sebagai konflik yang mengarah pada konflik yang berlatar psikologis, misalkann konflik yang didasari oleh prasangka maupun stereotype.
Walaupun terdapat perbedaan antara konflik objektif dan subjektif, namun keduanya bisa saling berhubungan dan konflik yang
didasaridari prasangka maupun stereotype dapat bertahan lebih lama.
b. Explicit vs Implicit Conflict
Konflik eksplisit terbuka adalalah konflik legitimasi dan institusional berdasarakan peraturan atau norma kompetisi antar group
atau kompetisi world cup dalam sepakbola. Menurut Tajfel and Turner perilaku terhadap out-group dalam konflik ini dibagi menjadi
dua,yaitu : Instrumental behavior perilaku sebagai alat mengacu pada tindakan yang diarahkan pada in-group untuk memenangkan
kompetisi perilaku seperti itu dapat diterangkan dalam kaitan dengan alasan untuk memenangkan dan Noninstrumental behavior ialah
perilaku yang berkaitan dengan aspek psikologis. Hal ini berkaitan dengan bagaimana seseorang bersikap,dan berperilaku terhadap
kelompok lain. Misalkan, Perilaku diskriminasi dan sikap prasangka terhadap out group. Konflik implicit tersembunyi adalah konflik
yang mengacu pada perbedaan yang ada di dalam kelompok diakibatkan ketiadaan institusi yang jelas. Pembedaan di dalam
kelompok sengaja dihembuskan oleh anggota kelompok tersendiri atau
dari luar. Padahal sebenarnya tidak ada sesuatu hal berbeda secara mendasar. Misalkan kasus suku Hutu dan Tutsi di Rwanda. Suku Hutu
dan Tutsi memiliki banyak keasamaan, mulai dari bahasa, agama, budaya dan sejarah melalui pertukaran identitas dengan perkawinan
antar suku tesebut. Tetapi karena perbedaan kecil tinggi, warna kulit dihembuskan oleh kaum kolonial, maka terjadilah konflik antara kedua
suku tersebut. Konflik antar kelompok intergroup conflict terjadi karena
dipengaruhi beberapa hal. Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi munculnya konflik adalah:
1. Identitas Sosial
Identitas sosial adalah sebuah pengetahuan dari perseorangan selama individu tersebut berada di dalam sebuah kelompok tertentu
Abram dan Hogg, 1988. Identitas sosial mengasumsikan bahwa kita menunjukkan semua perilaku kelompok, contohnya solidaritas di dalam
kelompok, dan diskriminasi terhadap kelompok lain dengan tujuan peningkatan diri dan penghargaan diri yang positif. Abram Hogg,
1988. Menurut Tajfel dan Turner dalam Abrams Hogg, 1988
identitas sosial
memberikan kontribusi
yang besar
terhadap kesalahpahaman dalam interaksi kelompok dalam skala besar, seperti
halnya tindakan kelompok yang dapat menimbulkan konflik antar