52 jika variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi
tidak mengarah adanya heteroskedastisitas. Situmorang, 2012:101.
3.10.3.3 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF variace inflation factors melalui SPSS.
Tolerance mengukur variabelitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai tolerance
0,1 atau nilai VIF 5, maka tidak terjadi multikolinearitas. Situmorang, 2012:133.
3.10.4 Pengujian Hipotesis
3.10.4.1 Uji F Uji Simultan
Uji-F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel independen X mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen Y
secara serentak. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Ho : b1, b2 = 0 tidak terdapat pengaruh yang positif dan siginifikan secara
bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen H1 : b1, b2
≠ 0 terdapat pengaruh yang positif dan siginifikan secara bersama- sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen
Universitas Sumatera Utara
53
Nilai F
hitung
dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan software SPSS 19 for Windows.
Selanjutnya nilai F
hitung
akan dibandingkan dengan F
tabel
dengan tingkat kesalahan
α=5 dan derajat kebebasan df = n-k, k-1. Kaidah pengambilan keputusan:
Ho diterima jika F hitung F tabel pada α = 5
Ho ditolak jika F hitung F tabel pada α = 5
3.10.4.2 Uji t Uji Parsial
Uji t, yaitu menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Test uji parsial menguji setiap
variabel bebas X
1
dan X
2
apakah mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat Y secara parsial.
H : b
1 =
0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas X
1
, X
2
yaitu gaya kepemimpinan transformasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja sebagai variabel
terikat Y. Ha : b
1
≠ 0, artinya secara parsial ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas X
1
, X
2
yaitu gaya kepemimpinan transformasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja sebagai variabel
terikat Y. Kriteria pengambilan keputusan :
H diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5
Ha diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5
Universitas Sumatera Utara
54
3.10.4.3 Koefisien Determinasi R²
Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja digunakan
koefisien determinasi. Jika semakin besar atau mendekati satu maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap
variabel terikat. Sebaliknya, jika determinan semakin mengecil atau mendekati angka no maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat semakin kecil. Koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur proporsi atau persentasi kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara
nol sampai dengan 1 0 ≤ R
2
≥ 1. Jika R
2
semakin besar mendekati satu menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y. Sebaliknya
jika R
2
semakin kecil mendekati nol, maka dapat dikatakan bahwa model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan variabel yang diteliti
amat terbatas.
Universitas Sumatera Utara
55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat PT PLN PERSERO Area Medan
1. Listrik Sebelum Kemerdekaan dan di Awal kemerdekaan sampai
1965
Sejarah listrik di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Kalau listrik mulai ada diwilayah Indonesia tahun 1893 didaerah Batavia sekarang Jakarta, maka 30
tahun kemudian 1923 listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di daerah pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jl. Listrik No. 8
Medan, dibangun oleh NV NIGEMOGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan
Brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga NV ANIWM, Berastagi dan Tarutung 1929, Tanjung Balai 1931, Labuhan Bilik 1936 dan Tanjung Tiram
1937. Pada masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan
perusahaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik
Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintah tentara Jepang waktu itu.Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik
Universitas Sumatera Utara