Hasil Uji Asumsi Klasik

Tabel 22. Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Perhitungan Keterangan Tolerance VIF Dewan Direksi 0,449 2,228 Tidak terjadi multikolonieritas Dewan Komisaris 0,431 2,318 Tidak terjadi multikolonieritas Proporsi Komisaris Independen 0,911 1,098 Tidak terjadi multikolonieritas Komite Audit 0,700 1,429 Tidak terjadi multikolonieritas Kepemilikan Institusional 0,903 1,107 Tidak terjadi multikolonieritas Modal Intelektual 0,869 1,150 Tidak terjadi multikolonieritas Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2016 Hasil output SPSS pada lampiran 20 halaman 179 Tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel independen mempunyai nilai Tolerance ≥ 0,10 dan Variance Inflation Factor VIF ≤ 10. Nilai Tolerance dan VIF pada variabel Dewan Direksi 0,449 dan 2,228; nilai Tolerance dan VIF pada variabel Dewan Komisaris 0,431 dan 2,318; nilai Tolerance dan VIF pada variabel Proporsi Komisaris Independen 0,911 dan 1,098; nilai Tolerance dan VIF pada variabel Komite Audit 0,700 dan 1,429; nilai Tolerance dan VIF pada variabel Kepemilikan Institusional 0,903 dan 1,107; serta nilai Tolerance dan VIF pada variabel Modal Intelektual 0,869 dan 1,150. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas antar variabel dalam model regresi, sehingga data dapat digunakan untuk uji selanjutnya, yaitu uji regresi. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya Imam Ghozali, 2011:110. Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi autokorelasi. Pada penelitian ini, pengujian autokorelasi menggunakan Uji Durbin-Watson. Kriteria pengambilan keputusan tidak terjadi autokorelasi adalah du d 4 – du Imam Ghozali, 2011: 111. Tabel 23. Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson du 4-du Keterangan 1,962 1,831 2,169 Tidak terjadi autokorelasi Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2016 Hasil output SPSS pada lampiran 21 halaman 180 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson DW sebesar 1,962 yang dibandingkan dengan nilai pada tabel dengan menggunakan signifikansi 0,05. Nilai DW menurut tabel dengan jumlah sampel n 205 dan jumlah variabel independen k enam adalah du = 1,831. Oleh karena itu, nilai DW lebih besar dari du yaitu 1,831 dan lebih kecil dari 4 - du yaitu 4 -1,831 = 2,169, atau 1,831 1,962 2,169. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak mengalami autokorelasi antar variabel independennya.

3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Terdapat tujuh hipotesis dalam penelitian ini. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menguji pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap suatu variabel dependen. Oleh karena itu, analisis linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis ketujuh. Hasil uji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Dewan Direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. Hasil pengujian hipotesis pertama adalah sebagai berikut: Tabel 24. Ringkasan Hasil Regresi Linier Sederhana Pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan Kons- tanta Koe- fisien Perhitungan Nilai t Sig. r r 2 Hitung tabel 1,020 0,954 0,496 0,246 8,132 1,972 0,000 Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2016 Hasil output SPSS pada lampiran 22 halaman 180 Nilai r semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai r semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Tabel 24 menunjukkan nilai r sebesar 0,496 yang menggambarkan bahwa antara Dewan Direksi dengan Kinerja Keuangan memiliki hubungan sedang. Nilai koefisien determinasi R Square sebesar 0,246 menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan yang dapat dijelaskan oleh variabel Dewan Direksi sebesar 24,6, sedangkan sisanya sebesar 75,4 dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Berdasarkan tabel 24, dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 1,020 dan koefisien regresi Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan sebesar 0,954. Dengan melihat nilai koefisien regresi Dewan Direksi sebesar 0,954 artinya terdapat hubungan positif antara Dewan Direksi dan Kinerja Keuangan. Dari hasil tersebut, dapat dibuat persamaan regresi untuk hipotesis 1 sebagai berikut: Y = 1,020 + 0,954 X 1 Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa jika variabel Dewan Direksi dianggap konstan, maka perubahan Kinerja Keuangan adalah sebesar 1,020 satuan. Dari persamaan di atas juga dapat diketahui jika variabel Dewan Direksi naik sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan nilai variabel Kinerja Keuangan sebesar 0,954 satuan. Uji t untuk variabel Dewan Direksi pada tabel 24 diperoleh t hitung sebesar 8,132 dan nilai t tabel sebesar 1,972 tingkat signifikansi 5, n=205. Jika keduanya dibandingkan, maka t hitung lebih besar dari t tabel 8,123 1,972. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Keuangan sebesar 24,6 bermakna atau signifikan. Hal itu juga didukung dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya terdapat pengaruh siginifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Berdasarkan uji hipotesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan Direksi berpengaruh positif secara signifikan terhadap variabel Kinerja Keuangan. Hal tersebut dikarenakan koefisien Dewan Direksi bernilai positif 0,954 dan memiliki t hitung 8,123 t tabel 1,972 . Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan “Dewan Direksi berpengaruh positif dan siginifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015 ” diterima. b. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Dewan Komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. Hasil pengujian hipotesis kedua adalah sebagai berikut: Tabel 25. Ringkasan Hasil Regresi Linier Sederhana Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan Kons- tanta Koe- fisien Perhitungan Nilai t Sig. r r 2 hitung tabel 0,751 -0,639 0,279 0,078 -4,140 1,972 0,000 Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2016 Hasil output SPSS pada lampiran 23 halaman 180 Nilai koefisien korelasi atau r pada tabel 25 adalah 0,279 yang menggambarkan bahwa antara Dewan Komisaris dengan Kinerja Keuangan memiliki hubungan rendah atau lemah. Nilai koefisien determinasi sederhana r 2 2y sebesar 0,078. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan yang dapat dijelaskan oleh variabel Dewan Komisaris sebesar 7,8, sedangkan sisanya sebesar 92,2 dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Berdasarkan tabel 25, dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar 0,751 dan koefisien regresi Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan sebesar -0,639. Dari hasil tersebut, dapat dibuat persamaan regresi untuk hipotesis 2 sebagai berikut: Y = 0,751 – 0,639 X 2 Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa jika variabel Dewan Komisaris dianggap konstan, maka perubahan Kinerja Keuangan adalah sebesar 0,751 satuan. Dari persamaan di atas juga dapat diketahui jika variabel Dewan Komisaris turun sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan nilai variabel Kinerja Keuangan sebesar 0,639 satuan. Uji t untuk variabel Dewan Komisaris pada tabel 25 diperoleh t hitung sebesar -4,140 dan nilai t tabel sebesar 1,972 tingkat signifikansi 5, n=205. Nilai t hitung dalam SPSS adalah nilai absolut sehingga tanda negatif diabaikan Wahana Komputer, 2006: 253. Jika keduanya dibandingkan, maka t hitung lebih besar dari t tabel 4,140 1,972. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Keuangan sebesar 7,8 bermakna atau signifikan. Hal itu juga didukung dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya terdapat pengaruh

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 57 80

Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 35 95

Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

1 75 95

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 41 110

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 35 155

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 14 22

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).

0 2 14

“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012.

1 8 16

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9