dikeringkan dalam oven 130
o
C selama 2 jam. Setelah dingin residu beserta cawan porselin ditimbang A, dan dimasukkan dalam tanur 600
o
C selama 30 menit, lalu didinginkan dan ditimbang kembali B.
Penghitungan kadar serat kasar pada genjer: kadar serat kasar = berat endapan pada kertas saring
– berat abu x 100 berat sampel
3.3.6 Analisis vitamin C Ismail dan Fun 2003
Vitamin C
diekstraksi menurut
metode modifikasi
dari Abdulnabi et al. 1997. Sebanyak 10 gram sampel dihomogenkan dengan asam
metafosfat 0,3 M dan asam asetat 1,4 M. Campuran ditempatkan dalam gelas ukur dibungkus dengan aluminium foil dan dihomogenkan dengan orbital shacker
pada kecepatan 100 rpm selama 15 menit pada suhu ruang. Campuran tersebut kemudian disaring melalui kertas Whatman No 4 untuk mendapatkan ekstrak.
Semua sampel diekstraksi dalam tiga ulangan. Dua teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi vitamin C pada kromatogram adalah membandingkan waktu
retensi dan spiking tes dengan L-asam askorbat. Standar vitamin C dibuat dengan melarutkan 100 mg asam L-askorbat dalam asam metafosfat 0,3 M dan asam
asetat 1,4 M, larutan pada konsentrasi akhir 1 mg ml.
Ekstrak yang berisi vitamin C dapat dianalisis menggunakan HPLC. Sistem yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Fase gerak : 0,1 M potassium acetate pH 4,9, Acetonitrile-air 50:50
Kolom : reverse phase C18
Kecepatan aliran : 1,5 mlmenit
Detektor : UV visible 254 nm
Rekorder : 1 cmmenit
3.3.7 Analisis beta karoten Ismail dan Fun 2003
Beta karoten dalam sampel diekstraksi menurut metode yang dijelaskan oleh Tee et al. 1996. Sampel sebanyak 10 gram ditambahkan dengan 40 ml
etanol 99,8 dan 10 ml kalium hidroksida 100 wv, dan dihomogenisasi selama 3 menit menggunakan magnetic stirrer. Campuran selanjutnya
disaponifikasi menggunakan alat refluks dan dipanaskan menggunakan water bath selama 30 menit, selanjutnya didinginkan pada suhu ruang. Campuran
kemudian dipindahkan ke labu ukur dan ditambahkan 50 ml n-heksan hingga tanda tera. Labu ukur kemudian dikocok kuat selama beberapa detik untuk
memisahkan lapisan. Lapisan atas ekstrak heksana dipipet keluar dan lapisan berair kembali diekstraksi dua kali dengan 50 ml n-heksan. Lapisan atas ini
dikumpulkan dan dicuci dengan air suling sampai bebas alkali. Fenolftalein 1 digunakan untuk memeriksa apakah masih ada alkali atau tidak. Kehadiran alkali
memberikan indikator warna merah muda. Ekstrak kemudian disaring dengan Na
2
SO
4
untuk menghilangkan semua sisa air. Residu heksana dihapus dengan menggunakan rotary evaporator pada tekanan rendah 45 °C. Ekstrak yang
dihasilkan diencerkan sampai 10 ml dengan n-heksana. Semua sampel dilakukan di tiga ulangan. Ekstrak yang berisi beta karoten dapat dianalisis menggunakan
HPLC. Sistem yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Fase gerak : Acetonitrile:methanol:ethyl acetate 88:10:2
Kolom : reverse phase C18
Kecepatan aliran : 1.0 mlmin
Detektor : UV visible 250 nm
Rekorder : 1 cmmenit
3.3.8 Analisis mineral APHA 2005
Analisis mineral dan logam berat dilakukan untuk mengetahui profil atau komposisi mineral makro, mineral mikro dan logam berat yang terdapat pada
genjer. a. Pengujian mineral Fe, Zn, Ca, K, Mg, Cu, dan Na
Sampel yang akan diuji kadar mineralnya dilakukan pengabuan basah terlebih dahulu. Proses pengabuan basah dilakukan dengan sampel ditimbang
sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 ml. Ke dalam labu ditambahkan 5 ml HNO
3
dan dibiarkan selama 1 jam. Labu ditempatkan di atas hotplate selama ± 4 jam dan biarkan selama semalam dalam keadaan sampel
tertutup, kemudian tambahkan 0,4 ml H
2
SO
4
pekat, dipanaskan di atas hotplate sampai larutan berkurang lebih pekat. Ditambahkan 2-3 tetes campuran HClO
4
dan HNO
3
2:1, sampel tetap berada di atas hotplate karena pemanasan terus berjalan hingga terjadi perubahan warna. Setelah ada perubahan warna,
pemanasan tetap dilanjutkan 10-15 menit. Sampel dipindahkan, didinginkan dan
ditambahkan 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl pekat. Larutan contoh kemudian diencerkan menjadi 100 ml dalam labu takar. Sejumlah larutan stok standar dari
masing-masing mineral diencerkan dengan menggunakan akuades sampai konsentrasinya berada dalam kisaran kerja logam yang diinginkan.
Larutan standar, blanko dan contoh dialirkan ke dalam AAS merk Shimadzu tipe AA 680 flame emission. Kemudian diukur absorbansinya atau
tinggi puncak dari standar blanko dan contoh pada panjang gelombang dan parameter yang sesuai untuk masing-masing mineral dengan spektrofotometer.
Merk lampu katoda yang digunakan dalam analisis mineral adalah Hammamatsu, dengan panjang gelombang untuk mineral natrium adalah 589,0 nm; kalsium
dengan panjang gelombang 422,7 nm; kalium dengan 766,5 nm; magnesium dengan 285,2 nm; besi dengan 248,3 nm; seng dengan 213,9 nm; tembaga dengan
324,7 nm; dan selenium dengan panjang gelombang 196,0 nm. Pembakaran sampel dilakukan dengan campuran udara dan asetilen.
b. Pengujian fosfor Sampel diperlakukan dengan asam nitrat untuk mengubah semua
metafosfat dan pirofosfat menjadi ortofosfat. Sampel dicampurkan dengan asam molibdat dan asam vanadat sehingga ortofosfat yang ada dalam sampel akan
bereaksi dengan pereksi-pereksi tersebut dan membentuk kompleks asam vanadimolibdifosfat yang berwarna biru dan intensitas warnanya diukur dengan
panjang gelombang 660 nm. Sebanyak 20 g ammonium molibdat dilarutkan dalam 400 ml akuades
hangat untuk pembuatan pereaksi molibdat. Kemudian timbang 1 gram ammonium vanadat untuk dilarutkan dalam 300 ml akuades dan didinginkan,
secara perlahan-lahan ditambah 140 ml asam nitrat pekat, setelah tercampur ditambahkan pereaksi larutan vanadat molibdat dan diencerkan sampai volume 1
liter dengan akuades.
3.4 Rancangan Percobaan dan Analisis Data