu pengelolaan perikanan
konvensional dan pengelolaan berbasis ekosistem. Diharapkan pendekatan ini dapat mewadahi dua prinsip yang berbeda tersebut. Seperti yang telah diketahui
pengelolaan berbasis ekosistem lebih terfokus pada pengelolaan untuk kelestarian ekosistem yang ada sedangkan pengelolaan perikanan secara konvensional lebih
terfokus pada kegiatan perikanan dan sumberdaya target untuk bidang ekonomi dan kebutuhan pangan.
Tabel 1. Perbedaan Pengelolaan Perikanan Konvensional dan Berbasis Ekosistem.
Kriteria Pengelolaan Perikanan
Konvensional Pengelolaan Berbasis
ekosistem
Paradigma - Sektoral
- Terpadu secara vertikal - Terfokus pada sumberdaya
target dan masyarakat - Berbasis kawasan
- Pendekatan holistik - Lintas sektoral
- Terfokus pada ekosistem
Tata Kelola Pemer intaha
n Tujuan
- Tidak selalu transparan - Output optimal
- Kebutuhan sosial Kesehatan ekosistem
Input Penelitian - Formal dalam bentuk komisi regional
- Variabel dampak - Sistem informal
- Peran pengetahuan sangat kuat
Pengambilan Keputusan
- Top down - Peran pihak industri sangat
kuat - Adanya peran LSM
lingkungan - Lebih partisipatif
- Peran kondisi ekosistem sangat kuat
- Mengedepankan prinsip keadilan
Lembaga Regional dan
Global Utama FAO dan organisasi
regional perikanan UNEP dan konvensi
regional
Kawasan Pengelompokan kawasan
berdasarkan alokasi sumberdaya
Pengelompokan kawasan dengan pertimbangan
ekosistem yang lebih komprehensif
Para pihak dan instrumen politik
- Lebih terarah pada stakeholder perikanan
- Terbuka terhadap pihak lain
- Komponen stakeholder lebih luas dan terbuka
- Dukungan dari perikanan skala kecil dan pariwisata
sangat kuat
Instrumen Global Utama
- Konvensi Hukum laut 1982
- Kesepakatan Stok Perikanan PBB
- RAMSAR - UNCED
- Agenda 21, 1992 - CBD
- Jakarta Mandate
Indikator - Kegiatan Penangkapan
- Hasil Tangkapan - Perdagangan
- Perlindungan spesies dan habitat
- Pembatasan tingkat eksploitasi
Sumber: FAO 2003
Perbandingan diagram sistem pengelolaan perikanan konvensional dan pendekatan ekosistem pada pengelolaan perikanan disajikan pada Gambar 2.
Garcia dan Cochrane 2005 menyebutkan bahwa dalam pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan pada sub-sistem biotik perlu diperhatikan interaksi
antar spesies target dan non target serta habitatnya.
Gambar 2. Kerangka Pendekatan Ekosistem garis putus-putus warna abu-abu dan
tulisan italic pada Pengelolaan Perikanan Konvensional garis
warna hitam Garcia dan Cochrane, 2005.
Prinsip-prinsip utama dalam pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan adalah:
1 Perikanan harus dikelola untuk membatasi dampaknya terhadap ekosistem. 2 Hubungan ekologis antar spesies harus dikelola.
3 Indikator pengelolaan harus sesuai di seluruh kawasan distribusi sumberdaya. 4 Pengambilan keputusan harus mengedepankan langkah preventif, karena
tingkat pengetahuan terhadap ekosistem terbatas.
5 Pemerintah harus menjamin pendekatan ini akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesehatan ekosistem secara seimbang.
Dalam dokumen tentang implementasi pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan yang diterbitkan oleh FAO pada tahun 2003 menyebutkan
terdapat beberapa opsi yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan pendekatan ini. Opsi-opsi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengaturan secara Teknis Pengaturan secara teknis dapat dilakukan pada pengaturan alat tangkap
yang digunakan oleh nelayan. Pengaturan secara teknis ini dapat dilakukan dengan: i Pengaturan jumlah alat tangkap dan ukuran jaring, ii Pengurangan
ikan hasil tangkapan sampingan by-catch, iii Penyesuaian metode dan operasi penangkapan untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem dan spesies
yang dilindungi, dan iv Mengedepankan Precautionary approach.
2. Pengaturan Secara Spasial dan Temporal Pengaturan secara spasial merupakan pengaturan daerah tangkapan ikan.
Pengaturan secara spasial ini dapat diimplementasikan dalam bentuk pengembangan kawasan konservasi laut. Pengaturan secara temporal merupakan
pengaturan pelarangan tangkap pada waktu tertentu.
3. Pengaturan Input dan Output Pengaturan input penangkapan dapat dilakukan dengan pengendalian
kapasitas penangkapan dan usaha tangkap nelayan. Pengaturan output dapat dilakukan dengan pengendalian hasil dan jenis tangkapan. Salah satu tujuan
pengaturan ini adalah untuk menurunkan kematian akibat penangkapan fishing mortality.
4. Manipulasi Ekosistem Manipulasi ekosistem dapat dilakukan dengan mencegah degradasi
habitat, merehabilitasi habitat, pengembangan habitat buatan, dan restocking ikan.
2.3 Kawasan Konservasi Sebagai Salah Satu Alat Menjaga Stok Perikanan