suporter yang mendukung tim PSIM Yogyakarta yang berpasis di kota Jogja dan Paserbumi yang merupakan suporter pendukung tim PERSIBA Bantul yang
berbasis di kabupaten Bantul. Dalam penelitian ini lebih menggunakan istilah suporter dikarenakan
suporter lebih terlibat secara langsung dalam pertandingan sepakbola dari pada penonton. Suporter lebih mempunyai ikatan emosional dengan klub sepakbola
yang didukungnya dan memiliki fanatisme yang lebih. Suporter juga biasanya tergabung dalam kelompok suporter tertentu dalam mendukung kesebelasan
sepakbola. Penonton dalam hal ini merupakan orang yang menyaksikan suatu pertandingan sepakbola baiksecara langsung maupun tidak langsung melalui
layar televisi dan penonton juga belum tentu tergabung dalam kelompok supporter tertentu. Keterikatan emosional dengan klub yang didukung dan
fanatisme yang dimiliki inilah yang membedakan suporter sepakbola dengan pendukung cabang olahraga yang lain.
C. Kerangka Penelitian
Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Konflik dikemukakan sebagai bentuk pertentangan
antar individu mapun antar kelompok. Dalam penelitian ini akan lebih membahas mengenai konflik antar kelompok intergroup conflict yang terjadi. Dalam
konflik yang melibatkan kelompok suporter banyak dipengaruhi oleh banyak hal. Apabila yang seharusnya menjadi milik kelompok misalnya
kemenangan tim yang didukung terhalangi atau bahkan sampai terebut oleh
kelompok lain, hal ini dapat menimbulkan konflik karena konflik merupakan ketidaksesuaian tujuan yang dialami oleh kelompok.
Identitas sosial sebuah kelompok yang melekat pada individu akan mempengaruhi individu individu untuk melakukan kategorisasi terhadap
kelompok kelompok lain berdasarkan keanggotaan individu terhadap keanggotaan kelompoknya. Kategori
yang dilakukan oleh kelompok menimbulkan pola pikir “kita” vs “mereka” dimana “kita” yang merupakan
ingroup akan cenderung memandang kelompok lebih positif dibandingkan dengan kelompok lainnya outgroup, lebih parahnya lagi outgroup dipersepsikan
sebagai musuh atau yang mengancam ingroup. Dantidak jarang kategorisasi terhadap kelompok lain berpengaruh terhadap terjadinya konflik antar kelompok.
Pola pikir “kita” vs “mereka” akan semakin diperkuat oleh adanya sejarah masa lalu atau ingatan kelompok akan kejadian yang tidak
menyenangkan misalkan menerima tidakan kekerasan di masa lalu. Sebagai kelompok yang mendapat perlakua kekerasan akan semakin menganggap jika
outgroup yang melakukan kekerasan tersebut adalah musuh dan ingroup cenderung akan memiliki keinginan untuk melakukan pembalasan di kemudian
hari. Hal ini semakin memperbesar kemungkinan munculnya konflik yang termanifestasikan dalam bentrokan antar suporter dan berpotensi selalu
terulangya konflik tersebut. Dengan melihat maraknya konflik yang terjadi di masyarakat terutama
yang melibatkan suporter sepakbola peneliti ingin mengetahui serta kemudian