Pertunjukan Campursari

4.6. Pertunjukan Campursari

4.6.1. Persiapan di Panggung

Setelah selesai acara temu manten, maka acara dilanjutkan dengan makan bersama. Pada saat makan bersama inilah, para pemusik tiba dilokasi pesta. Setelah tiba, para pemusik langsung naik ke atas panggung untuk mempersiapkan alat musik masing-masing. Disini jelas terlihat sikap profesional dari para pemain musik. Tanpa disuruh, masing-masing mempersiapkan kebutuhan alat musik yang akan dimainkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar yang diambil oleh penulis sebagai berikut:

Gambar 29 (proses persiapan keyboard dan bass)

Di gambar ini terlihat pemain keyboard yaitu bapak Yono dan pemain bass yaitu bang Ucok mengatur sound dari alat musik masing-masing. Mereka bekerja sama dengan soundman untuk menghasilkan nada-nada yang terbaik. Dalam proses pwesiapan ini, penulis melihat bahwa pemain keyboard membutuhkan waktu yang lumayan lama dalam mendapatkan setingan suara yang baik untuk alat musik keyboard.

Gambar 30 (persiapan pemain demung dan kendang)

Pemain Kendang dan pemain Demung lagi mengatur sound dan letak posisi dari alat musiknya. Dalam gambar ini terlihat pemain kendang memukul untuk mencari nada yang terbaik untuk diseting oleh soundman. Sedangkan dalam gambar Pemain Kendang dan pemain Demung lagi mengatur sound dan letak posisi dari alat musiknya. Dalam gambar ini terlihat pemain kendang memukul untuk mencari nada yang terbaik untuk diseting oleh soundman. Sedangkan dalam gambar

Gambar 31 ( persiapan pemain gitar elektrik)

Demikian juga dengan pemain gitar yang mencoba memainkan cuplikan lagu dengan iringan saron dan drum. Pada proses persiapan ini, nada yang betul baik diperlukan. Gitar elektrik memegang peranan penting dalam membawakan melodi dari masing-masing lagu yang akan dimainkan. Jika sound yang dihasilkan tidak baik, maka nada yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Gambar 32 (Bapak Sunardi memberikan pengarahan)

Pada gambar ini jelas terlihat bahwa bapak Sunardi mengarahkan para pemain dalam mensetting alatnya masing-masing. Terlihat ada keakraban diantara bapak Sunardi dengan anggota yang lain. Ketika penulis bertanya kepada para pemain musik, mereka mengatakan bahwa bapak Sunardi mengganggap mereka seperti anak dan saudara jadi tidak ada sekat pemisah, sehingga mereka merasa nyaman dan bebas dalam bermain musik. Pada keterangan gambar ini, adalah saat dimana sebelum acara berlangsung. Ini adalah persiapan terakhir sebelum pertunjukan dimulai.

4.6.2. Pertunjukan Musik

Pertunjukan dibuka dengan kata sambutan atau selamat datang dari protokol, kali ini dibawakan oleh Mas Anto. Mengucapkan selamat berbahagia kepada para pengantin, semoga menjadi rumah tangga yang berbahagia. Dan juga mengucapkan selamat datang kepada para undangan yang telah hadir, dimana pada saat ini grup Krido Laras akan menghibur semua undangan dengan membawakan tembang Jawa dan juga lagu-lagu lainnya dengan musik Campursari. Disini jelas terlihat bahwa Mas Anto dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan penonton, dimana dapat membuat guyonan dan lawakan sehingga suasan menjadi akrab diantar semua yang hadir.

Acara selanjutnya adalah memainkan sebuah lagu yang diberi judul Ngidam Sari. Lagu ini berdurasi kurang lebih dari enam menit. Dimana karakteristik dari lagu yang dimainkan adalah bertempo cepat. Dimana diawal lagu melodi pembuka dimainkan secara bersama-sama antara keyboard, gitar dan gamelan. Sesudah itu baru penyanyi membawakan syair dari lagu ngidam sari. Sedangkan drum, kendang adalah pembawa ritem. Pada lagu ini jelas terlihat, melodi lagu di isi secara bergantian antara alat musik saron, demung dan keyboard.

Sesudah selesai dari lagu yang pertama dilanjutkan dengan lagu yang kedua, yang juga dibawakan oleh Mas Anto. Lagunya berjudul Uyung. Dimana durasi waktunya adalah kurang lebih dari lima menit.. Pada lagu yang kedua ini penulis melihat bahwa ciri-cirinya pertama bertempo lambat, baru berubah tempo menjadi bertempo sedang. Hal ini terus terjadi disepanjang lagu. Alat musik keyboard Sesudah selesai dari lagu yang pertama dilanjutkan dengan lagu yang kedua, yang juga dibawakan oleh Mas Anto. Lagunya berjudul Uyung. Dimana durasi waktunya adalah kurang lebih dari lima menit.. Pada lagu yang kedua ini penulis melihat bahwa ciri-cirinya pertama bertempo lambat, baru berubah tempo menjadi bertempo sedang. Hal ini terus terjadi disepanjang lagu. Alat musik keyboard

Gambar 33 ( Pembawa acara: Mas Anto sedang bernyanyi)

Sesudah itu, maka pembawa acara kembali mengajak penonton terlibat ke dalam acara dengan cara mengajak berbincang-bincang. Hal ini dilakukan untuk memberi waktu kepada para pemusik untuk mengambil nafas dan mengatur lagu apa yang akan dimainkan selanjutnya. Sesudah dilihat oleh pembawa acara bahwa para penusik sudah siap untuk acara selanjutnya maka Mas Anto memperkenalkan penyanyi wanita yang akan membawakan lagu selanjutnya.

Kemudian tampil seorang penyanyi wanita yang bernama Netty, yang mengucapkan selamat datang kepada semua undangan yang hadir. Sama seperti Kemudian tampil seorang penyanyi wanita yang bernama Netty, yang mengucapkan selamat datang kepada semua undangan yang hadir. Sama seperti

Sesudah itu penyanyi memberi aba-aba kepada para pemain musik. Pada lagu Caping gunung yang dibawakannya, alat musik saron dan demung dan juga keyboard membawa melodi pembuka. Lagu Caping Gunung terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama bertempo sedang,sesudah itu baru dipertengahan lagu bertempo cepat sehingga membuat penonton bersemangat. Penulis mengamati bahwa seluruh penonton yang hadir melihat dengan rasa yang tertarik, tetapi masih duduk dengan tenang, karena pertunjukan yang diadakan pada saat jam makan siang.

Pada saat ini, sudah mulai ada permintaan untuk memainkan lagu-lagu yang dikehendaki oleh penonton. Hal ini disaksikan sendiri oleh penulis yang berada disamping panggung. Bahkan penulis dianggap bagian dari anggota Krido Laras, ketika kepada penulis disodorkan kertas lagu permintaan. Kemudian penulis mengatakan bahwa penulis tidak termasuk anggota dari Krido Laras, sehingga lagu permintaan diteruskan kepada pembawa acara.

Sesudah selesai dari lagu Caping Gunung dilanjutkan dengan lagu yang lain. Penyanyi wanita memberi jeda sejenak agar pemusik dapat mengatur alat musiknya. Lagu yang dibawakan selanjutnya bukan berasal dari kebudayaan Jawa tapi dari daerah Batak Toba, yaitu lagu Ho Do Borukki. Pada lagu ini, musik pembuka diisi oleh keyboard dan diikuti oleh penyanyi. Disini terbukti ucapan dari bapak Sunardi bahwa semua lagu dapat dijadikan musik Campursari. Penulis melihat ada nuansa yang berbeda ketika lagu dari daerah lain dibawakan dengan alat musik Sesudah selesai dari lagu Caping Gunung dilanjutkan dengan lagu yang lain. Penyanyi wanita memberi jeda sejenak agar pemusik dapat mengatur alat musiknya. Lagu yang dibawakan selanjutnya bukan berasal dari kebudayaan Jawa tapi dari daerah Batak Toba, yaitu lagu Ho Do Borukki. Pada lagu ini, musik pembuka diisi oleh keyboard dan diikuti oleh penyanyi. Disini terbukti ucapan dari bapak Sunardi bahwa semua lagu dapat dijadikan musik Campursari. Penulis melihat ada nuansa yang berbeda ketika lagu dari daerah lain dibawakan dengan alat musik

Gambar 34 (penyanyi Netty sedang menghibur penonton)

Ketika lagu tengah berlangsung, ada kejadian yang menarik yang dilihat oleh penulis. Pada saat pertunjukan, alat musik kendang yang dimainkan oleh bapak

Sunardi mengalami kerusakan. Tapi tidak menimbulkan kejadian yang dapat m,erusak lagu. Bahkan penulis melihat bahwa ditengah-tengah lagu berlangsung, bapak Sunardi memeperbaiki kendang, dengan cara mengikat ulang dan memperketat ikatan dari kendang Jaipong yang kendor. Para pemusik dapat mengisi bagian yang seharusnya milik kendang sehingga tidak terjadi kekosongan. Disini rebana dan drum mengambil peranan untuk menutupi ritem yang kosong yang seharusnya diisi oleh kendang jaipong. Kejadian menarik ini sempat penulis abadikan yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 35 (Memperbaiki kendang jaipong ketika pertunjukan sedang berlangsung)

Sesudah itu penyanyi Netty menyerahkan acara selanjutnya kepada pembawa acara. Dimana sesudah itu pembawa acara menyerahkan lagu selanjtnya dibawakan oleh penyanyi wanita ke dua. Sesudah itu penyanyi wanita ke dua yaitu Ely Suprita memberikan juga kata-kata sambutan sama seperti penyanyi yang terdahulu. Selanjutnya Ely menyanyikan lagu Jembatan merah yang berirama keroncong. Pada saat lagu ini dinyanyikan, yang membawakan melodi adalah alat musik gitar. Sesudah itu baru penyanyi membawakan lagu. Ciri penting dalam lagu ini bahwa kendang koplo berperang penting, dimana ritem ritem diisi dengan bervariasi oleh pemain kendang koplo. Pada saat musik tengah, melodi isi oleh gitar. Saron dan demung hanya mengisi nada-nada hiasan sedangkan keyboard hanya memainkan akord. Durasi lagu sekitar lima menit.

Gambar 36 (penyanyi Ely Suprita)

Ketika menyanyikan lagu jembatan merah, penyanyi berinteraksi dengan penonton. Hal ini dilakukan ketika musik tengah berlangsung, penyanyi mengajak penonton untuk mengikuti bernyanyi. Dan penulis saksikan bahwa banyak penonton yang ikut bernyanyi. Jadi cara yang dilakukan oleh penyanyi berhasil dengan berinteraksi mengajak penonton. Hal ini yang penting dalam pertunjukan. Suatu pertunjukan akan dapat berhasil jika ada interaksi antara penyanyi dan penonton sehingga penonton merasa terus tertarik mengikuti dan menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung.

Sesudah menyanyikan lagu jembatan merah, dilanjutkan dengan lagu yang lainnya. Sama dengan lagu-lagu yang diawal, penyanyi berinteraksi dengan penonton untuk menghangatkan suasana karena waktu sudah mulai menjelang sore. Jika tidak ada trik atau usaha maka penonton akan bosan, yang akhirnya membuat pesta tidak berjalan dengan lancar. Sesudah menyanyikan lagu ini, penyanyi Ely Suprita menyerahkan acara selanjutnya kepada pembawa acara.

Pada saat inilah lagu permintaan dari penonton dipersilahkan, dimana pembawa acara mempersilahkan bapak Ramli untuk tampil ke atas panggung. Di atas panggung bapak ini berdiskusi terlebih dahulu dengan pemusik tentang lagu yang akan dibawakannya. Bapak Ramli ingin membawakan lagu Sri Minggat. Dengan berdiskusi terlebih dahulu, akan ditentukan darimana lagu dibawakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana suara bapak Ramli sanggup menyanyikan lagu Sri Minggat. setelah ditemukan nada dasarnya, para pemusik bersiap-siap.Sebelum bernyanyi bapak Ramli memberikan nasehat kepada kedua pengantin agar membina rumah tangga yang rukun.

Setelah selesai memberikan kata-kata nasihat, maka musik pembuka dimulai dimana saron dan demung serta keyboard memainkan melodi lagu dan diikuti oleh bapak Ramli. Lagu Sri Minggat ini begitu terkenal, sehingga setiap penonton yang berusia diatas empat puluh tahun yang hadir ditengah-tengah acara pernikahan ikut bernyanyi bersama-sama dengan bapak Ramli. Hal ini semakin menambah suasana menjadi lebih akrab karena bapak Ramli dapat mengikuti musik dan suara tidak sumbang. Ini dapat dilihat bahwa para penonton bertepuk tangan karena bapak Ramli bernyanyi dengan baik.

Gambar 37 ( lagu permintaan oleh Bapak Ramli)

Ketika musik tengah atau interlude, melodi diisi oleh keyboard dan gitar elektrik. Kemudian lagu berlanjut. Pada saat lagu sedang berlangsung, tamu-tamu Ketika musik tengah atau interlude, melodi diisi oleh keyboard dan gitar elektrik. Kemudian lagu berlanjut. Pada saat lagu sedang berlangsung, tamu-tamu

Ketika sedang mengambil photo dari para pemain musik, penulis merasa terusik melihat bahwa alat musik gong dipukul tidak menggunakan alat pemukul tetapi menggunakan kepalan tangan dari pemain gong. Sesudah selesai lagu sri minggat, bapak Ramli meminta diiring kembali untuk lagu kedua. Hal ini mengembirakan para penyanyi dari Krido Laras. Dengan semakin banyak permintaan untuk tampil dari para penonton membuktikan bahwa suasana hiburan berjalan dengan baik dan mereka dapat beristirahat untuk lagu selanjutnya.

Lagu kedua membawakan tembang jawa . Dimana lagu pembuka atau interlude dibuka oleh suara suling, yang diwakili oleh alat musik keyboard. Pada saat ini semua alat musik tidak bermain, hanya suara suling. Sesudah itu, gong dipukul barulah semua alat musik yang lain masuk dan bersama sama memainkan melodi intro lagu. Lagu kedua yang dibawakan oleh bapak Ramli bertempo sedang.

Ada kejadian menarik yang dapat dilihat, bahwa bapak Ramli tidak tahu kapan masuk dan bernyanyi sehingga dipandu oleh pembawa acara agar lagu dapat dimulai karena musik sudah berjalan. Sesudah lagu permintaan selesai, maka pembawa acara kembali tampil ke depan dan mengatakan bahwa acara diberhentikan untuk sejenak karena akan melaksanakan shalat. Ada jeda sejenak anatar limabelas menit sampai dengan tigapuluh menit.

Pada saat jeda, para pemusik turun dan mengambil kegiatan masing- masing. Ada yang duduk-duduk dan beristirahat, maka penulis berkesempatan bertanya. Penulis mengajukan pertanyaan kepada pemain gong mengapa tidak Pada saat jeda, para pemusik turun dan mengambil kegiatan masing- masing. Ada yang duduk-duduk dan beristirahat, maka penulis berkesempatan bertanya. Penulis mengajukan pertanyaan kepada pemain gong mengapa tidak

Pada saat istrahat ini juga, penulis bertanya kepada para pemusik tentang data-data pribadi mereka serta menanyakan sudah berapa lama bergabung di Krido Laras. Para pemusik mengatakan bahwa mereka sudah lama bergabung,sejak dari masa ayah mereka yang lebih dahulu aktif di Krido Laras. Sebagian daripada pemain musik mengatakan bahwa mereka adalah generasi kedua yang ada di grup ini. Sedangkan sebagian lain adalah pemusik yang sudah lama bergabung dengan bapak Sunardi. (Wawancara dengan pemusik pada tanggal 12 Desember 2009).

Pada saat istrahai ini penulis mengamati para undangan terus berdatangan, hal ini penulis abadikan dari gambar yang ada dibawah ini. Undanagn silih berganti datang untuk memberikan ucapan selamat kepada para pengantin.

Gambar 38 (Undangan yang berdatangan di depan pintu gerbang utama)

Sesudah selesai acara shalat, acara terus berlangsung seperti diawal. Dimana para penyanyi bergantian menghibur para undangan yang terus berdatangan. Ada interaksi yang terjadi antara penyanyi dan penonton. Ini dilihat dari beberapa permintaan dari undanagn yang ingin tampil dan bernyanyi. Sesudah waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, acara dihentikan untuk shalat. Segala kegiatan berhenti, dimasa inilah para penyanyi dan pemusik beristirahat samapai acara dilanjutkan kembali pada pukul 22.00 WIB.

Pada masa istrahat ini, penulis mengadakan wawancara dengan penonton. Dari beberapa wawancara yang dilakukan oleh penulis, masing-masing undangan memberikan tanggapan yang berbeda. Ada undanagn yang bernama bapak

Samsuddin yang mengatakan bahwa musik seperti inilah yang seharusnya tampil diacara pernikahan. Menampilkan alat musik gamelan yang dipadukan dengan alat musik modern sehingga alat musik gamelan tidak punah. Ada juga yang mengatakan bahwa penggunaan alat musiknya diperbanyak, sehingga alat musik tradisional jawa teta dapat bertahan. Ketika ditanyakan oleh penulis kepada beberapa undangan yang hadir, apa yang dimaksud dengan musik Campursari, rata-rata mengatakan bahwa musik Campursari adalah penggabungan antara alat musik tradisioanal jawa dengan alat musik modern. Para undangan juga mengatakan bahwa alat musik jawa dapat mengiringi lagu-lagu dari daerah lain. (Wawancara dengan bapak Ramli, bapak Samsuddin,dab bapak Sukijo. Tanggal 12 Desember 2009)

Penulis juga bertanya kepada mereka apa yang membedakan grup krido Laras dengan grup musik Campursari lainnnya. Dimana mereka sepakat mengatakan bahwa grup musik mCampursari lainnya hanya mempergunakan lkeyboard tungga yang musiknya sudah diprogram dengan suara dari alat-alat musik jawa yang dipadukan dengan musik modern.

Acara kembali dilanjutkan pada malam hari, dimana tamu-tamu yang hadir kebanyakn kaum muda-mudi dari teman kedua mempelai. Jika pada siang hari yang hadir kebanyakan adalah teman dari orang tua si penganten, sehingga lagu-l;agu yang dibawakan berbeda dengan yang disiang hari.

Pembawa acara membuka sesi kedua dengan lagu langit mendung. Dimana sama seperti saat sebelumnya disesi siang hari, masing-masing instrumen alat musik mengambil peran yang berbeda. Tugas untuk membawa melodi lagu adlah tugas dari Pembawa acara membuka sesi kedua dengan lagu langit mendung. Dimana sama seperti saat sebelumnya disesi siang hari, masing-masing instrumen alat musik mengambil peran yang berbeda. Tugas untuk membawa melodi lagu adlah tugas dari

Tamu-tamu yang hadir pada malam hari kebanyakan adalah muda-mudi, hal ini disadari oleh pembawa acara sehingga setelah selesai lagu langit mendung, kembali mempersilakan para penonton untuk menyanyi yang diiringi oleh grup Krido Laras. Tentu saja ini dtanggapi dengan cepat oleh undangan. Dimana lagu permintaan yang pertama adalah lagu munajat cinta. Ketika lagu ini dimainkan, para undangan yang sebagian besar adalah muda-mudi bersorak dan bertepuk tangan. Ini menambah semangat dari undanag yang tapil bernyanyi solo.

Setelah lagu munajat cinta selesai, kemudian dilanjutkan oleh pembawa acara yang membawakan lagu Campursari terang bulan yang berdurasi enam menit. Sama seperti lagu-lagu yang terdahulu, musik tengah atau interlude mulai sebelum penyanyi menyanyikan lagu. Pada saat lagu terang bulan ini tidak memakai kendang koplo. Pada saat lagu ini dimainkan, ada dialog antara penyanyi dengan pemusik. Dialog ringan terjadi ketika musik tengah berlangsung. Ini terjadi untuk mencegah kekosongan ditengah-tengah pertunjukan. Pada sat ini pemain keyboard sempat berhenti karena tidak mengetahui nada atau akord dari lagu. Tapi pemain gitar elektrik cepat tanggap dan mengambil alih sehingga tidak terjadi kekacauan diatas panggung. Keadaan ini sudah biasa dihadapi oleh mereka.

Malam semakin larut, dimana lagu-lagu yang dibawakan semakin banyak diambil dari lagu populer, lagu barat bahkan lagu tradisonal daerah lain. Seperti lagu Carol, Wo ai ni, hanya ingin kau tahu, sepanjang jalan kenangan dan lagu-lagu yang sedang digemari pada saat ini seperti lagu puspa, cari pacar lagi dan lainnnya. Ketika

lagu-lagu ini dimainkan, muda-mudi yang hadir ikut bergoyang dan bernyanyi karena mereka tahu jenis lagunya. Pada sat ini bapak Sunardi tidak selalu ikut bermain. Beliau hanya mengawasi dari bawah panggung. Ketika ada kesempatan, penulis bertanya kepada bapak Sunardi, apa yang membedakan antara musik Campursari yang dibawakan pada siang hari dengan malam hari. Bapak Sunardi mengatakan bahwa pada siang hari lebih banyak tembang dan lagu tradisional yang dibawakan,s edangkan pada malam hari lagu-lagu pop karena undangan yang datang mayoritas adalah muda-mudi. Dengan membawakan lagu-lagu pop maka muda-mudi akan semakin bersemangat. Karena acara pada malam hari ini juga sebagai acjang mencari jodoh bagi muda-mudi yang hadir. Dimana biasanya pesta perkawinan berlangsung hari sabtu dan minggu. Pada saat acara inilah muda-mudi yang belum menemukan jodoh mencari pasanagannya. (Wawancara dengan bapak sunardi. 12 Desember 2009).

Penulis mengamati sepanjang berlangsungnya acara musik Campursari dimalam hari, suasana tetap terkontrol karena sejak dari awal bapak Sunardi menjelaskan bahwa musik yang dibawakan oleh Krido Laras berbeda. Tidak memancing keributa, dan juga tidak mengandung unsur pornografi sehingga tetap dijalur yang normal. Ketika ada dari para penonton yang mulai kelewat batas dalam bertingkah laku, pembawa acara mengajak berdialog dengan para undangan yang hadir bahwa acara ini untuk kita bersama sehingga harus menjaga ketertiban.

Acara berakhir pada pukul 11.30 WIB. Walaupun ada permintaa dari para undangan untuk melanjutkan, bapak Sunardi punya pertimbangan khusus. Sehingga acara tetap tidak dilanjutkan kembali. Penulis melihat dari sejak awal pertunjukan Acara berakhir pada pukul 11.30 WIB. Walaupun ada permintaa dari para undangan untuk melanjutkan, bapak Sunardi punya pertimbangan khusus. Sehingga acara tetap tidak dilanjutkan kembali. Penulis melihat dari sejak awal pertunjukan