sehingga subjek mengembangkan suatu sikap permusuhan Tes Grafis dan selalu mengganggap bahwa hidup merupakan suatu persaingan CAT-A.
h. Subjek membutuhkan perhatian dan rasa aman dari orang lain. Subjek juga
membutuhkan kelekatan yang dapat memunculkan suatu perasaan nyaman wawancara, Tes Grafis, CAT-A.
i. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk melindungi dirinya adalah
represi dan proyeksi Tes Grafis, CAT-A.
B. Pembahasan
Kekerasan terhadap anak merupakan tindakan penganiayaan terhadap anak baik secara fisik maupun psikis yang dapat merugikan anak dan dilakukan berulang-
ulang. Penyebab dari tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap anak antara lain karena kemiskinan keluarga, atau penelantaran. Kurang terpenuhinya taraf hidup
yang baik seringkali membuat orang tua tidak mampu menghadapi tekanan dan menjadi stress. Tekanan-tekanan tersebut membuat orang tua sering melampiaskan
kemarahan pada anak-anak dan mengesampingkan dampak secara psikologis terhadap anak. Akibatnya anak yang mengalami atau melihat suatu kekerasan turut
pula mengalami stress bahkan trauma sehingga hal ini dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak scara normal.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa subjek melihat perlakuan kekerasan. Perlakuan kekerasan dilakukan terhadap adiknya. Subjek
dengan jelas melihat bagaimana adiknya dipukul dan diinjak-injak oleh kakeknya dan melihat pertengkaran antara ibu dengan kakeknya yang dipenuhi dengan kekerasan.
Selain melihat tindak kekerasan, subjek juga menjadi korban dimana subjek mengalami perlakuan kekerasan fisik dan psikis yaitu dipukul, ditendang, dibentur-
benturkan, dimaki, dimarahi. Setelah subjek mengalami luka-luka akibat kekerasan, subjek dibawa ke jalanan untuk meminta-minta. Semakin parah luka yang diderita,
maka semakin banyak pula uang yang didapatkan oleh ibu dan kakek subjek. dari fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa perlakuan kekerasan yang dialami oleh
subjek memiliki tujuan ekonomi, yaitu untuk mendapatkan uang. Perlakuan ibu dan kakek subjek dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk eksploitasi atau kekerasan
ekonomi, dimana subjek dieksploitasi untuk kepentingan pribadi. Tindakan ini memiliki dampak psikologis terhadap subjek. Salah satunya adalah subjek mengalami
tekanan-tekanan yang muncul pada saat subjek mengalami emosi yang mudah “keluar fokus” atau mudah mengalami ledakan-ledakan emosional, sehingga mengakibatkan
subjek mengalami stress. Perlakuan kekerasan semakin kuat intensitasnya akibatnya tekanan dalam diri subjek juga semakin kuat dan stress yang dialami subjek menjadi
suatu bentuk trauma. Trauma yang dialami oleh subjek muncul dalam bentuk kekhawatiran akan
sesuatu atau seseorang yang dapat membahayakan keselamatan subjek, sehingga subjek cenderung memilih senjata tajam dalam memilih jenis mainan sebagai bentuk
perlindungan terhadap dirinya. Subjek belajar untuk mepertahankan diri melalui senjata. Dollard Miller Supratiknya, 1993 menyatakan bahwa konflik neurotic tidak
hanya diciptakan oleh anak saja namun juga karena kondisi yang dibuat oleh orang tua. Dengan melihat pertengkaran antara ibu dan kakeknya menggunakan kayu, ada
kemungkinan subjek dikondisikan untuk belajar bahwa senjata merupakan alat yang dipergunakan untuk melindungi dirinya.
Kekhawatiran yang muncul menyebabkan subjek cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap orang lain. Pandangan yang negatif ini diikuti oleh
kewaspadaaan yang berlebih dan terus berkembang menjadi suatu bentuk kecurigaan yang berlebih paranoia. Sikap kecurigaan berlebih paranoia muncul dalam pikiran
subjek bahwa akan ada orang asing yang menyakitinya apabila subjek berada dalam pintu tertutup serta dalam gelap. Dollard Miller dalam penulisannya mengatakan
bahwa kurang terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan utama termasuk kebutuhan makan anak menyebabkan anak merasa takut dan sendirian dan muncul dalam bentuk takut
akan gelap Supratiknya, 2003. Hal ini terkait dengan feeding problem yang dialami oleh subjek. Dimana subjek memiliki masalah akan kebutuhan makanan karena
subjek diperbolehkan makan jika mendapat uang banyak, sehinnga dapat dikatakan bahwa kebutuhan subjek akan makan tidak terpenuhi dengan baik.
Secara umum, ketakutan yang mendalam memiliki kontribusi yang besar akan munculnya suatu trauma. Ketakutan ini diawali akan suatu perlakuan kekerasan yang
diterima oleh subjek. Kekerasan yang dilakukan pada anak menimbulkan luka secara psikologis Adianingsih, 2003 dan muncul dalam ingatan subjek yang terus berulang.
Kondisi tersebut sesuai dengan Santrock 1995 yang mengatakan bahwa pada periode intuitif 4-7 tahun, perhatian dan ingatan mempengaruhi cara anak dalam
memproses informasi. Perlakuan kekerasan mempengaruhi subjek dalam pemrosesan informasi sehingga subjek selalu merasa ketakutan ketika berada dalam situasi atau
tempat yang dapat mengingatkan subjek akan peristiwa traumatik yang dialaminya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akibat dari ketakutan mendalam, subjek mengembangkan suatu bentuk ketakutan yang irrasional atau fobia terhadap gelap, pintu tertutup, air, dan sambal.
Dikatakan ketakutan irrasional atau fobia, dikarenakan ketakutan subjek tidak memiliki alasan yang jelas. Seperti ketakutan pada pintu tertutup atau ketakutan
terhadap sambal. Namun Dollard Miller Supratiknya, 2003 mengatakan bahwa munculnya respon-respon tertentu disebabkan oleh stimulus yang diperkuat. Jadi ada
kemungkinan subjek mengalami perlakuan kekerasan yang berkaitan dengan ruangan gelap tertutup, air, dan sambal dan membuat subjek ketakutan sehingga
mengembangkan suatu bentuk fobia. Rasa takut yang dirasakan oleh subjek mendorong subjek untuk selalu
melakukan penghindaran pada tempat maupun aktivitas yang mengingatkan subjek akan peristiwa trauma seperti diguyur air atau berada dalam ruangan gelap dan
tertutup. Bahkan ketakutan yang mendalam membuat subjek selalu menolak untuk makan ketika menemukan sambal dalam makanannya. Belum ada penelitian atau
fakta yang menyebutkan alasan subjek menghindari sambal serta ruangan gelap tertutup. Namun ada kemungkinan subjek mengalami sesuatu yang berbentuk
perlakuan atau peristiwa berkaitan dengan sambal dan ruangan gelap tertutup yang mengakibatkan munculnya ketakutan subjek. Selain itu, penghindaran yang dilakukan
subjek merupakan penghindaran terhadap pikiran, perasaan maupun percakapan yang mengarah pada situasi dimana subjek mengalami kekerasan. Hal ini tampak dalam
keengganan subjek untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau percakapan yang mengingatkan akan peristiwa traumatis. Perasaan tidak nyaman serta rasa takut
menyebabkan subjek ingin melupakan peristiwa tersebut. Ada kemungkinan pula PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa penghindaran subjek dalam percakapan mengenai peristiwa subjek merupakan dorongan yang muncul akibat pandangan yang negative terhadap orang lain seperti
yang telah diungkap sebelumnya. Subjek juga melakukan penghindaran terhadap pelaku kekerasan.
Penghindaran yang dilakukan oleh subjek cenderung agresif yaitu keinginan untuk membunuh kakek subjek. Dalam hipotesis frustrasi-agresi oleh Dollard, dkk Baron
Byrne, 2005 memaparkan bahwa dorongan untuk melukai atau menyakiti orang lain merupakan akibat dari kondisi eksternal seperti frustrasi atau kondisi lingkungan yang
tidak menyenangkan. Dalam hal ini keinginan subjek untuk melukai kakek didorong oleh kondisi keluarga yang tidak menyenangkan serta perlakuan kekerasan dari kakek
subjek yang menyebabkan subjek menjadi frustrasi. Secara nyata, subjek juga menghindari partisipasi dan aktivitas yang
berhubungan dengan orang lain. Subjek merasa tidak tertarik dengan suatu kejadian di sekitarnya dan cenderung menutup diri. Sikap ini merupakan wujud dari
kecurigaan subjek yang berlebih terhadap orang lain sehingga subjek merasa lebih nyaman ketika bermain sendiri. Subjek merasa tidak harus direpotkan dengan
kehadiran orang lain dan merasa bebas memilih jenis permainan karena tidak ada campur tangan dari orang lain. Subjek memiliki sikap yang egois karena subjek lebih
mementingkan diri sendiri dan tidak bersedia untuk berbagi dengan orang lain. Subjek menguasai sesuatu yang dimilikinya dan merasa marah jika hak miliknya
diganggu oleh orang lain. Perilaku tersebut merupakan suatu bentuk perilaku yang tidak sosial dalam pernyataan Hurlock 1991, dimana subjek sering merasa berada
dalam suatu tempat di bawah kekuasaannya sehingga dengan mudah mengambil barang milik orang lain dan selalu merasa ingin berkuasa.
Secara fisik dan psikis, subjek mengalami penyiksaan namun kelekatan dalam keluarga dimana subjek dibesarkan membuat subjek merasa tidak berdaya dan
cenderung untuk patuh terhadap pelaku yaitu ibu dan kakek subjek. Ikatan tersebut juga membuat subjek terus teringat akan peristiwa traumatik yang dialaminya. Subjek
masih mengingat dengan jelas bagaimana ia mendapatkan penyiksaan fisik, dibawa ke jalanan untuk meminta-minta, sampai ingatan mengenai waktu atau jam ketika ia
dianiaya. Ingatan ini terus berulang dan muncul dalam cerita-cerita subjek. Baron dan Byrne 2005 mengatakan bahwa hubungan pertama ada dalam keluarga dimana
anak-anak belajar mengenai apa yang diharapkan orang lain terhadap mereka serta bagaimana interaksi mereka dengan orang tua. Hal ini menyebabkan kekerasan yang
dialami tidak mengurangi kelekatan subjek terhadap keluarga karena kelekatan awal yang dianggap aman secure attachment meskipun subjek tidak berdaya untuk
mempertahankan dirinya dari perlakuan kekerasan yang dilakukan di dalam keluarga. Gaya kelekatan yang dialami oleh subjek termasuk dalam gaya kelekatan takut-
menghindar fearful-avoidant attachment style dimana subjek memiliki pandangan yang rendah dan negatif terhadap orang lain Levy dkk., 1998. Menurut Levy pula,
anak yang memiliki kelekatan takut-menghindar menggambarkan orang tua secara negatif, memendam perasaan dan marah tanpa menyadarinya.
Perasaan sedih dan tertekan yang dirasakan oleh subjek sering muncul ketika sedang bercerita. Subjek terkadang menjadi berfantasi dan tidak jarang bertindak
seolah peristiwa traumatik tengah dialaminya. Subjek sering berteriak-teriak histeris PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan menangis. Hal ini juga sering terjadi ketika subjek didekatkan dengan suatu tempat yang dapat mengingatkan subjek terhadap perlakuan kekerasan seperti kamar
mandi. Sikap ini menunjukkan perasaan tidak senang, luka emosional atau marah yang muncul akibt dari perlakuan kekerasan yang dialami oleh subjek. selain itu sikap
subjek yang kerap menekan perasaannya represi turut mendorong munculnya ledakan-ledakan emosional tersebut.
Reaksi lain akibat kekerasan adalah reaksi fisik dimana subjek mengalami kesulitan untuk BABBAK, sakit perut, sampai sulit makan. Setelah dibawa ke rumah
sakit, pihak medis menyatakan bahwa subjek tidak mengalami suatu penyakit yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa subjek mengalami gejala psikosomatis dimana
pada awalnya subjek mengalami ketakutan sekaligus kesedihan yang mendalam kemudian perasaan tersebut ditekan sebagai suatu perlindungan terhadap dirinya dan
muncul dalam bentuk sakit fisik. Beberapa hal tersebut juga menunjukkan bahwa subjek mengalami kegagalan dalam mencapai stabilitas fisiologis dalam tugas
perkembangannya Hurlock 1991. Akibatnya subjek mengalami ketidakbahagiaan dimana subjek merasakan kesedihan yang mendalam.
Kesendirian merupakan sesuatu yang dipilih oleh subjek karena subjek memandang negatif terhadap lingkungan sekitar yang dirasa mengganggu. Subjek
kerap mengambangkan suatu sikap permusuhan dan memandang bahwa dalam hidup penuh dengan persaingan sehingga secara langsung subjek memiliki kewaspadaan
yang berlebih terhadap lingkungan sekitar terutama terhadap orang lain yang dikhawatirkan dapat menyerang serta menyakitinya. Kesendirian membuat subjek
menjadi senang berfantasi atau berkhayal. Subjek sering tampak sedang melakonkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sesuatu dan tidak mudah terpengaruh dengan kehadiran orang lain. Tidak jarang ketika ada orang asing subjek sengaja memperlihatkan perilaku tersebut sebagai
bentuk dari kebutuhan subjek akan perhatian dari orang lain. Teori anak dalam Santrock 1995 mengatakan anak-anak mengembangkan suatu kesadaran bahwa
pikiran itu ada, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan dunia fisik, bisa berupa objek yang akurat maupun tidak akurat.
Selain memandang lingkungan sebagai suatu hal yang mengganggu, subjek juga merasa kesepian, diabaikan dan diasingkan. Perasaan kesepian dapat disebabkan
oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah pengalaman belajar yang spesifik pada awal kehidupan Baron Byrne, 2005. Subjek memiliki pengalaman mendapat
perlakuan kekerasan yang menyebabkan subjek mengalami kekhawatiran, ketakutan, serta stress yang mengembangkan subjek menjadi pribadi yang penuh curiga dan
memiliki pandangan yang negatif. Hal ini membuat subjek dijauhi oleh teman- temannya sehingga subjek merasa diabaikan dan kesepian. Akibat dari perasaan
kesepian tersebut, subjek menjadi mudah marah dan mudah tersinggung. Subjek juga merasa tidak terikat oleh suatu aturan sehingga subjek kerap membantah dan
memberontak terhadap aturan di panti. Ledakan amarah subjek muncul secara ekstrim yang ditunjukkan melalui perilaku yang agresif seperti mengancam akan membakar,
menyakiti diri sendiri, menyerang mengeluarkan kata-kata kasar dan juga menyerang orang lain. Agresifitas subjek juga muncul dalam keseharian seperti merusak sepeda
menjebol kasur ketika bermain. Hurlock 1991 menyatakan bahwa kondisi psikologis subjek yang penuh
dengan kecemasan serta kondisi lingkungan yang menimbulkan ketegangan memicu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tingginya emosionalitas subjek. Hurlock juga menyatakan, ada 2 jenis perilaku yang muncul pada anak usia 2-6 tahun yaitu perilaku sosial dan tidak sosial. Dalam
penelitian tampak bahwa subjek mengalami suatu perilaku tidak sosial dimana subjek kerap melakukan agresi atau penyerangan terhadap orang lain. Selain itu Hurlock
juga menyebutkan bahwa pada umur tersebut anak rentan dengan ledakan-ledakan amarah yang muncul karena ketidakseimbangan sehingga sering “keluar fokus”.
Akibatnya anak menjadi sulit untuk diatur atau dikendalikan. Beberapa gangguan yang muncul seperti yang telah digambarkan sebelumnya
mempengaruhi kondisi-kondisi subjek secara sosial. Subjek mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas penting seperti BABBAK pada tempatnya, sulit
menghabiskan makanan sampai kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kesulitan yang dialami oleh subjek juga merupakan suatu kegagalan
dalam beberapa tugas perkembangan Hurlock, 1991 yaitu belajar mengendalikan pembuangan sampah dalam tubuh. Hurlock menyatakan bahwa kegagalan melakukan
tugas perkembangan menimbulkan kesulitan pelaksanaan tugas lainnya kelak. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, subjek masih membutuhkan bantuan
dari orang lain walaupun ada beberapa tugas-tugas yang mudah seperti pembuangan sampah dalam tubuh. Kesulitan subjek untuk melaksanakan tugas sehari-hari
membuat subjek semakin mengalami kesulitan untuk melaksanakan tugas-tugas yang lebih sulit pada usia masa awal anak-anak antara lain tugas mencuci perabot. Dalam
hal ini subjek masih membutuhkan dukungan atau bantuan dari teman-temannya. Vygotsky Santrock, 1995 menyatakan bahwa dalam teori perkembangan ada istilah
ZPD Zone Proximal Development dimana untuk tugas-tugas sulit, anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang lain. Dalam kasus ini tidak hanya tugas-tugas sulit yang masih membutuhkan orang lain, tugas-tugas yang mudah
sekalipun subjek masih membutuhkan bantuan dari orang lain. Kebutuhan tersebut membuat subjek mengalami ketergantungan dengan orang lain.
Kesulitan dalam melaksanakan tugas serta ketergantungan terhadap orang lain terkadang membuat subjek merasa sangat tidak berdaya secara sosial sehingga subjek
cenderung memilih untuk pergi dari masalah. Hal ini menunjukkan kegagalan subjek dalam tahap perkembangan untuk membedakan kenyataan sosial dan fisik Hurlock,
1991. Dari dampak-dampak psikologis yang muncul akibat perlakuan kekerasan,
pada dasarnya subjek memiliki kebutuhan akan afeksi dimana subjek membutuhkan perhatian, rasa aman, dan kasih sayang dari orang lain. Dalam tahap perkembangan
Hurlock 1991, anak belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain. Kebutuhan untuk mencapai kondisi ini tampak
dalam kerinduan subjek terhadap keluarga, impian mengenai keluarga yang bahagia dan sikap menarik perhatian yang menunjukkan kebutuhan subjek untuk memiliki
hubungan emosi yang baik dengan keluarga. Subjek memiliki keinginan untuk keluar dari permasalahan, mencapai cita-cita, memiliki harapan akan masa depan dan selalu
membayangkan dapat berkumpul dengan keluarga tanpa ada suatu kekerasan yang mewarnainya. Keinginan untuk mencapai cita-cita serta kemauan keras untuk tahu
didukung dengan kecerdasan subjek yang termasuk diatas rata-rata. Selain itu subjek juga memiliki kemampuan beradaptasi serta berkomunikasi yang cukup baik
sehingga memungkinkan subjek untuk terus mengalami kemajuan dalam perkembangannya.
Bagan Kondisi Psikologis Anak Korban Kekerasan dalam Keluarga
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil dari penelitian menemukan bahwa subjek mengalami kekerasan dalam keluarga. Subjek tidak hanya melihat namun juga menjadi korban dari tindak
kekerasan yang dilakukan oleh keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan menimbulkan dampak secara psikologis terhadap subjek.
Penggambaran dampak psikologis yang dialami oleh subjek didasarkan pada kriteria DSM IV TR ditambah dampak-dampak lain yang merupakan temuan penelitian di
luar kriteria tersebut. Dampak psikologis subjek yang muncul akibat dari perlakuan kekerasan antara lain munculnya respon-respon kekhawatiran, ketakutan dan
ketidakberdayaan akibat kekerasan fisik; munculnya peristiwa traumatik yang terus berulang dan bertahan dalam ingatan, tindakan, kesedihan mendalam, serta reaksi
fisiologis; melakukan beberapa penghindaran yang dilakukan pada pikiran perasaan percakapan, tempat aktivitas, orang, partisipasi atau aktivitas, perasan terpisah dan
terasing; muncul simptom-simptom yang terus meningkat ledakan amarah, kewaspadaan berlebih; serta ketidakberdayaan sosial dan ketidakmampuan
melakukan tugas penting akibat dari munculnya gangguan-gangguan akibat kekerasan.
Dampak psikologis lain yang muncul sebagai temuan tambahan antara lain fobia, agresif, sulit dikendalikansulit diatur, fantasi, egoisme, pandangan yang
negatif, kebutuhan akan afeksi yang kurang serta banyak melakukan mekanisme PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI