Biomassa ikan Maximum sustainable yield

3.3.3 Data spasial

Data spasial yang digunakan adalah data sekunder dari Wildlife Conservation Society WCS. Data spasial yang dikumpulkan merupakan data GIS dalam bentuk shape file fitur-fitur konservasi.

3.3.4 Data kelembagaan

Pengumpulan data kelembagaan dilakukan untuk melihat kondisi kelembagaan Pemerintah Kota Sabang dalam mengimplementasikan indikator- indikator pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan. Teknik pengambilan data untuk analisis kelembagaan adalah dengan purposive sampling yaitu pengambilan contoh pada staf lembaga pemerintah yang telah ditentukan sebelumnya. Pengisian form pengukuran kelembagaan dilakukan secara diskusi terfokus bersama dengan 2 staf Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian DKPP, Badan Perencanaan Daerah BAPPEDA dan Badan Pengendalian Hidup, Kebersihan dan Pertamanan BAPEDALKEP Kota Sabang. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Persamaan panjang-berat ikan Persamaan panjang berat digunakan untuk mengestimasi berat ikan berdasarkan panjang ikan. Persamaan yang dipakai dalam penghitungan berat ikan adalah: b aL W = dimana; W : Berat estimasi ikan L : Panjang ikan a, b : Konstanta panjang – berat. Konstanta panjang berat masing-masing jenis ikan diperoleh dari fish base online pada situs www.fishbase.org Froese and Pauly, 2000.

3.4.2 Biomassa ikan

Setelah seluruh panjang ikan hasil survei visual sensus dikonversi dari panjang menjadi berat maka dihitung berat total masing-masing ikan yang ditemukan setiap transek. Total berat masing-masing ikan tiap transek tersebut tersebut dibagi luasan survei 250 m 2 untuk ikan 10 cm dan 100 m 2 untuk ikan 10cm sehingga diperoleh biomassa masing-masing jenis ikan dalam satuan kgm 2 . Biomassa ikan dalam satuan kgm 2 tersebut konversi menjadi kgha dengan dikalikan 10.000 1 ha = 10.000 m 2 .

3.4.3 Maximum sustainable yield

Penghitungan MSY didasarkan pada persamaan sebagai berikut Garcia et al., 1989 sebagai berikut: F M M B MSY − = 2 2 _ dimana; B : Biomassa rata-rata M : Kematian alamiah natural mortality F : Kematian akibat tangkapan fishing mortality. Referensi kematian alamiah masing-masing jenis ikan diperoleh dari data yang ada di fish base online pada situs www.fishbase.org Froese and Pauly, 2000. Sebaran tingkat kematian alami disajikan pada Gambar 10. Boxplot nilai M menyebar dengan nilai pemusatan 0,66 Q1=0,43 dan Q3=0,875, yang menunjukkan kurva sebaran nilai M berpusat dibagian kiri atau miring ke kanan. Kematian akibat penangkapan F dapat diperoleh dari persamaan tingkat eksploitasi: M F F E + = dimana; E : Tingkat eksploitasi F : Kematian akibat tangkapan fishing mortality M : Kematian alamiah natural mortality. Nilai E menurut Gulland 1971 dan Samoilys 1997 menyebutkan bahwa MSY pada suatu kawasan perikanan terjadi pada E = 0,5, namun Samoilys 1997 juga menyebutkan bahwa sebagian peneliti lainnya menyebutkan nilai E optimal dapat terjadi pada E mendekati 0,2. Pada penelitian ini akan disimulasikan dengan nilai E mulai dari 0,1 hingga 0,5. Penghitungan MSY dilakukan pada beberapa spesies yang memiliki pertimbangan ekologi dan pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ekologi didasarkan pada rekomendasi yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources – Redlist IUCN Redlist. Pertimbangan ekonomi didasarkan pada jenis-jenis ikan ekonomis yang ditangkap oleh nelayan Pulau Weh. M 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 Boxplot of M Gambar 7. Boxplot Tingkat Kematian Alami Ikan Karang

3.4.4 Analisis kelayakan usaha penangkapan