Berdasarkan perbedaan dan persamaan di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan
pengembangan dari penelitian terdahulu.
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Pengertian Bank
Secara relatif dapat disimpulkan bahwa perbankan merupakan bidang usaha yang mempunyai peraturan yang cukup banyak sehubungan
dengan keberadannya menyangkut kepentingan pemilik pemegang saham, kreditur penabung, deposan, dsb, serta karyawan disamping
sebagai penggerak perekonomian. Beberapa peraturan yang memuat tentang pengertian bank,
diantaranya : a.
UU No. 14 tahun 1997 tentang Pokok-Pokok Peraturan : Bank adalah lembaga keuangan yang usahanya memberikan kredit
dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. b.
UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan : Bank adalah usaha yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk bunga untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
c. SAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan :
Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan Financial Intermediary antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dan Surplus Unit dengan pihak yang memerlukan dana Defisit Unit, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar
lalu lintas pembayaran. Dari ketiga pengertian tersebut diatas, tampak bahwa bank
merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat, oleh karena itu tetap menjaga tingkat
kesehatan bank merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menggaet nasabah.
2.2.2. Perbankan Konvensioanl
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998
dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya.
2.2.3. Perbankan Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam
atau bias disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan
pada Al-Quran dan Hadist Nabi SAW, Muhammad, 2004:1.
Antonio dan Poerwaatmadja dalam Muhammad 2004 : 01 membedakan menjadi dua pengertian, antara lain :
1 Bank Islam
2 Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam.
Bank Islam atau Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan Al-Quran dan Hadist. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam
beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Tahun 1998 muncul Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, dimana terdapat
beberapa perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan Syariah, dari UU tersebut dapat disimpulkan
bahwa sistem perbankan Syariah dikembangkan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak
menerima konsep bunga. Dengan ditetapkannya sistem perbankan Syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional
dual banking system, mobilitas dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas terutama dengan segmen yang selama ini belum dapat
tersentuh oleh sistem perbankan konvensional yang menerapkan sistem bunga.
b. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan
prinsip kemitraan, dalam prinsip ini konsep yang diterapkan adalah investor yang harmonis mutual investor relationship.
c. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki
beberapa keunggulan komperatif berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan perpectual interest effect, membatasi
kegiatan spekulasi yang tidak produktif, pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan unsur moral.
Pemberlakuan UU No. 10 Tahun 1998 ini dikuti dengan dikeluarkannya ketentuan pelaksanaan dalam bentuk Surat Keputusan
SK Direksi Bank Indonesia yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan kesempatan yang luas bagi pengembangan perbankan
Syariah di Indonesia.
2.2.3.1.Tujuan Bank Syariah
Modul Pelatihan Syariah Oleh Bank Indonesia 2006 : 16, mengungkapkan tujuan perbankan syariah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak
dapat menerima konsep bunga.
2. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara
Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhundar dari praktek – praktek riba atau jenis-jenis usaha
perdagangan lain yang mengandung unsure gharar tipuan, dimana jenis – jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat. 3.
Mewujudkan dual banking sistem di Indonesia yang berimbang dengan perbankan syariah yang maju dan kuat sehingga melahirkan kompetitif
yang sehat dan perilaku bisnis yang berdasarkan nilai-nilai Islami. 4.
Megurangi risiko sistematik dari kegagalan sistem keuangan di Indonesia.
5. Mendorong peran perbankan dalam menggerakkan sektor rill dan
membatasi spekulasi atau pembiayaan yang tidak produktif. 6.
Untuk meningkatkan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
7. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang berusaha lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
8. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang ada pada umumnya
merupakan program utama dari negara–negara yang sedang berkembang dengan pembinaan – pembinaan nasabah.
9. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter, dengan aktivitas bank
syariah akan mampu menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
10. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-
syariah Edy dan Untung Hendy, 2005 : 35.
2.2.3.2.Dasar Hukum Perbankan Syariah Ketentuan BI tentang Bank Umum Syariah :
SE BI No. 322UPPB tanggal 12 Mei 1999
SK Dir No. 3234KEPDIR tanggal 12 Mei 1999
Sumber : Sumitro, 2004
Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah :
Peraturan Bank Indonesia PBI No. 91PBI2007 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah mencakup penilaian
terhadap faktor – faktor sebagai berikut :
a. Permodalan capital
b. Kualitas Asset asset quality
c. Manajemen management
d. Rentabilitas earning
e. Likuiditas liquidity
f. Sensitivitas terhadap risiko pasar sensitivity to market risk.
Sumber : Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI
2.2.3.3.Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalani kegiatanya berdasa pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adaah sebagai berikut :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan Al-Wadiah
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki Antonio, 2001. Secara umum terdapat dua jenis Al-Wadiah, yaitu :
a. Wadiah Yad Al-Amanah Trustee Depository
Adalah akad penitipan barang uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang.uang yang
dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau
kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah Guarantee Depository
Adalah akad penitipan baranguang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik baranguang dapat memanfaatkan
barang.uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusajan barang uang titipan. Semua manfaat
dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan baranguang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan
dalam produk giro dan tabungan. 2.
Prinsip Bagi Hasil Profit Sharing Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil
uasaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk poduk yang berdasarkan prinsip ini adalah :
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh
100 modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola mudharib. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis :
1 Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2
Mudharabah Muqayyadah Adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib
dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Akad Al-Musyarakah secara umum tebagi menjadi dua jenis :
1 Musyarakah Pemilikan
Tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang atau
lebih. 2
Musyarakah Akad Tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli Al-Tijarah
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang
dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan
pembelian kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan margin. Implikasinya berupa :
a. Al- Murabahah
Al-Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. b.
Salam Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanana tersebut diterima sesuai syarat-
syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu
transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. c.
Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang
juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya
secara umum yang meliputi : jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna’ maka hal ini disebut istishna’ paralel.
4. Prinsip Sewa Al-Ijarah
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-Ijarah secara umum terbagi menjadi dua jenis :
1 Ijarah Sewa Murni
2 Ijarah Al Muntahiya Bit Tamlik
Merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Prinsip Jasa Fee-Based Service
Prinsip ini merupakan seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
a. Al-Wakalah
Nasabah member kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
b. Al-Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c. Al- Hawalah
Adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
Kontrak hawalah dalam perbankan biasannya diterapkan pada Factoring anjak piutang, Post-dated Check, dimana bank
bertindak sebagai juru tagih tanpa membayar dulu piutang tersebut. d.
Ar-Rahn Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa Rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
e. Al-Qardh
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan
tanpa mengaharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh
dari dana, zakat, infaq dan shadaqah.
2.2.3.4.Sistem Operasional Bank Syariah
Sistem operasional bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam
rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan misalnya modal
usaha, dengan perjajian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi :
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dan yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa
orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan, dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk
penghimpunan dana disesuikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito. Berbeda halnya dengan hal
tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada
dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas : a.
Modal Modal adalah dan yang diserahkan oleh para pemilik owner’s.
Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebaginya yang secara tidak langsung
menghasilkan fixed asset non earning asset. Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tetu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan
kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan
syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.
b. Titipan Wadi’ah
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan.
Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan
bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai
penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang belaku
c. Investasi Mudharabah
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerja sama antara pemilik dana shahibul
maal dengan pengelola dana mudharib, dalam hal ini adalah bank.
Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan retun dari bank.
Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.
2. Sistem Penyaluran Dana Financing
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu :
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan-
pembiayaan murabahah, salam, dan istishna’. b.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan uktuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa Ijarah.
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaan terletak pada obyek transaksinya, bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek
transaksinya jasa. c.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan
prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah
dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah. d.
Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah, rahn. Al-qardh, wakalah, dan kafalah.
2.2.3.5.Keistimewaan Bank Syariah
Menurut ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokonya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya didasarkan atas prinsip Islam, yang melarang penggunaan sistem riba. Menurut hukum
Syariah, larangan riba di dasarkan pasa asumsi bahwa pada pertalian antara uang dan kerja, antara inisiatif dan resiko yang adil dan setara
Euromoney edisi May, 1998, secara harfiah riba berarti meningkatkan, penambahan, dan pertumbuhan.
Menurut Ibnu Manzur 1968, Al-Zubaidi 1306 dalam Budhihanto 2000 : 03, dalam syariah secara teknis riba mengacu pada
premi yang harus di bayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman lain atau penagguhan, sedangkan menurut Imam Amrozi dalam Antonio 1999
: 114, Islam melarang sistem bunga karena, merampas kekayaan orang lain, merusak moralitas, melahirkan benih kebencian dan permusuhan, dan
yang kaya makin kaya, yang miskin semakin miskin dalam Budihanto 2000 : 03.
Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2. Perbedaan Antar Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Hal Sistem Bunga
Sistem Bagi Hasil
Penentuan besarnya hasil Sebelumnya
Sesudah Berusaha, sesudah ada untungnya
Yang ditentukan Bunga, besarnya nilai rupiah
Menyepakati proporsi pembagian untuk untuk
masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40:60, dst
Jika terjadi kerugian Ditanggung nasabah
Ditanggung kedua belah pihak, nasabah dan lembaga
Dihitung dari mana ? Dari dana yang dipinjamkan,
fixed, tetap Dari untung yang bakal
diperoleh, belum tentu besarnya
Titik perhatian proyekusaha Besarnya bunga yang harus
dibayar nasabah pasti diterima bank
Keberhasilan proyekusaha jadi perhatian bersama :
nasabah dan lembaga Berapa
besarnya ?
Pasti : x jumlah pinjaman yang telah
diketahui Proporsi : x jumlah
untung yang belum diketahui = belum diketahui
Status hukum
Berlawanan dengan QS. Luqman : 34
Melaksanakan QS. Luqman : 34
Sumber : Muhammad, 2004 : 4
Menurut Poerwaatmadja dalam Muhammad 2004, keistimewaan bank Islam terletak pada konsep yang berorientasi pada kebersamaan
dalam hal : a
Mendorong kegiatan investasi untuk menghambat simpanan yang tidak produktif melalui sistem profit and loss sharing sebagai pengganti
bunga, baik yang diterapkan kepada nasabah maupun yang diterapkan kepada bank sendiri.
b Mengembangkan produksi, menggalakkan perdagangan dan
memperluas kesempatan kerja melalui pembiayaan yang disalurkan pada produsen, pengusaha, pedagang perantara, dan konsumen.
c Meratakan pendapatan melalui sistem bagi hasil dan kerugian profit
and loss sharing baik yang diperlakukan kepada bank sebagai mudharib atau pedagang amanah maupun kepada peminjam dalam
operasi mudharabah dan musyarakah. d
Memerangi kemiskinan dengan membina golongan ekonomi lemah dan tertindas melalui bantuan hibah yang diarahkan oleh bank secara
produktif.
2.2.4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional