daerah bersangkutan. Jumlah masing-masing komponen dapat negatif dan positif. Apabila komponen pertumbuhan regional share bernilai positif
menunjukan bahwa kontribusi dan peranan pemerintah daerah dan kegiatan ekonomi daerah tetangga cukup mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
daerah. Untuk komponen proporsional shift apabila benilai positif menunjukan bahwa sektor-sektor yang dikembangkan dalam kegiatan
ekonomomi kecamatan cukup unggul dan tumbuh cepat di daerah. dan komponen pertumbuhan competitive shift apabila bernilai positif menunjukan
bahwa terdapat sumbangan potensi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah bersangkutan. Begitu pula sebalinya apabila komponen pertumbuhan bernilai negatif. Jumlah keseluruhan komponen pertumbuhan
akan positif bila pertumbuhan ekkonomi daerah bersangkutan juga positif.
D. Disparitas Pembangunan
Bagi negara berkembang, terjadinya ketimpangan pembangunan regional sudah menjadi fenomena umum. Ketimpangan muncul seiring
dengan proses pembangunan. Berdasarkan hipotesis Neo-Klasik, pada awal proses pembangunan disuatu negara pembangunan antarwilayah cenderung
meningkat. Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak, bila proses pembangunan terus berlanjut maka secara berangsur
ketimpangan pembangunan antarwilayah akan menurun. Ketimpangan dan pertumbuhan sering kali menjadi perdebatan antara
mengutamakan efisiensi dan pertumbuhan disatu pihak melawan
pengutamakan efektivitas dan kemerataan dipihak lain Dumairy, 1999:55. Pembangunan akan menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran
masyarakat yang adil dan merata apabila pertumbuhan tersebut dihasilkan oleh banyak orang. Seperti yang dijelaskan dalam Todaro dan Smith
2011:251, pembangunan mengharuskan adanya tingkat GNI yang tinggi dan pertumbuhan berkelanjutan, apabila peningkatan pertumbuhan ekonomi
hanya dilakukan oleh segelintir orang kaya maka peningkatan hasil kemungkinan besar menguntungkan mereka, kemajuan upaya menangulangi
kemiskinan akan bergerak lamban dan ketimpangan akan memburuk. Sedangkan pertumbuhan yang dihasilkan oleh orang banyak, maka mereka
pulalah yang akan memperoleh manfaat besarnya dan hasil pertumbuhan ekonomi akan terbagi lebih merata. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan
yang tinggi tidak mencerminkan adanya ungkapan si kaya bertambah kaya dan si miskin bertambah miskin.
Ketimpangan bisa berupa gambaran antara si kaya dengan si miskin karena ketidakmerataan sesungguhnya tak terlepas dari masalah kemiskinan.
Seperti yang disebutkan dalam Dumairy 1996:66, bahwa pemerataan sama pentingnya dengan kemakmuran, pengurangan ketimpangan atau kesenjangan
sama pentingnya dengan pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu, apabila ketimpangan yang terjadi begitu tinggi, pada umumnya dipandang sebagai
sesuatu yang tidak adil. Ada beberapa dampak yang dapat ditimbulkan apabila ketimpangan pendapatan yang tinggi terjadi, yaitu: 1 terjadinya
inefisiensi ekonomi terutama pada ketiadaan kolateral, 2 menyebabkan
alokasi aset yang tidak efisien, dan 3 melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas Todaro dan Smith, 2006:248.
Ketimpangan juga terjadi antara daerah yang cepat tumbuh dengan daerah yang tertinggal. Ketimpangan antardaerah terlihat dari adanya
ketimpangan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi dan juga pendapatan perkapita. Seperti yang terdapat dalam Sjafrizal 2012, untuk dapat
mengetahui daerah yang cepat tumbuh dan daerah yang tertinggal dapat digunakan matrik Tipologi Klassen dengan menggunakan dua indikator yaitu
laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita. Kemudian menghasilkan pengelompokan daerah menurut struktur pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pembangunan. Terdapat empat kelompok daerah berdasakan matrik Tipologi Klassen yaitu:
1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh, yaitu daerah yang memiliki
pendapatan perkapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan di kabupaten i.
2. Daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan
perkapita lebih tinggi dari rata-rata, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan di kabupaten i.
3. Daerah berkembang yaitu daerah yang memiliki tingkat pendapatan
perkapita lebih rendah dibanding rata-rata dan tingkat pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata kecamatan di kabupaten i.
1. Daerah relatif tertinggal adalah daerah yang memiliki pendapatan
perkapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan di kabupaten i.
Berikut adalah tabel pengelompokan daerah berdasarkan Tipologi Klassen.
Tabel 4. Pengelompokan Ekonomi Daerah Berdasarkan Tipologi Daerah.
Laju Pertumbuhan
Pendapatan Perkapita
Laju pertumbuhan di atas rata-rata.
Laju pertumbuhan di bawah rata-rata
Pendapatan perkapita di atas rata-rata
Daerah Maju Daerah Maju tapi
tertekan
Pendapatan perkapita di bawah rata-rata
Daerah Berkembang Daerah Tertinggal
Ketimpangan antara daerah yang cepat maju dan relatif tertinggal
dibuktikan melalui sebuah fakta bahwa di Asia Timur dengan tingkat ketimpangan yang rendah telah tumbuh dengan cepat, sedangkan di Amerika
Latin serta Afrika dengan tingkat ketimpangan yang tinggi tumbuh dengan sangat lamban Todaro dan Smith, 2011.
Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar daerah disebabkan oleh beragamnya faktor yang mempengaruhi. Seperti yang terdapat dalam Sjafrizal
2012: 117, penyebab ketimpangan ekonomi antarwilayah diantaranya: 1.
Perbedaan kandungan sumber daya alam. Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi
kegiatan produksi pada daerah bersangutan. Daerah dengan kandungan
sumber daya alam cukup tinggi akan dapta memproduksi barang-barang tertentu dengan baiaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain
yang mempunyai kandungan sumberdaya alam rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan menjadi lebih
cepat dan begitu pula sebaliknya. 2.
Perbedaan kondisi demografis Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat
pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam
tingkahlaku dan kebiasaan etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan
cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan
meningkatkan penyediaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah atau migrasi
spontan. Dengan adanya mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual kedaerah lain yang
membutuhkan. Akibatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggim sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses
pembangunannya.
4. Kosentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerha dimana kosentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi
inilah yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerha melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan
masyarakat. 5.
Alokasi dana pembangunan antar wilayah Investasi merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan
pertumbuhan ekonomi. daerah dengan dengan alokasi investasi yang lebih besar baik dari pemerintah maupun swasta, akan cenderung
mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Namun disisi lain, ketimpangan memang sesuatu yang direncanakan
dan disengaja. Seperti cita-cita nasional dan kehendak para perencana pembangunan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri. Sehingga
sektor industri pengolahan harus tumbuh lebih cepat dari pada sektor-sektor lain Dumairy,1996:63.
Bentuk-bentuk ketimpangan pada dasarnya berlangsung dan berwujud dalam berbagai bentuk, aspek ataupun dimensi. Selain itu, ketimpangan dapat
dibedakan menjadi ketimpangan vertikal dan ketimpangan horizontal serta ketimpangan ekonomi dan ketimpangan sosial Dewi Yunistri, 2012.
Ketimpangan vertikal terjadi antar individu seperti ketimpangan pendapatan, konsumsi, dan kekayaan. Ketimpangan horizontal adalah
ketimpangan yang terjadi dari perbandingan kelompok masyarakat
berdasarkan suku, ras, agama, gender. Sedangkan ketimpangan ekonomi merupakan ketimpangan yang terjadi antar daerah, yakni daerah yang maju
secara ekonomi dan yang tertinggal, dimana terjadinya ketimpangan pembangunan, umumnya akan terjadi pula ketimpangan dalam pendapatan.
Dan ketimpangan sosial adalah perbedaan yang terjadi seperti tingkat pendidikan dan kesehatan yang merupakan faktor penting dalam
pembangunan manusia. Ketimpangan yang terjadi pada initinya saling menguatkan dalam suatu proses sebab akibat yang begitu rumit dan terkait
satu sama lain, sehingga antara ketimpangan ekonomi maupun non ekonomi sebenarnya tidak dapat dipisahkan perbedaannya.
Adapun indikator ekonomi ketidakmerataan wilayah menurut Lay 1993 dalam Harefa, yaitu tingkat kesejahteraan penduduk, kualitas
pendidikan, pola penyebaran dan konsentrasi investasi dan ketersediaan sarana prasarana. Dari pernyataan tersebut dapat dibedakan masing-masing
indikator ketidakmerataan menjadi: Fisik
: ketersediaan sarana sosial ekonomi seperti sarana kesehatan, pendidikan dan sarana perekonomian.
Ekonomi : kemampuan ekonomi penduduk yang terlihat dari tingkat
kesejahteraan keluarga pada masing-masing kecamatan Sosial
: jumlah penduduk dan kualitas penduduk berdasarkan pendidikan.
E. Ukuran Ketimpangan Pembangunan