Efektivitas Pajak Daerah Kebijaksanaan Nasional Untuk Efektivitas Pelayanan

49

BAB III PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK KENDERAAN DAN

BEA BALIK NAMA KENDERAAN BERMOTOR

E. Efektivitas Pajak Daerah

Dalam membahas efektivitas pajak daerah terhadap penerimaan daerah, penulis menguraikan kemampuan daerah dalam pemungutan pajak daerah, khususnya penerimaan daerah yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor PKB dan Bea Balik Nama BBN. Untuk menjelaskan efektivitas pemungutan pajak daerah ini, kemampuan untuk merealisasikan target yang telah ditetapkan di awal tahun anggaran berjalan dengan realisasi pemungutan yang dilakukan pada tahun bersangkutan. Kemampuan daerah dalam memajukan perekonomian daerahnya terlihat dari perkembangan Pendapatan Asli Daerah PAD yang positif disisi penerimaan dan peranannya dari tahun ketahun yang semakin meningkat. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber utama keuangan daerah untuk membiayai biaya administrasi umum dan biaya operasi pemeliharaan disamping penerimaan lainnya berupa bagi hasil pajakbukan pajak, bantuan pembangunan serta pinjaman daerah. Keuangan daerah merupakan salah satu faktor terpenting dalam menganalisa potensi dan kebutuhan daerah. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Sumatera Barat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan rata-rata 32,69 pertahun, akan tetapi persentase pertumbuhannya berfluktuatif. Universitas Sumatera Utara

F. Kebijaksanaan Nasional Untuk Efektivitas Pelayanan

Dalam rangka penyelenggaraan peningkatan Pelayanan Publik 44 peran pemerintah sebagai konsekuensi logis dari adanya kepentingan publik, maka pemerintah secara nasional telah menetapkan kebijakan yang mengarah pada kepuasan masyarakat terhadap pelayanan public yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara menerbitkan berbagai landasan peraturan perundang-undangan, pedoman, dan surat edaran dibidang pelayanan publik antara lain : Keputusan Men PAN Nomor : 63lKEPM.PAN72003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Keputusan Men PAN Nomor KEP25M.PAN22004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat pada Unit PelayananInstansi Pemerintah dan KEP26 M.PAN22004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang optimal menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pelayanan publik harus memperoleh perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh, karena merupakan tugas dan fungsi yang melekat pada setiap aparatur pemerintah. Tingkat kualitas kinerja pelayanan publik memiliki implikasi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan, terutama untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu upaya penyempurnaan pelayanan publik harus dilakukan secara 44 Komisi Hukum Indonesia, Hasil Penelitian Normatif Sistem Penyelenggaraan Pelayanan Publik Indonesia, 2006, hal. 19-35. Universitas Sumatera Utara terus menerus, berkelanjutan dan dilaksanakan oleh jajaran aparatur pemerintah daerah. 45 Menurut Progo Nurdjaman ada 8 prinsip-prinsip Pokok Pelayanan Publik sebagai berikut : a. Kesederhanaan Prinsip kesederhanaan ini mengandung arti bahwa prosedurtata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan. b. Kejelasan dan kepastian Prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai : 1 Prosedur tatacara pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administrative; 2 Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan; 3 Rincian biayatarif pelayanan dan tata cara pembayarannya; 4 Jadwal waktu penyelesaian pelayanan. c. Keamanan Prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan, kenyamanan dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. 45 Progo Nurdjaman., Penyelenggaran Pemarintahan Umum, Jakarta; Departemen Dalam Negeri RI., 2004. ha1. 33 Universitas Sumatera Utara d. Keterbukaan Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedurtatacara, persyaratan satuan kerjapejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biayatariff serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. e. Efisiensi Prinsip ini mengandung arti : Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal- hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan. Mencegah adanya pengulangan pernenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan memper-syaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerjainstansi pemerintah lain yang terkait. f. Ekonomis Prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan : 1 Nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran; 2 Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar; 3 Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara g. Keadilan yang Merata Prinsip ini mengandung arti cakupanjangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat, h. Ketepatan Waktu Prinsip ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan.

G. Implementasi Standar Pelayanan Minimal SPM

Dokumen yang terkait

Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara

5 111 72

Dasar Penetapan Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Kabanjahe.

2 76 52

Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kantor Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Tebing Tinggi.

1 81 52

Pelaksanaan Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Pada Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Bawah Satu Atap (SAMSAT) Kabanjahe

0 66 58

Pelaksanaan Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Sidikalang

1 48 63

Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada Kantor Samsat Pematang Siantar

12 125 58

Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara

4 84 71

Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( Bbn-Kb ) Di Kantor Bersama Satuan Administrasi Manunggal Satu Atap ( Samsat ) Medan Utara

4 71 140

BAB II KEBIJAKAN PUBLIK DIBIDANG PERPAJAKAN E. Pengertian Kebijakan Publik - Efektivitas Pelayanan Pajak Kenderaan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 0 8

Efektivitas Pelayanan Pajak Kenderaan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara

0 0 33