Hak Reproduksi Remaja Perempuan Berdasarkan Hukum Kesehatan

A. Hak Reproduksi Remaja Perempuan Berdasarkan Hukum Kesehatan

1. Remaja. Untuk menggambarkan masa transisi remaja ke dewasa, terdapat perbedaan kata, definisi, usia dan karakteristik yang digunakan. Untuk remaja berumur antara 10-9 tahun,WHO menggunakan kata adolescence, sedangkan untuk yang berusia antara 10 -24 tahun digunakan istilah dewasa muda.

Di Amerika,US Agency for International Development menggunakan istilah dewasa muda untuk masa transisi dari anak-anak ke dewasa, tanpa adanya usia tertentu yang spesifik. Istilah “teenagers” (usia belasan) biasanya digunakan untuk remaja berumur antara 13-19 tahun. Dalam banyak konteks, berdasarkan rentang usia, tidak ada istilah formal yang dipergunakan untuk remaja. Untuk selanjutnya, yang dimaksud dengan remaja adalah anak yang berada pada usia diantara 10 – 19 tahun.

Remaja jumlahnya cukup besar dan merupakan bagian dari populasi yang sedang berkembang pesat. Lebih dari setengah populasi didunia adalah penduduk yang berumur kurang dari 25 tahun. Empat dari lima remaja yang sedang berkembang tersebut berada dinegara berkembang. Remaja, selain jumlahnya yang besar, mereka merupakan kelompok generasi harapan bangsa, dan masa remaja adalah suatu masa yang labil, sehingga remaja tumbuh dengan berbagai permasalahannya sendiri.

Pada usia ini anak berkembang menjadi dewasa secara fisik, kognitif, emosional, moral, sosial dan ekonomi. Adalah fakta bahwa remaja merupakan Pada usia ini anak berkembang menjadi dewasa secara fisik, kognitif, emosional, moral, sosial dan ekonomi. Adalah fakta bahwa remaja merupakan

Secara umum, masa kehidupan remaja merupakan periode yang sehat. Tetapi dibanding orang dewasa, banyak remaja yang kurang mendapatkan informasi, kurang berpengalaman, kurang dapat mengakses pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Ketika kelompok remaja ini mencoba mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan tersebut, bukan tidak mungkin kelompok ini akan mendapat kesulitan bahkan sikap permusuhan dari orang dewasa, yang pada gilirannya akan meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual (PMS), HIV, unwanted pregnancy, dan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan remaja, sehingga akan mempengaruhi juga masa depan kelompok remaja ini. Selain itu, ketidak setaraan jender, akan membatasi kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.

Permasalahan kesehatan reproduksi remaja, di satu negara akan berbeda dengan negara lainnya. Pada umunya permasalah yang timbul dari kelompok remaja ini adalah pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yang rendah, akses pada Informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas, mereka terpapar secara gencar oleh berbagai informasi yang menyesatkan, serta adanya status kesehatan reproduksi yang kurang baik, yang pada gilirannya akan berdampak dalam jangka panjang, dan akan merusak masa depan remaja itu sendiri.

2. Kesehatan reproduksi bagi remaja Dalam rangka menumbuhkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab dari kelompok remaja ini, maka perlu diberikan informasi tentang kesehatan, pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai, apalagi bila 2. Kesehatan reproduksi bagi remaja Dalam rangka menumbuhkan sikap dan perilaku yang bertanggung jawab dari kelompok remaja ini, maka perlu diberikan informasi tentang kesehatan, pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai, apalagi bila

Dalam kehidupannya, remaja terlalu memfokuskan pada keadaan saat ini, dan cenderung tidak mempunyai perencanaan kedepan dan berantisipasi dalam konsekuensi jangka panjang terhadap pilihan mereka. Banyak remaja yang tidak menikah berpikir bahwa kontrasepsi atau keluarga berencana adalah praktik seperti apa yang dilakukan oleh pasangan yang menikah. Mereka tidak berpikir bahwa sebagai "keluarga yang direncanakan". Tidak jarang mereka mengalami kesulitan dan hambatan dalam mendiskusikan kontrasepsi.

Sebagain besar remajajuga tidak berpikir bahwa mereka berada pada tingkat yang berisiko. Remaja menganggap dirinya kebal terhadap konsekuensi suatu aktivitas seksual seperti terjadi kehamilan dan bahaya PMS. Selain itu,

karena kurangnya informasi, seorang remaja tidak yakin dengan metode kontrasepsi yang akan dipilihnya, padahal disisi lain ada kebutuhan untuk penggunaan kontrasepsi, tetapi mereka malu untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan.

Terbatasnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pelayanan dan informasi yang tidak memadai tentang kesehatan reproduksi remaja, keluarga berencana, konseling masalah seksual, dan penjelasan tentang penyakit menular seksual, merupakan indikasi bahwa kualitas pelayanan kesehatan reproduksi masih terbatas. Oleh karena itu, seharusnya masalah kualitas pelayanan menjadi isu mendasar dari pelayanan kesehatan reproduksi Terbatasnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan pelayanan dan informasi yang tidak memadai tentang kesehatan reproduksi remaja, keluarga berencana, konseling masalah seksual, dan penjelasan tentang penyakit menular seksual, merupakan indikasi bahwa kualitas pelayanan kesehatan reproduksi masih terbatas. Oleh karena itu, seharusnya masalah kualitas pelayanan menjadi isu mendasar dari pelayanan kesehatan reproduksi

a. Remaja membutuhkan kebebasan dan informasi yang memadai dalam memilih kontrasepsi.

b. Adanya ketersediaan untuk memberikan informasi yang obyektif dan seimbang tentang kontrasepsi.

c. Penolakan adaanya insentif dan disinsentif yang menjamin pasien (klien) atau penyedia dalam menekankan jenis metoda kontrasepsi tertentu.

d. Tersedianya infrastruktur yang memadai pada pusat pelayanan kesehatan reproduksi, yang memadai dan memungkinkan mekanisme penggunaan kontrasepsi dengan aman.