Kesehatan reproduksi remaja dan jender

32 Ilene S Speizer, Lisa Whittle and Marion Carter. Gender relations and reproductive decision

making in Honduras. In : International Family Planning Perspectives, Vol. 31, number 3 ; 2005.

33 Kusnandi Rusmil. Hubungan antara karakteristik pasien dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan di Instalasi Rawat Jalan. Tesis Magister Manajemen. Bandung 2004.

(treatment) yang akan diperolehnya, yang pada gilirannya akan berdampak kepada status kesehatan seorang perempuan.

Kondisi kehidupan dan kesehatan manusia memang telah mengalami berbagai kemajuan baik dinegara berkembang maupun yang sedang berkembang dengan tingkat harapan hidup perempuan secara konsisten lebih tinggi daripada laki-laki. Walaupun begitu, bila hal ini dikaitkan dengan definisi sehat yang paripurna, yaitu sehat mental, emosional, dan sosial, maka bukan berarti secara otomatis seorang perempuan lebih sehat daripada laki-laki.

Kondisi lain yang dialami perempuan yang tidak termasuk kondisi sehat adalah masalah kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dikebanyakan negara berkembang, perempuan yang mengalami unwanted pregnancy, tidak mendapat pelayanan yang berkualitas. Hal tersebut juga terjadi pada perempuan yang tidak subur (mandul). Dalam keadaan demikian, perempuan tersebut akan menderita secara sendirian, serta cenderung menyimpannya sendiri. Dia tidak akan mau, tidak berani, atau bahkan tidak boleh menceritakannya kepada orang lain. Perempuan tersebut cenderung menerimanya, karena dianggap merupakan takdir dan bagian dari kondisi biologisnya dan atau malahan sebagai bagian dari keperempuanannya yang memang harus diterima. Sikap seperti inilah sebenarnya, yang menyebabkan tidak selalu mudah untuk memakai ukuran kuantitatif sebagai indikator kesehatan

perempuan (misalnya dengn cara menggunakan indikator angka harapan hidup). Kehamilan akan dihayati secara khas, tetapi sekaligus menjadi beban spesifik bagi seorang perempuan. Contoh dari hal ini adalah, bila seorang perempuan melahirkan anak yang tidak sehat, baik karena faktor genetik maupun sebab lain, maka beban penyakit akan ditanggung terutama oleh perempuan (misalnya dengn cara menggunakan indikator angka harapan hidup). Kehamilan akan dihayati secara khas, tetapi sekaligus menjadi beban spesifik bagi seorang perempuan. Contoh dari hal ini adalah, bila seorang perempuan melahirkan anak yang tidak sehat, baik karena faktor genetik maupun sebab lain, maka beban penyakit akan ditanggung terutama oleh

Disisi lain, seorang laki-laki, sesuai dengan nilai sosial yang berlaku, lebih berani memilih pola perilaku yang membawa risiko bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, misalnya minum alkohol, menunjukkan kejantanannya secara agresif, dan melakukan kekerasan atau pelecehan seksual. Akibat pilihan pola ini, maka hal tersebut sering menjadi penyebab dari penyakit seorang laki-laki. Lain halnya dengan perempuan. Beban penyakit sering terkait dengan sistem dan fungsi reproduksi yang dipunyainya serta harapan masyarakat terhadap dirinya dalam jender untuk menjalankan fungsinya sebagai pengasuh kebutuhan orang lain.

Dari uraian-uraian tersebut diatas, sangat jelas bahwa kesehatan perempuan tidak selalu berkaitan dengan tidak adanya penyakit. Bila seorang perempuan mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki,lalu pada pemeriksaan tekanan darahnya normal, dan bayi yang dikandungnya secara biofisik juga sehat, maka hal ini tidak harus berarti bahwa perempuan tersebut sehat secara emosional dan sosial. Adalah tugas dan kewajiban masyarakat (termasuk dokter) untuk tidak memandang perempuan itu sebagai rahim, tetapi merupakan perempuan yang mempunyai rahim dengan berbagai konsekuensi positif dan negatif bagi kesehatannya, karena rahim yang dimilikinya tidak selalu dikuasai oleh dirinya sendiri.

Dalam siklus kehidupan, seorang manusia akan melalui suatu periode yang disebut remaja. Masa transisi remaja menjadi dewasa merupakan proses yang universal yang secara perorangan, daerah, negara dan kebudayaan mempunyai variasi yang berbeda bahkan bisa besar. Titik tolak transisi ini, baik untuk Dalam siklus kehidupan, seorang manusia akan melalui suatu periode yang disebut remaja. Masa transisi remaja menjadi dewasa merupakan proses yang universal yang secara perorangan, daerah, negara dan kebudayaan mempunyai variasi yang berbeda bahkan bisa besar. Titik tolak transisi ini, baik untuk

Pubertas merupakan proses fisik pematangan seksual termasuk pertumbuhan karakteristik seksual sekunder seperti payudara pada anak perempuan dan tumbuhnya rambut pubis (kemaluan) anak perempuan dan laki- laki. Secara umum pada masa pubertas, laki-laki mulai memproduksi sperma dan mengalami ejakulasi pertama, sedangkan perempuan akan mendapatkan menstruasi pertama (menarche), serta mulai mengalami ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur). Masa pubertas ini akan terjadi secara bertahap dalam beberapa tahun. Sebagai tambahan, selama periode transisi ini, untuk menjadi matang (mature) secara fisiologis, seorang remaja akan mengalami perubahan kognitif dan psikologis. Ketergantungan terhadap orangtua akanmenjadi berkurang dan mereka akan lebih lebih terlibat dalam kelompoknya. Remaja mulai membentuk identitas pribadi dan mengembangkan kapasitas lebih lanjut untuk hubungan interpersonal. Selama masa ini, remaja akan berubah dari ketergantungan sosial, finansial dan relatif menjadi lebih mandiri.

Kesehatan Reproduksi merupakan isu kritis remaja. Istilah Kesehatan Remaja meliputi kesehatan dan kesejahteraan seorang perempuan dan laki-laki dalam keterkaitannya dengan masalah seksual, kehamilan, persalinan dan berbagai kondisi terkait seperti penyakit dan kesakitan. Karena luasnya masalah, maka pembahasan ini secara khusus hanya akan membahas isu kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan kehamilan dan Penyakit Menular Seksual (PMS). Hal ini difokuskan oleh penulis, karena ditinjau dari sudut aspek medis, psikologis, risiko dan atau konsekuensi sosial dari aktivitas seksual dan Kesehatan Reproduksi merupakan isu kritis remaja. Istilah Kesehatan Remaja meliputi kesehatan dan kesejahteraan seorang perempuan dan laki-laki dalam keterkaitannya dengan masalah seksual, kehamilan, persalinan dan berbagai kondisi terkait seperti penyakit dan kesakitan. Karena luasnya masalah, maka pembahasan ini secara khusus hanya akan membahas isu kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan kehamilan dan Penyakit Menular Seksual (PMS). Hal ini difokuskan oleh penulis, karena ditinjau dari sudut aspek medis, psikologis, risiko dan atau konsekuensi sosial dari aktivitas seksual dan

Data diseluruh dunia, memperlihatkan bahwa lebih dari satu diantara 4 orang berada pada usia antara 10 dan 24 tahun. Pada usia ini anak berkembang menjadi dewasa secara fisik, kognitif, emosional,moral, sosial dan ekonomi. Adalah fakta bahwa remaja merupakan sumber daya yang potensial untuk masa depan dengan energi yang segar, banyak berbagai ide dan harapan-harapan. Oleh karena itu,agar potensi yang besar ini dapat tercapai maksimal, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Data yang ada juga memperlihatkan bahwa angka aktivitas seksual remaja yang tidak terlindungi adalah cukup tinggi. Tentu hal ini sangat berisiko karena hal terkait dengan kejadian kehamilan dini yang tidak diinginkan, PMS termasuk HIV/AIDS dan aborsi tidak aman (aborsi yang dilakukan bukan oleh tenaga profesional). Dalam hal lain, remaja khususnya yang perempuan, sering berhadapan dengan kejahatan seksual dan eksploitasi. Risiko yang ditanggungnya ini dapat menyebabkan konsekuensi masalah medis, psikologis,

sosial dan ekonomi yang serius. 34 Untuk menggambarkan masa transisi remaja ke dewasa, terdapat

perbedaan kata, definisi, usia dan karakteristik yang digunakan. Untuk remaja dengan umur antara 10-19 tahun, WHO menggunakan kata ‘adolesen’, sedangkan untuk yang berusia antara 10-24 tahun digunakan istilah dewasa

muda (WHO) 35 .

34 Global reproductive health forum : research library: Gender, biology and technology : information.

Http://www.haph.harvard.edu/organizations/health net/jender/info.html.

35 WHO.Considerations for formulating reproductive health laws (tanpa tahun).

Di Amerika,US Agency for International Development menggunakan istilah dewasa muda untuk masa transisi dari anak-anak ke dewasa, tanpa adanya usia tertentu yang spesifik. Istilah “teenagers” (usia belasan) biasanya digunakan untuk remaja berumur antara 13-19 tahun. Dalam banyak konteks, berdasarkan

rentang usia, tidak ada istilah formal yang dipergunakan untuk remaja (WHO) 36 Pemberian informasi kepada remaja berumur antara 10-24 tahun tentunya

sangat tergantung kepada kultur yang ada, pernikahan, pendidikan dan berbagai faktor lainnya. Informasi tentang pendidikan seks, dapat diberikan pada rentang usia yang lebih awal, misalnya diberikan pada anak umur sekitar 10 tahun, sedangkan masalah kontrasepsi diberikan kepada remaja yang lebih tua. 37

Walaupun usia atau umur merupakan salah satu cara untuk membuat definisi remaja pada suatu populasi, tetapi hal tersebut bukan merupakan hal yang terpenting dalam mempertimbangkan "kesehatan reproduksi" yang dibutuhkan remaja. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah status pernikahan, norma jender, riwayat hubungan seksual, remaja putus sekolah, memiliki anak atau aborsi pada usia muda, status ekonomi, tempat tinggal (di desa atau di kota), tekanan kelompok, suhu politik dan kultur yang berlaku setempat.

Status menikah pada seorang remaja merupakan karakteristik biologis yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi. Status perkawinan seorang

36 WHO. Ibid halaman 30.

37 Saparinah Sadli.Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Hak Asasi Manusia.Didalam : Djamhoer Martaadisoebrata, Sulaiman Sastrawinata, Abdul Bari Saifuddin, Eds.

Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2005.

remaja memerlukan penjelasan yang lebih mendalam dan akurat tentang tubuh atau badan mereka, masalah seksual, komunikasi relasi, kontrasepsi, kehamilan dan isu-isu lainnya.

Selain itu, status perkawinan akan mempengaruhi diberikannya informasi kesehatan reproduksi kepada seorang remaja, termasuk juga informasi tentang suatu pusat pelayanan kesehatan. Remaja yang sudah menikah, tentunya harus memiliki akses terhadap suatu pelayanan kesehatan reproduksi yang sama dengan orang dewasa yang menikah. Walaupun begitu,adalah suatu kenyataan bahwa pada remaja yang sudah melakukan hubungan seks tetapi belum

menikah, akan lebih sering menghadapi hambatan ketimbang yang sudah

menikah. Kebutuhan informasi kontrasepsipun berbeda. Seorang remaja yang tidak menikah, tentunya akan berusaha mencari informasi tentang kontrasepsi untuk menghindari kehamilan, sementara yang sudah menikah, justru sebaliknya, karena mereka ingin tahu kemampuannya untuk mempunyai keturunan. Dalam hal ini, remajapun mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang status perkawinan, penjelasan yang lebih mendalam dan akurat tentang tubuh atau badan mereka, masalah seksual, komunikasi relasi, kontrasepsi, kehamilan dan isu-isu lainnya, termasuk dimana adanya pusat pelayanan kesehatan reproduksi. Hak mendapatkan informasi ini tercantum dalam International Conference on Population and Development (ICPD) yang diadakan di Kairo Pada tahun 1994, pada definisi dan etika hak reproduksi sebagai berikut :

Hak-hak reproduksi berlandaskan pada pengakuan terhadap hak asasi pasangan atau individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab menetapkan jumlah, jarak dan waktu kelahiran anaknya dan hak untuk memperoleh informasi serta cara untuk melakukan hal tersebut, dan hak untuk mencapai standar kesehatan reproduksi dan seksual setinggi mungkin

( UNFPA, 1996) 38 .