kantong plastik agar sampel tidak mudah layu. Sampel selanjutnya dipreparasi untuk tahap selanjunya.
3.3.2 Pengukuran tanaman genjer
Pengukuran tanaman genjer dilakukan terhadap daun dan batang tanaman. Tanaman genjer yang diukur berjumlah 30 sampel. Pengukuran daun meliputi
panjang dan lebar daun serta pengukuran batang meliputi panjang dan tebal batang. Pengukuran panjang dan lebar daun, serta panjang tangkai dilakukan
dengan penggaris stainless merk kenko. Pengukuran tebal tangkai menggunakan jangka sorong merk NSK. Panjang daun diukur dari ujung daun hingga pangkal
dekat batang dengan menggunakan penggaris. Diameter daun diukur dari sisi kanan hingga kiri pada bagian tengah daun dengan menggunakan penggaris.
Panjang batang diukur dari ujung batang dekat daun hingga pangkal batang dekat akar dengan menggunakan penggaris. Ketebalan batang diukur pada bagian
tengah batang dengan menggunakan jangka sorong Lampiran 15. Setelah pengukuran selesai, genjer kemudian diprepasi untuk diambil bagian-bagian yang
biasanya dikonsumsi masyarakat. Tanaman genjer selanjutnya dibagi dalam tiga perlakuan, yaitu segar, kukus 3 menit, dan kukus 5 menit.
3.3.3 Pengukusan Tanaman Genjer
Pengukusan genjer dilakukan terhadap bagian dari tanaman genjer yang dapat dikonsumsi, yaitu daun dan batang. Proses pengukusan bertujuan untuk
menentukan perubahan yang terjadi terhadap analisis proksimat, kandungan vitamin C, beta karoten, serta mineral genjer. Proses pengukusan dilakukan pada
menit ke 3 dan 5 hingga daun terlihat agak layu tetapi warna genjer tetap hijau. Waktu pengukusan yang digunakan merupakan waktu yang biasa digunakan
masyarakat ketika mengukus. Langkah selanjutnya setelah proses pengukusan adalah analisis proksimat
kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar abu tidak larut asam, serat kasar, pengujian kandungan vitamin C, beta karoten dan mineral.
Pengukusan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan kandungan gizi genjer segar dan yang telah dikukus.
3.3.4 Analisis proksimat AOAC 2005
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk didalamnya analisis kadar
air, abu, lemak, protein dan abu larut asam.
1 Analisis kadar air AOAC 2005
Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105
o
C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator kurang lebih 15 menit dan
dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan, sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan,
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105
o
C selama 5 - 8 jam atau hingga beratnya konstan. Setelah selesai proses kemudian cawan tersebut
diletakkan pada desikator ± 30 menit dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang kembali.
Perhitungan kadar air : Kadar air = B
– C x 100 B
– A Keterangan : A = Berat cawan kosong gram
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel gram C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan gram
2 Analisis kadar abu AOAC 2005
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam
cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600
o
C sampai pengabuan sempurna, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang
konstan. Kadar abu ditentukan dengan rumus:
Kadar abu = C – A x 100
B – A
Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong gram B = Berat cawan dengan sampel gram
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan gram
3 Analisis kadar abu tidak larut asam menurut SNI-2354.1-2010 SNI 2010
Abu bekas pengukuran kadar abu total dilarutkan dengan penambahan 25 ml HCl 10, didihkan selama 5 menit, saring larutan dengan kertas saring bebas
abu dan cuci dengan air suling sampai bebas klorida. Selanjutnya keringkan kertas saring dalam oven, setelah dikeringkan kertas saring dimasukkan di dalam cawan
porselin yang sudah diketahui berat tetapnya kemudian abukan dalam tanur listrik pada suhu 600
⁰C. Setelah dilakukan pengabuan sampel didinginkan di dalam desikator dan kemudian ditimbang beratnya dan diukur kadar abu tidak larut asam
dengan rumus: Kadar serat kasar = C
– A x 100 Berat sampel
Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong gram C = Berat cawan dengan sampel abu tak larut asam gram
4 Analisis kadar protein AOAC 2005
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram;
kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml; lalu ditambahkan 0,25 gram selenium dan 3 ml H
2
SO
4
pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410
o
C sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan 50 ml
akuades dan 20 ml NaOH 40; kemudian dilakukan proses destilasi. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml
asam borat H
3
BO
3
2 dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 200 ml maka
proses destilasi dihentikan, lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko
dianalisis seperti contoh. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N = ml HCL – ml blanko x N HCL x fp x 14,007 x 100
mg berat sampel
Kadar protein = N x faktor konversi Faktor Konversi
= 6,25
5 Analisis kadar lemak AOAC 2005
Sampel seberat 5 gram W
1
dimasukkan ke dalam kertas saring dan selanjutnya dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah
dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya W
2
dan disambungkan dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak.
Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet, lalu dipanaskan pada suhu 40 ºC dengan menggunakan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang
ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan
sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan W
3
. Perhitungan kadar lemak:
Kadar lemak = W3 – W2 x 100
W3 Keterangan : W
1
= Berat sampel gram W
2
= Berat labu lemak kosong gram W
3
= Berat labu lemak dengan lemak gram
3.3.5 Analisis kadar serat kasar SNI 01-2891-1992