Explicit vs Implicit Conflict

maka kelompok lain yang yang merupakan out-group dipersepsikan sebagai musuh atau yang mengancam in-group Sears,..dkk, 1994.

3. Ingatan akan kekerasan yang terjadi sejarah

Konflik yang melibatkan suporter sepakbola tidak terlepas dari sejarah dari suporter tersebut. ingatan akan sejarah merupakan salah satu sarana yang membuat kelompok semakin mempertahankan pandangan kelompoknya in-group semakin lebih favorit Blight, dalam Sahdra, 2006. Pengalaman-pengalaman historis juga melatar belakangi terjadinya konflik yang melibatkan kelompok. pengalaman historis dalam halini adalah pengalaman yang erat kaitannya dengan kekerasan yang diterima oleh kelompok suporter. Pengalaman tersebut akan memunculkan pandangan negatif kepada pihak yang melakukan kekerasan dan kelompok yang mendapatkan tindak kekerasan akan berusaha untuk memebalas Walgito, 2003. Ashmore dkk 2001 juga mengemukakan hal yang sama dengan Walgito, jika ada kelompok yang pernah mengalami korban penaklukan, perbudakan ataupun genosida memungkinkan kelompok tersebut rentan untuk melakukan kekejaman ataupun pembalasan terhadap kelompok lain kedepannya. Dalam konteks suporter seperti yang di kemukakan oleh Ashmore, kelompok yang pernah mendapat perilaku kekerasan dari kelompok lain akan memiliki kecenderungan untuk membalas kelompok tersebut.

4. Stereotype, Prasangka, dan Diskriminasi

Menurut Sears dkk 2001 stereotype, prasangka dan diskriminasi merupakan tiga komponen yang berperan dalam antagonisme antar kelompok yang dapat menimbulkan konflik antar kelompok. Stereotype merupakan aspek kognitif dalam antagonisme antar kelompok, stereotype merupakan sebuah keyakinan tentang atribut personal yang dimiliki oleh orang-orang dalam suatu kelompok tertentu atau kategori sosial tertentu sears dkk, 2010. Prasangka menurut Baron Byrne 1982 adalah suatu sikap negatif terhadap para anggota kelompok tertentu, yang semata mata didasarkan pada keanggotaannya di kelompok itu. Senada dengan Baron Byrne, Ahmadi 1991 juga mengungkapkan jika prasangka merupakan sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu maupun terhadap kelompok lain. Sears 2010 juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda dengan Ahmadi jika prasangka adalah evaluasi negatif atas suatu kelompok atau seseorang berdasar pada keanggotaan orang tersebut dalam suatu kelompok. Sears 2010 juga mengemukakan jika prasangka akan membuat kelompok memiliki keyakinan jika in-group akan lebih unggul daripada semua out-group.