Sejarah Berdirinya PT KAI Commuter Jabodetabek

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Berdirinya PT KAI Commuter Jabodetabek

PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT KERETA API Persero yang dibentuk sesuai dengan Inpres No 5 tahun 2008 dan surat Menneg BUMN No. S-653 MBU2008 tanggal 12 Agustus 2008. Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para stakeholder untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi permasalahan transportasi perkotaan yang semakin kompleks. PT KAI Commuter Jabodetabek ini akhirnya resmi menjadi anak perusahaan PT Kereta Api Persero sejak tanggal 15 september 2008 yaitu sesuai dengan Akte Pendirian no. 415 Notaris Ilmiawan Dekrit, S.H. Kehadiran PT KAI Commuter Jabodetabek dalam industri jasa angkutan, merupakan proses pemikiran dan persiapan yang cukup panjang. Dimulai dengan pembentukan Divisi Angkutan Perkotaan Jabodetabek oleh induknya PT Kereta Api Persero yang memisahkan diri dari saudara tuanya PT Kereta Api Persero Daop 1 Jakarta. Setelah pemisahan ini pelayanan KRL di wilayah Jabodetabek berada di bawah PT Kereta Api Persero Divisi Angkutan Perkotaan Jabodetabek dan pelayanan KA jarak jauh yang beroperasi di wilayah Jabodetabek berada di bawah PT Kereta Api Persero Daop 1 Jakarta. PT Kereta Api Persero Divisi Angkutan Perkotaan Jabodetabek selanjutnya berubah menjadi sebuah perseroan terbatas bernama PT KRL Commuter Jabodetabek. KRL Commuter Jabodetabek ini melayani 3 tiga jenis kelas terdiri dari kelas ekonomi, ekonomi AC dan Ekspress Pakuan. Sejak 2 Juli 2011 KRL Commuter Jabodetabek menerapkan kebijakan baru, yaitu menggabungkan antara kelas ekspress AC yang semula hanya berhenti pada stasiun-stasiun tertentu dan beroperasi pada jam-jam tertentu dengan kelas ekonomi AC yang berhenti disemua stasiun kereta api dan beroperasi sepanjang hari, sedang pada kelas ekonomi secara perlahan akan dihapuskan. Sistem yang baru ini disebut Commuter Line Single Operation yang beroperasi secara terus menerus dan berhenti pada semua stasiun kereta api. Sejak diterapkannya kebijakan baru yaitu Commuter Line Single Operation pada tahun 2011, perlahan tapi pasti dilakukan sejumlah kebijakan perbaikan pelayanan. Kebijakan itu diantaranya adalah diterapkannya kebijakan electronic ticket dan tarif progresif serta revitalisasi kondisi di stasiun-stasiun kereta api supaya lebih teratur dan tertib. Electronic ticket adalah penggunaan tiket secara elektronik hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan bagi pengguna jasa commuter line supaya tidak usah antri di loket, karena elektronic ticket dapat dilakukan isi ulang dan dapat digunakan diseluruh stasiun commuter line atau multi trip. Electric ticket juga dikaitkan dengan diberlakukannya tarif progresif. Tarif progresif adalah pengenaan tarif didasarkan pada jauh dekatnya jarak perjalanan, semakin jauh yang ditempuh pelanggan maka pelanggan harus membayar tarif yang lebih mahal hal ini tidak seperti sebelumnya bahwa tarif diberlakukan sama pada semua jarak perjalanan. Tujuan diberlakukan tarif progresif adalah untuk memenuhi azas keadilan, dimana konsumen yang menempuh jarak lebih jauh juga harus membayar tarif yang lebih mahal dan sebaliknya bagi konsumen yang menempuh jarak lebih pendek juga membayar tarif yang lebih murah. Kebijakan electronic ticket dan tarif progresif mulai disosialisasikan pada bulan Mei 2013 dengan mempersiapkan electronic gate di seluruh stasiun kereta di Jabotabek dan pada bulan Juli 2013 pemberlakuan electronic ticket dan tarif progresif diberlakukan. Penghapusan dana subsidi BBM sebagian juga dialihkan untuk subsidi KRL sehingga tarif pada KRL jauh lebih murah apabila dibanding dengan tarif yang sesungguhnya. Subsidi ini dimaksudkan agar penumpang membayar lebih murah dibanding dengan membayar pada kendaraan umum jenis lain sehingga akan bisa mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh semakin membengkaknya jumlah kendaraan umum, sehingga bisa menghemat penggunaan BBM karena kendaraan umum jenis lain kebanyakan menggunakan bahan bakar dari fosil. Subsidi juga dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, dimana agar dengan kebijakan penghapusan subsidi BBM yang membuat dayabeli masyarakat turun mendapatkan perlindungan dengan membayar tarif kereta lebih murah. Subsidi pemerintah berupa Public Service Obligation PSO untuk PT Kereta Api Indonesia Persero sebesar Rp 704,7 milliar. Dari anggaran tersebut sebesar Rp 286 milliar dialokasikan untuk KRL Commuter Line Jabodetabek ber AC. Mekanisme penggunaan tarif progesif yang diikuti oleh penggunaan electronic ticket dan subsidi adalah sebagai berikut : Semula pada jarak lima stasiun awal dari lokasi penumpang naik KRL besar tarif progresif normal sebelum subsidi adalah Rp 3000,-, namun pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 1 000,- sehingga penumpang hanya membayar tarif tiket Rp 2 000,-. Setiap penambahan jarak pada tiga lokasi stasiun dikenakan tarif sebesar Rp 1 000,-, namun pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 500,- sehingga penambahan tarif yang ditanggung penumpang hanya sebesar Rp 500,-, demikian seterusnya. Daftar tarif penumpang di Stasiun KRL Commuter Line Bogor –Jakarta dengan mekanisme penggunaan tarif progresif bersubsidi pada tahun 2013 tersaji pada Tabel 5 dibawah ini : Tabel 5. Daftar tarif progresif bersubsidi di Stasiun KRL Commuter Line Bogor-Jakarta 2013 NO Nama Stasiun Tarif Rp 1. Bogor - Cilebut 2 000 2. Bogor - Bojong Gede 2 000 3. Bogor - Citayam 2 000 4. Bogor -Depok 2 000 5. Bogor - Depok Baru 2 000 6. Bogor - Pondok Cina 2 500 7. Bogor - Universitas Indonesia 2 500 8. Bogor - Universitas Pancasila 2 500 9. Bogor - Lenteng Agung 3 000 10. Bogor - Tanjung Barat 3 000 11. Bogor - Pasar Minggu 3 000 12. Bogor - Pasar Minggu Baru 3 500 13. Bogor - Duren Kalibata 3 500 14. Bogor - Cawang 3 500 15. Bogor - Tebet 4 000 16. Bogor - Manggarai 4 000 17. Bogor - Cikini 4 000 18. Bogor - Gondangdia 4 500 19. Bogor - Juanda 4 500 20.. Bogor - Mangga Besar 4 500 21. Bogor - Sawah Besar 5 000 22. Bogor - Jayakarta 5 000 23. Bogor - Kota 5 000 Sumber : PT KAI, 2013 Dari Tabel 5 tersebut terlihat bahwa jarak stasiun kereta api Bogor- Jakarta Kota dengan 23 stasiun dikenakan tarif progresif pasca subsidi sebesar Rp 5 000,- per orang dan tarif sebelum diberlakukan tarif progresif bersubsidi adalah sebesar Rp 9 000,- per orang. Sehingga tiap orang dari jarak terjauh akan mendapatkan subsidi maksimal yaitu sebesar Rp 4000,- atau sebesar 44,5 persen. Perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek tidak hanya mengenai tarif Progresif tetapi Perluasan dan Revitalisasi stasiun di seluruh Jabodetabek. Selama ini sebelum diberlakukan dan dilaksanakannya revitalisasi dan perluasan stasiun, banyak pedagang asongan berjualan di dalam stasiun sehingga di stasiun menjadi kotor dan sulit untuk diatur sehingga keamanan tidak terjamin. Setelah diberlakukan larangan bagi pedagang asongan untuk tidak berjualan di sekitar stasiun, maka stasiun – stasiun di sekitar Jabodetabek jauh lebih bersih, nyaman dan aman. Revitalisasi kondisi stasiun dilakukan dengan melakukan pembenahan keberadaan pedagang kaki lima yang ada di sekitar stasiun untuk ditata dan dibenahi serta dikelola lebih baik dan teratur. Pedagang kali lima dilarang untuk berjualan di dalam kereta, ber di dalam stasiun, namun mereka disediakan tempat tersendiri di dalam stasiun untuk berjualan. Penggunaan lahan untuk bangunan- bangunan yang ilegal milik PT KAI di sekitar stasiun-stasiun juga dibongkar dan dibenahi dimanfaatkan untuk mendukung pelayanan dan kepentingan bisnis PT KAI. Lahan yang ada di stasiun dioptimalkan manfaatnya yaitu dengan dibangunnya lahan parkir di sekitar stasiun yang lebih luas dan rapi, kios-kios usaha yang teratur dan dalam pengawasan dan pembinaan PT KAI.

4.2. Struktur Organisasi PT KAI Commuter Jabodetabek