c. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun perhitungan pendapatan nasional. Sukirno, 2001: 107.
Dari berbagai penjelasan diatas tentang definisi investasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran yang
disediakan untuk meningkatkan atau mempertahankan barang-barang modal, selain itu bisa diartikan sebagai uasaha membina industri supaya
dapat lebih maju dan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha sebagai faktor penunjang di dalam
memperlancar proses produksi.
2.2.1.2. Teori Investasi
Menurut suparmoko, masalah investasi adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan
dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi dan terdapat 2
teori, yaitu: a.
Teori Klasik Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori
produktivitas batas marginal productivity dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan
dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi
ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya
bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan. Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi
oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab
suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya
sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa : 1.
Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari
investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam
produksi. 2.
Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang
diharapkan dari investasi itu. b.
Teori Keynes Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan
untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of Investment MEI, yaitu bahwa investasi itu
akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi dari pada tingkat suku bunga.
Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment Tingkat Pengembalian
Sumber :
Sukirno ,
1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112 Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal
dan sumbu data menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Investment MEI
ditunjukkan tiga buah titik : A, B dan C menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R
dan investasi adalah I . Ini
berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian
modal sebanyak R atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan
investasi tersebut modal yang diperlukan adalah sebanyak I .Titik B
dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi
dengan tingkat pengembalian modal R
1
atau lebih, dan mod al yang diperlukan adalah I
1
. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau
lebih, diperlukan modal sebanyak I
2
. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu :
1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam
masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan
ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.
2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang
modal menjadi lebih tinggi. Suparmoko, 1992 : 84.
2.2.1.3. Macam-Macam Investasi