dan Bersih Good Governance and Clean Government. Penulisan dan penganalisaan mempedomani teori-teori menurut Ilmu Hukum Administrasi
Negara, dikaitkan dengan aspek normatif dari berbagai ketentuan peraturan perundangan dengan judul : Efektivitas Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Sumatera Utara Suatu Kajian Dalam Perspektif Hukum Administrasi
Negara.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana kebijakan publik dibidang perpajakan? 2.
Bagaimana peraturan tentang Pajak Kenderaan Motor dan Biaya Balik Nama Kenderaan Motor?
3. Bagaimana pelayanan pajak dan Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor
pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui kebijakan publik dibidang perpajakan. 2.
Untuk mengetahui peraturan tentang Pajak Kenderaan Motor dan Biaya Balik Nama Kenderaan Motor
4. Untuk mengetahui pelayanan pajak dan Bea Balik Nama Kenderaan
Bermotor pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan Hukum
Administrasi Negara di Bidang Tata Pemerintahan Daerah pada umumnya, serta Hukum PerpajakanPajak Daerah pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan sebagai kontribusi sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kinerja SKPD serta
kualitas kerja aparat pemerintahan daerah dalam memberikan pelayanan publiknya kepada wajib pajakmasyarakat.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Sekolah Pascasarjana,
maka penelitian dengan judul “Efektivitas Pelayanan Pajak Kenderaan Bermotor dan Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor Pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara,
belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Dengan demikian keaslian penulisan tesis ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
F. Tinjauan Pustaka
1. Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah yang melekat dalam keberadaan pemerintah daerah, juga sangat berkaitan dengan desentralisasi. Baik pemerintahan daerah,
desentralisasi maupun otonomi daerah, adalah bagian dari suatu kebijakan dan praktek penyelenggaraan pemerintahan, tujuannya adalah demi terwujudnya
kehidupan masyarakat yang tertib, maju dan sejahtera, setiap orang bias hidup tenang, nyaman, wajar oleh karena memperoleh kemudahan dalam segala hal di
bidang pelayanan masyarakat.
5
Oleh karena itu keperluan otonomi di tingkat lokal pada hakekatnya adalah untuk memperkecil intevensi pemerintah pusat kepada daerah. Dalam Negara
Kesatuan unitarisme otonomi daerah itu diberikan oleh pemerintah pusat central government, sedangkan pemerintah daerah hanya menerima penyerahan
dari pemerintah pusat.
6
Berbeda halnya dengan otonomi daerah di Negara federal, dimana otonomi daerah sudah melekat pada negara-negara bagian.
Secara normatif, penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pihak lain pemerintah daerah untuk dilaksanakan disebut dengan desentralisasi.
Desentralisasi sebagai suatu system yang dipakai dalam system pemerintahan merupakan kebalikan sentralisasi. Dalam system sentralisasi, kewenangan
5
Parjoko, Filosofi Otonomi Daerah Dikaitkan dengan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Nomor 25 Tahun 1999, makalah, Makalah Falsafah Sains Pps 720
Program PascasarjanaS3 Institut Pertanian Bogor, Februari, 2002, hal. 1.
6
Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka SInar Harapan, Jakarta, Cetakan 1, Juli, 1999.
Universitas Sumatera Utara
pemerintah baik di pusat maupun di daerah, dipusatkan dalam tangan pemerintahan pusat.
7
Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang menganut prinsip pemencaran kekuasaan secara vertikal, membagi kewenangan kepada
pemerintah daerah bawahan dalam bentuk penyerahan kewenangan. Penerapan prinsip ini melahirkan model pemerintahan daerah yang menghendaki adanya
otonomi dalam penyelenggaraannya. Dalam sistem ini, kekuasaan negara terbagi antara pemerintah pusat di satu pihak dan pemerintah daerah di lain pihak.
Penerapan pembagian kekuasaan dalam rangka penyerahan kewenangan otonomi daerah, antara negara yang satu dengan negara yang lain tidak sama, termasuk
Indonesia yang menganut negara kesatuan.
8
Philip Mawhood menyatakan desentralisasi adalah pembagian dari sebagian kekuasaan pemerintah oleh kelompok yang berkuasa di pusat terhadap
kelompok-kelompok lain yang masing-masing memiliki otorisasi dalam wilayah tertentu suatu negara.
9
Sementara itu, B.C. Smith mendefenisikan desentralisasi sebagai proses melakukan pendekatan kepada pemerintah daerah yang mensyaratkan terdapatnya
pendelagasian kekuasaan power kepada pemerintah bawahan dan pembagian
7
Soetijo, Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PT Rineka Ripta, Jakarta, 1990.
8
Bambang Yudoyono, makalah Telaah Kritis Implementasi UU No. 221999, Upaya Mencegah Desintegrasi Bangsa, disampaikan pada seminar dalam rangka kongres ISMAHI di
Bengkulu, 22 Mei 2000.
9
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan kepada daerah. Pemerintah pusat diisyaratkan untuk menyerahkan kekuasaan kepada Pemerintah Daerah sebagai wujud pelaksanaan desentralisasi.
10
Tujuan desentralisasi secara umum oleh Smith dibedakan atas 2 dua tujuan utama, yakni tujuan politik dan ekonomis. Secara politis, tujuan
desentralisasi antara lain untuk memperkuat pemerintah daerah, untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan politik para penyelenggara
pemerintah dan masyarakat, dan untuk mempertahankan integritas nasional. Sedangkan secara ekonomi, tujuan desentralisasi, antara lain adalah untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan public good and service, serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan
ekonomi di daerah.
11
D. Juliantara, dkk memberikan pengertian desentralisasi dengan merujuk pada asal katanya, bahwa istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin, de artinya
lepas dan centrum artinya pusat.
12
Lebih jauh ia menyebutkan desentralisasi yang dimaknai dalam konteks yang lebih luas, bahwa konstek negara-negara demokrasi
modern, kekuasaan politik diperoleh melalui pemilihan umum yang diselenggarakan secara regular dan serentak di setiap daerah untuk memberikan
legitimasi terhadap tugas dan wewenang lembaga-lembaga politik di tingkat nasional dan juga di tingkat local sendiri. Dengan kata lain, kekuasaan pemerintah
daerahlah yang memintah dan menarik kembali sebagian kewenangan yang telah
10
Ibid.
11
Syarif Hidayat editor, Kegamangan Otonomi Daerah? Pustaka Quantum, Jakarta, 2004.
12
D. Juliantara, dkk. Desentralisasi Kerakyatan, Gagasan da Praksis, Pondok Edukasi, Bantul, 2006.
Universitas Sumatera Utara
diberikan kepada pemerintah pusat, bukan karena kebaikan hati pemerintah pusat.
13
Desentralisasi akan melahirkan otonomi daerah dan bahkan kadangkala sulit untuk membedakan pengertian diantara keduanya secara terpisah.
“Desentralisasi dan otonomi daerah bagaikan dua sisi mata uang yang saling memberi makna satu sama lainnya. Lebih spesifik, ungkin tidak berlebihan ila
dikatakan ada atau tidaknya otonomi daerah sangat ditentukan oleh beberapa jauh wewenang yang telah didesentralisasikan oleh Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah. Itulah sebabnya, dalam studi Pemerintahan Daerah, para analis sering menggunakan istilah desentralisasi dan otonomi daerah secara bersamaan,
interchange”. Adanya otonomi daerah dalam negara, dilatarbelakangi oleh pengalaman
masa lalu dimana keberadaan negara hanya dianggap sebagai instrument oleh kaum kapitalis. Kondisi ini kemudian melahirkan konsep Marxis tentang
Instrumental State. Demikian halnya paham Sosialis yang menghendaki adanya otonomi dari pengaruh partai politik partai komunis yang cenderung
mengintervensikan kehidupan negara. Dalam hubungan ini negara menginginkan otonomi untuk memperkecil dan bahkan menghilangkan pengaruh-pengaruh
ataupun intervensi kaum-kaum kapitalis dan sosialis. Berbeda halnya dengan pemberian otonomi dengan pemerintah lokal, yaitu untuk memperbesar
kewenangan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
14
13
Ibid.
14
Sarundajang, op cit.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, keperluan otonomi di tingkat local pada hakikatnya adalah untuk memperkecil intervensi pemerintah pusat kepada daerah. Dalam negara
kesatuan unitarisme otonomi daerah itu diberikan oleh pemerintah pusat central government, sedangkan pemerintah daerah hanya menerima penyerahan dari
pemerintah pusat. Berbeda halnya dengan otonomi daerah di negara federal, di mana otonomi daerah sudah melekat pada negara-negara bagian.
Reuter, mengemukakan, desentralisasi adalah sebagian pengakuan atas penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih tinggi kepada badan-
badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan pengaturan dalam
pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi. Dalam hal itu Rondineli, mengatakn bahwa desentralisasi dari arti luas mencakup setiap penyerahan
kewenangan dari pemerintah pusat baik kepada daerah maupun kepada pejabat pemerintah pusat yang ditugaskan di daerah.
15
Koeswara, mengemukakan, bahwa pengertian desentralisasi pada dasarnya mempunyai makan bahwa melalui proses desentralisasi urusan-urusan
pemerintahan yang semua termasuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat, sebagian diserahkan kepada badanlembaga pemerintahan di daerah.
16
Prakarsa untuk menemukan prioritas, memilih alternatif dan mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan daerahnya, baik dalam hal menentukan
15
Oentara Sm, dkk, Menggagas Format Otonomi Daerah Masa Depan, Samitra Media Utama, Jakarta, 2004.
16
Koeswara, Prospek Pengembangan desentralisasi dan Otonomi Daerah dengan Titik Berat pada Daerah Tingkat II, Badan Pendidikan dan Latihan Departemen Dalam Negeri, 1996.
Universitas Sumatera Utara
kebijaksanaan, perencanaan, maupun pelaksanaan sepenuhnya diserahkan kepada daerah.
Lebih dalam lagi, bila kita cermati prinsip-prinsip hukum dalam pengelolaan masalah-masalah bangsa nation affairs ke depan governance
dikatakan baik good atau sound apabila sumber daya dan masalah-masalah publik dikelola secara efektif dan efisien serta aspiratif yang didasarkan kepada
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat serta rule of law. Pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi dan administrasi dalam
mengelola masalah-masalah layanan tersebut perlu memperhatikan prinsip-prinsip hukum pengelolaan sumber daya yang dimiliki, seperti prinsip good governance,
subsidiarity, equity, privaty use, prier appropriation first in time, first in right, sustainable development, good sustainable development govermance dan
participatory development. Kemampuan pemerintah provinsi dalam menjalankan urusan otonomi
daerahnya di bidang perpajakan including termasuk di dalamnya pemberian pelayanan publik yang baik terhadap wajib pajak sektor tertentu jelas akan
menjadi ukuran tingkat kemampuan yang realistas bagi suatu pemerintah provinsi tersebut. Artinya bila pemerintah provinsi ternyata tidak mampu mengelola
kewenangan dan administrasi pengelolaannya dengan baik, maka pemerintah pusat memiliki otoritas penuh untuk menarik kembali penyerahanpemberian
kewenangan untuk mengelola urusan seperti kewenangan mengelolamemungut pajak daerah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat memahami bahwa salah satu tujuan otonomi yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin
baik. Untuk itu dengan desentralisasi diharapkan daerah akan memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem sentralistik. Pelayanan
pemerintah dengan sistem sentralistik. Pelayanan pemerintah di era otonomi, diharapkan akan lebih baik dan aspiratif, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sasaran dari kemandirian daerah adalah agar daerah dapat mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Kertergantungan daerah terhadap pusat dalam pengambilan berbagai keputusan publik diminimalkan. Diharapkan keputusan
publik yang dibuat oleh daerah bagi kepentingan masyarakatnya akan lebih cermat, lebih tepat dan lebih cepat atau dengan kata lain pelayanan akan lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
17
Kemandirian daerah ini adalah dimaksudkan untuk tujuan pemberian pelayanan yang efisien, partisipatif dan akhirnya peningkatan daya saing daerah.
Keputusan publik yang cermat, tepat dan cepat itu adalah merupakan cerminan dari efisiensi pelayanan. Pendirian sebuah sekolah dikatakan efisien bila daya
tampungnya terpenuhi. Keputusan pembuatan jalan raya efisien bila jalan tersebut bermanfaat oleh masyarakat yang ada di sekitarnya. Begitu juga halnya dengan
pendirian rumah sakit pada lokasi tertentu. Dalam rangka itu reposisi daerah hendaknya dipahami sebgai upaya
mengaktualisasikan berbagai potensi dan aspirasi masyarakat daerah, sehingga
17
Syahruddin dan Werry Darta Taifur, Peranan DPRD untuk Mencapai Tujuan Desentralisasi dan Perspektif tentang Pelaksanaan Desentralisasi, Laporan penelitian Iris
Indonesia dan Pusat Studi Kependudukan UNAND Padang, Tahun 2002, hal. 28.
Universitas Sumatera Utara
rakyat di daerah dapat mengekspresikan kepentingan dan kehendaknya. Untuk itu pemerintah daerah perlu menyusun kerangka kerja yang memungkinkan
terserapnya berbagai potensi dan aspirasi rakyat terutama prinsip pelayanan. Mengingat tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga
sistem ketertiban di dalam masyarakat, sehingga bisa menjalani kehidupannya secara wajar. Pemerintah diadakan tidaklah untuk melayani dirinya sendiri tetapi
juga untuk melayani masyarakat,
18
dalam mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama.
Untuk mencapai pelaksanaan pelayanan umum tersebut dibutuhkan oaparatur yang berkualitas, memiliki kemampuan dalam melayani, memenuhi
kebutuhan, menanggapi keluhan masyarakat secara memuaskan, sesuai dengan ekspektasi harapan mereka melalui kebijaksanaan, perangkat hukum yang
berfungsi sebagai acuan dalam pengendalian, pengaturan agar kekuatan sosial dan aktivitas masyarakat tidak membahayakan negara dan bangsa.
Teori pemerintahan modern mengajarkan bahwa untuk mewujudkan good governance perlu dijalankan desentralisasi pemerintahan.
19
Dengan desentralisasi pemerintahan maka pemerintahan akan semakin dekat dengan rakyat. Asumsinya
pemerintahan yang dekat denagn rakyat, maka pelayanan yang diberikan menjadi lebih cepat, hemat, murah, responsif, inovatif, akomodatif dan produktif. Ryaas
Rasyid mengatakan ”the closer givernment, the better it service”.
20
Dalam desentralisasi terkandung makna otonomi dan demokratisasi. Dua kata tersebut
18
Ryaas Rasyid, Makna Pemerintahan : Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan, PT. Yarsif Watampone, Jakarta, 1997.
19
Baca David Osborne dan Ted Gaebler, Reinventing Government, 1993, hal. 250 dst.
20
M. Ryaas Rasyid, Desentralisasi dalam Rangka Menunjang Pembangunan Daerah, dalam Administrasi Pembangunan Indonesia, LP3ES, 1998, hal. 140.
Universitas Sumatera Utara
yakni otonomi dan demokrasi tidak mungkin dipisahkan, ia iUtara dua sisi mata uang yang satu dan yang lain saling memberi nilai. Otonomi tanpa demokratisasi
merupakan suatu keniscayaan
21
dan sebaliknya demokratisasi tanpa otonomi adalah kebohongan. Dalam sejarah otonomi di Indonesia sejak kemerdekaan
memang sarat dengan kebohongan. Yuridis formal dalam undang-undang pemerintahan daerah otonomi diakui, tetapi dalam implementasinya terjadi
pemasungan-pemasungan melalui filter-filter yuridis peraturan pelaksanaan undang-undang tersebut, akibatnya kemandirian dan otoaktivitas daerah menjadi
tersumbat. Hal itulah yang kemudian melahirkan resistensi daerah terhadap pusat yang sangat menguras energi menyelesaikannya. Adanya otonomi kebijakan
otonomi khusus bagi Propinsi Aceh dan Irian Jaya memang lahir di tengah derasnya tuntutan disintegrasi. Hal itu jika pusat menyadari secara filosofis dan
sosiologis otonomi yang dibangun bikan linear atau simetris tetapi suatu asymmetric decentralization.
22
2. Pelayanan Umum
Pelayanan pemerintahan daerah merupakan tugas dan fungsi utama pemerintah daerah. Hal ini berkaitan dengan fungsi dan tugas pemerintahan secara
umum, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat, maka pemerintah akan dapat
mewujudkan tujuan negara yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat.
21
Yuslim, Titik Berat Otonomi pada Daerah Tingkat II, Tesis, Pascasarjana Unpad, 1997. Kasus Pemilihan Gubernur Riau tanggal 2 September 1985 di mana Ismail Suko yang memperoleh
dukungan DPRD dengan 19 suara, sementara H. Imam Munandar yang memperoleh dukungan 17 suara, karena kuatnya arus sentralisasi Ismail Siko menyatakan mundur dari pencalonan Gubernur
setelah diminta menghadap Ketua Golkar, waktu itu Wakil Presiden Sudarmono.
22
Kebijakan otonomi yang uniformitas tidak sesuai dengan esensi kebhinekaan di Indonesia, dan juga tidak sesuai dengan ajaran rumah tangga riil.
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan kepada masyarakat tersebut terintegrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
23
Pelayanan publik berhubungan dengan pelayanan yang masuk kategori sektor publik, bukan sektor privat. Pelayanan
tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMNBUMD. Ketiga komponen yang menangani sektor publik tersebut menyediakan layanan
publik, seperti kesehatan, pendidikan, keamanan, dan ketertiban, bantuan sosial dan penyiaran.
24
Dengan demikian yang dimaksud pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh negaradaerah dan perusahaan milik negara kepada
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah baik pusat maupun daerah mempunyai tiga fungsi utama : 1 memberikan pelayanan service baik pelayanan perorangan maupun pelayanan
publikkhalayak, 2 melakukan pembangunan fasilitas ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi development for economic growth, dan 3
memberikan perlindungan protective masyarakat.
25
Sebagai fungsi public services, pemerintah wajib memberikan pelayanan publik secara perorangan
maupun khalayakpublik. Pelayanan untuk orang perorangan misalnya pemberian KTP, SIM, IMB, Sertifikat tanah, paspor, surat izin dan keterangan. Pelayanan
publik misalnya pembuatan lapangan sepakbola, taman kota, hutan lindung, trotoar, waduk, taman nasional, panti anak yatimjompocacatmiskin, tempat
23
Hanif Nurcholish, Teori dan Pratek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Grasindo, 2005, hal. 175.
24
Ibid, hal. 176.
25
Ibid, hal. 178.
Universitas Sumatera Utara
pedagang kaki lima dan lain-lain.
26
Oleh karena itu pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan perorangan dengan biaya murah, cepat dan baik, harus
mendapatkan pelayanan yang sama. Disamping itu juga harus diperlakukan oleh petugas dengan sikap yang sopan dan ramah. Semua orang tanpa kecuali baik
kaya, miskin, pejabat, orang biasa, orang desa atau kota, harus diperlakukan sama. Tidak boleh dibeda-bedakan baik dengan sikap, biaya maupun waktu
penyelesaian. Pelayanan pemerintah daerah kepada khalayak juga harus adil dan merata. Pemerintah Daerah tidak boleh menganakemaskan atau menganaktirikan
kelompok masyarakat tertentu, sehingga yang satu diberi lebih dan yang lain diberi sedikit.
27
Dengan demikian pelayanan publik oleh pemerintah daerah harus dapat memuaskan publik. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah bisa diukur dengan indikator-indikator : mudah, murah, cepat, tidak berbelit, petugasnya murah senyum, petugasnya membantu
jika ada kesulitan, adil dan merata serta memuaskan.
a. Kualitas Pelayanan
Vincent Gesperz, mengemukakan bahwa kualitas pelayanan, meliputi dimensi-dimensi berikut :
28
i. Ketaatan waktu pelayanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu
proses ii.
Akurasi pelayanan, berkaitan dengan keakuratan pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.
26
Ibid.
27
Ibid, hal. 182.
28
Ditjen Pemerintahan Umum, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
iii. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, berkaitan
dengan prilaku orang-orang yang berintegrasi langsung kepada pelanggan eksternal.
iv. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan
keluhan pelanggan eksternal masyarakat. v.
Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani dan fasilitas pendukung.
vi. Kenyamanan mendapat pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan
tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan petunjuk panduan lainnya.
vii. Atribut pendukung lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang
tunggu, fasilitas musik, AC, dan lain-lain. Vincent Gesperz juga mengemukakan manajemen perbaikan kualitas yang
dikenal dengan konsep Vincent. Konsep ini terdiri dari strategi perbaikan kualitas yaitu :
viii.Visionary transformation tranformasi misi ix.Infrastructure infrastruktur
x.Need for Improvement kebutuhan untuk perbaikan xi.Customer Focus Fokus Pelanggan
xii.Empowerment Pemberdayaan xiii.NewViews of Quality pandangan baru tentang kualitas
xiv.Top Management Komitmen manajemen puncak
Universitas Sumatera Utara
b. Prinsip Good Governance
Word Bank maupun UNDP mengembangkan istilah baru yaitu ”governace” sebagai pendamping kata ”government”. Istilah tersebut sekarang
sedang sangat populer digunakan dikalangan akademisi maupun masyarakat luas. Kata ”governace” kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dalam
berbagai kata. Ada yang menterjemahkan menjadi ”tata pemerintahan”, ada pula yang menterjemahkan menjadi ”kepemerintahan”.
29
Perubahan penggunaan istilah dengan pengertiannya akan mengubah secara mendasar pratek-pratek penyelenggaraan pemerintahan di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Perubahannya akan mencakup tiga dimensi yaitu dimensi struktural, dimensi fungsional serta dimensi kultural. Perubahan struktural
menyangkut struktur hubungan antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah, struktur hubungan antara eksekutif dan legislatif maupun struktur
hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Perubahan fungsional menyangkut perubahan fungsi-fungsi yang dijalankan pemerintah pusat,
pemerintah daerah maupun masyarakat. Sedangkan perubahan kultural menyangkut perubahan pada tata nilai dan budaya-budaya yang melandasi
hubungan kerja intraorganisasi, antarorganisasi maupun eksraorganisasi.
30
United Nation Development Programe UNDP, memberikan batasan pada kata governance sebagai “pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan
administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa”. Governance dikatakan baik good atau sound apabila sumber daya publik dan masalah-masalah publik
29
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Alqprint Jatinangor, Bandung, hal. 27.
30
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dikelola secara efektif dan efisien, yang merupakan respon terhadap kebutuhan masyarakat. Tentu saja pengelolaan yang efektif dan efisien dan responsive
terhadap kebutuhan rakyat menuntut iklim demokrasi dalam pemerintahan, pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan masalah-masalah publik yang
didasarkan pada keterlibatan masyarakat, akuntabilitas, serta transparan. Governance berarti pelaksanaan pemerintahan. Ini berarti good
governance adalah pemerintahan yang baik lembaga, sedangkan good governance adalah pelaksanaan pemerintahan yang baik penyelenggaraannya.
Clean government mengandung arti pemerintahan yang bersih lembaga, sedangkan Clean government berarti pelaksanaan pemerintahan yang bersih.
Baik buruknya suatu pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance sebagaimana tersebut di
bawah ini.
31
Partisipasi Participation Sebagai pemilik kedaulatan rakyat, setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mengambil bagian dalam bernegara,
berpemerintahan serta bermasyarakat. Partisipasi tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun melalui institusi intermediasi seperti DPRD, LSM dan lain
sebagainya. Partisipasi rakyat warga negara dilakukan tidak hanya pada tahapan implementasi, tetapi secara menyeluruh mulai dari tahapan penyusunan kebijakan,
pelaksanaan, evaluasi serta pemanfaatan hasil-hasilnya. Syarat utama warga
31
Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Alqaprint Jatinangor, Bandung, hal. 27, lihat juga dalam Agung Hendarto, nazar Suhendar eds, Good
government dan Penguatan Institusi Daerah, Masyarakat Transparansi Indonesia MTI, 2002, hal 2-3.
Universitas Sumatera Utara
negara disebut transparansi dalam kegiatan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan, yaitu :
a. Ada rasa kesukarelaan tanpa paksaan
b. Ada keterlibatan secara emosional
c. Memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari
keterlibatannya. Penegakan Hukum Rule of Law. Good governance dilaksanakan dalam
rangka demokratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu syarat kehidupan demokratisasi adalah adanya penegakan hukum yang adil dan
dilaksanakan tanpa pandang bulu. Tanpa penegakan hukum yang tegas, tidak akan tercipta kehidupan yang demokratis, melainkan anarki. Tanpa penegakan hukum,
orang secara bebas berupaya mencapai tujuannya sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang lain, termasuk menghalalkan segala cara. Oleh karena itu,
langkah awal penciptaan good governance adalah membangu sistem hukum yang sehat, baik perangkat lunak software, perangkat keras hardware maupun
sumber daya manusia yang menjalankan sistemnya human ware. Transparansi Transparancy. Salah satu karakteristik good governance
adalah keterbukaan. Karakteristik ini sesuai dengan semangat zaman yang serba terbuka akibat adanya revolusi informasi. Keterbukaan tersebut mencakup semua
aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan publik mulai dari proses pengambilan keputusan, penggunaan dana-dana publik sampai pada tahap
evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Daya Tanggap Responsiveness.Sebagai konsekwensi logis dari keterbukaan, maka setiap komponen yang terlibat dalam proses pembangunan
good governance perlu memiliki daya tanggap terhadap keinginan maupun keluhan para pemegang saham satake holder. Upaya peningkatan daya tanggap
tersebut terutama ditujukan pada sektor publik yang selama ini cendrung tertutup, arogan serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan oleh sektor publik, secara periodik perlu dilakukan survey tingkat kepuasan konsumen custumer satisfaction.
Berorientasi pada Konsenseus Consensus Orientation. Kegiatan bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat pada dasarnya adalah kreatifitas
politik, yang berisi dua hal utama yaitu konflik dan konsensus. Di dalam good governance, pengambilan keputusan maupun pemecahan masalah bersama lebih
diutamakan berdasarkan konsensus, yang dilanjutkan dengan kesedian untuk konsisten melaksanakan konsensus yang telah diputuskan bersama. Konsensus
bagi bangsa Indonesia sebenarnya bukanlah hal baru, karena nilai dasar kita dalam memecahkan persoalan bangsa adalah melalui “musyawarah”.
Keadilan Equity. Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan. Akan tetapi
karena kemampuan masing-masing warga negara berbeda-beda, maka sektor publik perlu memainkan peranan agar kesejahteraan dan keadilan dapat berjalan
seiring sejalan. Keefektifan dan Efisiensi Effectiveness and Efficiency. Agar mampu
berkompetisi secara sehat dalam percaturan dunia, kegiatan domain dalam
Universitas Sumatera Utara
governance perlu mengutamakan efektivitas dan efisiensi dalam setiap kegiatan. Tekanan perlunya efektivitas dan efisiensi terutama ditujukan pada sektor publik
karena sektor ini menjalankan aktivitasnya secara monopolistik. Tanpa adanya kompetensi tidak akan tercapai efisiensi.
Akuntabilitas Accountability. Setiap aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan publik perlu mempertanggungjawabkan kepada publik. Tanggung
gugat dan tanggung jawab tidak hanya diberikan kepada atasan saja melainkan juga pada para pemegang saham stake holder, yakni masyarakat luas. Secara
teoritis, akuntabilitas itu sendiri dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu sebagai berikut :
a. Akuntabilitas Organisasional administratif.
b. Akuntabilitas legal
c. Akuntabilitas politik
d. Akuntabilitas professional
e. Akuntabilitas moral
Visi Strategis Strategic Vision. Dalam era yang berubah secara dinamis seperti sekarang ini, setiap domain dalam good governance perlu memiliki visi
yang strategis. Tanpa adanya visi semacam itu, maka suatu bangsa dan negara akan mengalami ketertinggalan. Visi itu sendiri dapat dibedakan antara visi jangka
panjang long term vision antara 20 sampai 25 tahun satu generasi serta visi jangka pendek short term vision sekitar 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
F Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan empiris menurut penelitian hukum sosiologis untuk mengetahui efektivitas dan dampak hukum dari
adanya kebijaksanaan publik pelayanan di bidang perpajakan. Yang diukur dari standar waktu dan biaya berdasarkan Standar Pelayanan Minimal SPM. Dalam
hal ini secara normatif apakah telah berhasil atau gagal menciptakan kinerja pencapaian target penerimaan pemungutan pajak kendaraan bermotor dan bea
balik nama kendaraan bermotor secara bersamaan yang ditilik dari aspek kepatuhan wajib pajak kesadaran hukum masyarakat dan pemahaman aparat
perpajakan dalam memberikan pelayanan saat mengemban tugasnya sehari-hari. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang diperdapat saat
survey deskriptif, yang disampaikan dalam bentuk deskripsi kualitatif.
2. Metode dan Alat Pengumpulan bahan hukum.
Teknik pengumpulan data yang digunakan tergantung kepada data dan sumber data yang dibutuhkan, antara lain adalah :
1 Dokumentasi; untuk mengumpulkan data primer dan sekunder, penulis
menganalisa dokumen-dokumen dalam bentuk tulisan. Data yang dikumpulkan antara lain tentang APBD, Pendapatan Asli Daerah,
Hukum Pajak Daerah, data kepegawaian, data statistik berupa PDRB, laporan-laparan dan lain-lain yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2 Observasi; untuk memperoteh informasi serta gambaran empirik
tentang data-data yang diperlukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek penelitian.
3 Wawancara; adalah percakapan langsung dengan maksud untuk
memperkuat data sekunder yang diperlukan dalam penelitian. Percakapan itu dilakukan aleh dua pihak yaitu pewawancara
interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai responden.
Tehnik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka open interview dengan maksud agar
responden tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud wawancara tersebut. Untuk itu instrumen
penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara indepth interview yang merupakan penuntun bagi peneliti dalam
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bagi
responden untuk menyampaikan pendapatnya. 4
Untuk melengkapi sumber data primer dalam penelitian ini, juga ditetapkan para fungsionaris pejabat terkait yang berkompeten
mengambil kebijakan terhadap kinerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara dan UPTD Samsat Medan yakni pejabat
yang menempati tingkatan top management, middle management, dan lower rrranagement serta staf serta para penentu kebijakan
Universitas Sumatera Utara
pada Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan Jajaran Polda Sumatera Utara.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden
wajib pajak dan petugas pajak serta pejabat yang berwenang terkait. Untuk melengkapi data yang diperoleh secara langsung dari responden tersebut, data
juga diperoleh dari beberapa informan tertentu, yaitu orang-orang yang relevan dianggap mengetahui masalah objek penelitian dengan melakukan wawancara.
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku referensi dan data yang ada di Dispenda Provinsi Sumatera Utara, Ditlantas Polda Sumatera
Utara, PT. Jasa Raharja Persero Cabang Sumatera Utara dan Kantor Bersama Samsat Sumatera Utara di Medan. Data yang diperoleh antara lain yang berkaitan
dengan situasi dan Kondisi Samsat, seperti sumber daya yang tersedia, meliputi manusia kualitas dan kuantitas dan prasarana serta wajib pajak yang dilayani.
Selain itu, Data Sekunder ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari :
1. Bahan Hukum Primer, antara lain :
a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah; b.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
c. Instruktur Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintahan.
Universitas Sumatera Utara
d. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan Mutu
Pelayanan Aparatur Pemerintahan Kepada Masyarakat. e.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63KEP M.PAN2003 tentang Pedoman Umum Penyeleng-
garaan Pelayanan Publik. f.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. h.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara : Kep25M.PAN22004 tentang Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
i. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Kep26M.PAN22004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
j. Surat Keputusan Bersama Menteri Pertahanan
KeamananPanglima ABRI, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor PoIKEP13XII1976, Nomor
KEP.1693MKTU121976 dan Nomor 311 Tahun 1976, tentang Peningkatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah Tingkat I,
Komando Daerah Kepolisian dan Aparat Departemen Keuangan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta
Universitas Sumatera Utara
peningkatan Pendapatan Daerah khususrya mengenai Pajak Kendaraan Bermotor;
k. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; l.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;
m. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan;
n. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1973 tentang Pembentukan
Dinas Pendapatan Daerah; o.
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 22 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas UPTD Provinsi Sumatera Utara; p.
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 57 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik di
lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. q.
Surat Keputusan Bersama Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah
Propinsi Sumatera Utara dan Kepala Cabang Jasa Raharja Persero Sumatera Utara Nomor : B24I2006DITLANTAS per
Nomor: 973043 PAJAK-2006 Nomor: P1SPP2006, tanggal 24 Januari 2006, tentang Standar Pelayanan Minimal Penerbit
STNK, Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor PKB , Bea
Universitas Sumatera Utara
Balik Nama Kendaraan Bermtor BBNKB , dan Sumbangan Wajib dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan SWDKLLJ . Pada
Kantor Bersama SAMSAT Di Sumatera Utara. r.
Surat Edaran Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 065181Dipenda-2006, 28 Februari Tahun 2006
tentang Standar Pelayanan Minimal ”Penerbitan Naskah Dinas dalam bentuk surat yang berkaitan dengan Pelayanan Umum yang
diberikan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
s. Produk hukum yang berlaku dan relevan lainnya.
2. Bahan Hukum Sekunder
Dihimpun melalui kegiatan penelitian dengan memanfaatkan media cetak dan elektronik berupa buku-buku, tesis, majalah, surat kabar,
internet dan sebagainya. 3.
Bahan Hukum Tertier Yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum
sekunder, seperti ensiklopedi, kamus, dan lain-lain 3.
Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan
secara kualitatif. Setelah data primer terkumpul, dilakukan pengelompokan data dan pengeditan guna mengidentifikasi data yang relevan dengan pokok
permasalahan penelitian. Setelah itu data dianalisis. Analisis data dimaksudkan adalah untuk menyederhana-kan data agar
menjadi informasi yang dapat digunakan dalam menjelaskan permasalahan
Universitas Sumatera Utara
penelitian. Pada tahap ini analisis data dilakukan setelah semua informasi dianggap cukup memadai oleh peneliti. Langkah yang dilakukan untuk
menganalisi data yaitu melakukan penyederhanaan informasi yang diperoleh dengan memilah-milah informasi berdasarkan kategori yang telah disiapkan
dalam blanko tanggapan dan daftar wawancara dengan menggunakan aturan positif yang ada dan teori-teori maupun pendapat yang disinggung dalam tinjauan
pustaka, sehingga dapat ditafsirkan untuk merumuskan kesimpulan penelitian.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian
Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II
KEBIJAKAN PUBLIK DIBIDANG PERPAJAKAN Pada bab ini akan membahas tentang Pengertian Kebijakan Publik,
Perumusan Kebijakan dan Analisis Publik, Negara Pelayanan dan Pelayanan Umum dan Perencanaan sebagai Subsistem Manajemen
BAB III PERATURAN DAERAH TENTANG PKB DAN BBN-KB
Pada bab ini akan membahas mengenai Efektivitas Pajak Daerah, Kebijaksanaan Nasional Untuk Efektivitas Pelayanan dan
Implementasi Standar Pelayanan Minimal SPM serta Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 1 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PELAYANAN PAJAK DAN BEA BALIK NAMA KENDERAAN BERMOTOR PADA DINAS PENDAPATAN
DAERAH KOTA MEDAN Akan membahas tentang Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota
Medan dan Efektivitas Pelayanan Pajak Kenderaan Bermotor, Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor serta Hambatan yang timbul
dalam Pemungutan PKB dan Bea Balik Nama serta Upaya mengatasi hambatan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah kesimpulan dari permasalahan dan saran dalam menyelesaikan permasalahan
Universitas Sumatera Utara
41
BAB II KEBIJAKAN PUBLIK DIBIDANG PERPAJAKAN
E. Pengertian Kebijakan Publik
Beberapa definisi kebijakan publik menurut para ahli antara lain : Thomas R Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk
menentukan langkah untuk “berbuat”atau “tidak berbuat” to do or not to do. Define Thomas ini kata Said zanal Abidin adalah hasil gabungan dari definsi yang
dibuat David Easton, Lasswell dan Kaplean dan dari Carl Fredich
32
Carl J. Friedrich menyatakan kebijakan adalah serangkain konsep tindakan yang diusulkan oleh seorang atau sekelompok orang atau pemerintah dalam satu
lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan peluang terhadap pelaksanaan usulan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
33
Carl Friedrich merinci apa-apa yang pokok dalam suatu kebijakan yaitu adanya :
1. Tujuan goal
2. Sasaran objectives
3. Kehandak purpose
Amara Raksasataya, kebijakan adalah suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Ada tiga unsur dalam mencapai suatu
tujuan :
32
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, hal 20-21
33
Ibid, hal 20-21
Universitas Sumatera Utara