“nggak tau tapi melu-melu”
Konflik antar suporter yang terjadi disebabkan keadaan saling ejek yang terjadi antar suporter seperti yang diungkapkan GL. Ejekan yang dikeluarkan
oleh suporter bernada hinaan terhadap kelompok lain. Ejekan yang dilakukan oleh suporter bertujuan untuk merendahkan kelompok lain dan untuk
menunjukkan superioritas yang dimiliki oleh kelompok seperti yang diungkapkan Meek dalam Madyaningrum, 2010 kelompok akan lebih
cenderung mengunggulkan kelompoknya sendiri dan berusaha untuk merendahkan kelompok lain. Identitas sebagai suporter terkadang terbawa oleh
individu dalam kesehariannya seperti yang di ungkapkan oleh GJ yang mengatakan saling mengejek juga dilakukan ketika bertemu ataupun berpapasang
saat dijalan. Konflik terjadi tidak hanya kareana saling ejek antar suporter. Hasil
pertandingan dimana salah satu tim yang bertanding mengalami kekalahan juga dapat berpengaruh terhadap munculnya konflik antar suporter. Tidak terima
dengan kekalahan tim yang didukung tidak jarang dilampiaskan oleh suporter dengan menyerang kelompok suporter lain seperti yang diungkapkan oleh subejk
GJ. Suporter tidak terima jika tim kebanggan yang didukungnya sampai kalah dalam sebuah pertandingan sepakbola terutama jika tim yang didukung bentindak
sebagai tuan rumah dalam sebuah pertandingan. Selain GJ, GY juga mengatakan jika permainan buruk yang diperlihatkan oleh tim yang berakibat kekalahan
terkadang membuat suporter marah terutama jika bertindak sebagai tuan rumah. Myers 1999 mengemukakan jika konflik juga didefinisikan sebagai
ketidakcocokan tujuan. Seperti yang dikatakan oleh GJ dan GY konflik terjadi karena kemenangan yang seharusnya menjadi milik tim yang didukungnya di
gagalkan ataupun direbut oleh tim lawan. Selanjutnya, bentrokan yang terjadi antar suporter juga terjadi karena
masalah gengsi antar kelompok terutama untuk kelompok suporter yang notabene berada dalam satu kota. Tidak jarang saling ejek muncul pada kedua
suporter ketika tim yang didukung bertanding terutama untuk pertandingan yang mempertemukan tim dalam satu kota atau sering disebut
“derby”. Dukungan yang diberikan oleh suporter terkadang menjadi sebuah ejekan kepada suporter
lawan, tidak terima dengan ejekan yang diterima kemudian balas mengejek dan terjadilah saling ejek antar kedua suporter. Kedua belah suporter tidak mau kalah
dan ingin menunjukkan suporter mana yang lebih kuat unggul dan ingin merasa diakui oleh suporter lawan. Saling ejek yang terus berulang dan tidak jarang
berakhir menjadi bentrokan ini pun menjadi ingatan tersendiri bagi anggota suporter sehingga tidak menampik kemungkinan menjadi sebuah sejarah diantara
suporter dikarenakan kejadian tersebut selalu terulang ketika kedua suporter bertemu dalam sebuah pertandingan.
Bentrokan yang terjadi antar suporter sepakbola selain dikarenakan saling ejek yang dilakukan oleh kedua suporter ataupun kekalahan yang
menimpa tim yang didukung, sejarah pada masa lampau yang terjadi terutama jika mengenai kekerasan yang pernah diterima kelompok pada masa lalu
berperan terhadap terjadinya bentrokan antar suporter. Sejarah konflik atau
ingatan akan konflik yang terwujud dalam kekerasan yang diterima oleh kelompok dimasa lalu membuat kelompok tersebut rentan untuk melakukan
pembalasan terhadap kelompok yang melakukan kekerasan dimasa lalu ataupun kelompok lainya. Kelompok yang mendapat perilaku kekerasan dari kelompok
lain akan memiliki kecenderung untuk membalas kelompok tersebut Ashmore, 2001.
Walaupun sebenarnya untuk generasi yang lebih muda tidak mengetahui secara jelas sejarah seperti apa yang terjadi antar kedua suporter.
Sejarah yang terjadi pada masa lampau sampai sekarang masih terbawa pada generasi sekarang walaupun pada generasi sekarang banyak yang tidak
mengetahui secara jelas bagaimana sebenarnya sejarah tersebut. Hal tersebut membuat gerasi sekarang berpikiran jika suporter yang memiliki sejarah tersebut
merupakan musuh dari kelompoknya dan beranggapan kelompoknya jangan sampai kalah ketika bertemu dengan suporter yang memiliki sejarah dengan
kelompoknya. Seperti yang diungkapkan GJ jika memang dahulunya terdapat sejarah konflik antara kedua suporter sampai sekarang pun akan tetap terbawa
walaupun memang sebenarnya generasi sekarang tidak mengetahui secara jelas sejarah seperti apa yang terjadi.
Ketidaktahuan generasi sekarang terhadap sejarah yang terjadi antara kedua suporter terkadang membuat bentrokan yang terjadi antar keduabelah
suporter menjadi semakin besar. Banyak anggota kelompok suporter yang hanya sekedar “ikut-ikutan” dalam sebuah bentrok antar suporter dikarenakan orang
tersebut berada pada salah satu kelompok suporter tersebut. Banyak anggota suporter yang terlibat dalam sebuah bentrokan hanya karena merasa
“ya ini seragam yang tak pakai, dan merasa tidak terima ketika seragam yang tak pakai
diserang dan harus menyerang balik” seperti yang dikatakan, jangan sampai kelompok yang didukung kalah dengan kelompok lain terutama ketika terjadi
bentrok antar suporter. Dalam hal ini stereotype dan prasangka terhadap kelompok lain sudah
melekat pada anggota kelompok. Sears 2010 mengemukakan jika stereotype merupakan sebuah keyakinan tentang atribut personal yang dimiliki oleh setiap
individu dalam suatu kelompok tertentu atau kategori sosial tertentu. Melekatnya stereotype dan prasangka terlihat dari sikap suporter yang hanya melihat dari
atribut yang digunaka n “kadang tahunya hitam musuh sama merah, merah
musuh sama hitam udah tahunya seperti itu kadang nggak ada asal muasale ini karena apa ini penyebabnya apa tidak ada ya tahunya ya merah ya musuh hitam
dan yang hitam musuh merah ”. Sears 2010 juga mengemukakan jika prasangka
merupakan evaluasi negatif atas suatu kelompok atau seseorang berdasarkan pada keanggotaan individu tersebut dalam suatu kelompok. Sears juga
mengmukakan jika prasangka akan membuat kelompok memiliki keyakinan jika in-group akan lebih unggul daripada semua out-group seperti yang dikemukakn
oleh GJ jika ini seragam yang tak gunakan dan harus dibela dan jangan sampai kalah dengan kelompok lain terutama kelompok yang memiliki catatan sejarah
yang buruk.