Wawancara Metode Pengumpulan Data

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada subjek, pramusosial dan pembina panti sekaligus psikolog. Data sekunder diperoleh dari tes psikologi yaitu tes inteligensi dan tes proyektif. Adapun jenis tes inteligensi yang digunakan adalah CPM Colour Progressive Matrices, sedangkan jenis tes proyektif adalah tes Grafis dan CAT Children’s Apperception Test.

1. Wawancara

Wawancara interview adalah situasi peran antar pribadi face to face, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancara, atau responden Kerlinger, 2000. Menurut Banister, dkk Poerwandari, 1998, wawancara kualitatif dilakukan dengan maksud memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Wawancara dilakukan secara langsung kepada subjek untuk memperoleh keakuratan data sekaligus menjaga kerahasiaan data subjek. Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur lebih fleksibel karena selain menggunakan pedomanpanduan wawancara, peneliti juga bebas untuk mengajukan pertanyaan di luar panduan sehingga data dan informasi yang diperoleh lebih mendalam. Wawancara semi terstruktur merupakan kombinasi dari wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur Nietzel, 1994. Wawancara semi terstruktur dapat juga disebut sebagai wawancara tak standar yang bersifat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI luwes dan terbuka. Walaupun pertanyaan yang diajukan ditentukan oleh maksud dan tujuan penelitian, namun muatan, runtutan, dan rumusan kata- kata terserah pada pewancara Kerlinger, 2000. Ada beberapa langkah dalam wawancara sebagai tuntunan Nietzel, 1994, yaitu : 1 Wawancara Awal Hal penting yang perlu dilakukan pada wawancara awal adalah melakukan rapport. Rapport ini dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik, nyaman, dan harmonis dengan subjek. Rapport ini juga mendorong subjek untuk berbicara secara bebas dan bersahabat tentang masalah yang dihadapi. Kemampuan interviewer untuk membangun rapport pada wawancara awal ini dapat membentuk proses wawancara selanjutnya sehingga akan diperoleh data dan informasi yang jelas mengenai diri dan masalah subjek. 2 Wawancara Pertengahan Ada tiga teknik dalam tahap wawancara pertengahan ini, yaitu : a Teknik tidak langsung Pada pertengahan wawancara ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pendekatan pertama adalah dengan pendekatan secara open-ended. Dengan pendekatan open-ended ini klien diberikan kekebasan untuk memulai sesuai keinginannya dan memudahkan klien untuk masuk pada pokok masalah yang dihadapinya. Pendekatan yang kedua adalah dengan mendengarkan secara aktif untuk mendorong klien mengekspresikan diri secara penuh. Pendekatan yang ketiga adalah dengan mempharafrasekan perkataan klien. Hal ini dilakukan untuk membantu mengklarifikasikan pernyataan dari klien serta feedback dari interviewer sendiri. Pendekatan yang terakhir adalah dengan melakukan refleksi yang penekananya bukan saja pada mengulang isi dari perkataan subjek tetapi juga menyoroti perasaan subjek. b Teknik langsung Teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan informasi khusus dan memberikan kebebasan pada klien untuk merespon perrtanyaan interviewer. Pada teknik ini seorang interviewer perlu berhari-hati dalam mengajukan pertanyaan secara langsung untuk mengeksplorasi masalah subjek karena dapat menimbulkan kesalahpahaman. c Kombinasi teknik langsung dan tidak langsung Wawancara pertengahan yang dilakukan dengan menggunakan kedua teknik tersebut karena sifat wawancara yang fleksibel. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik kombinasi pada wawancara pertengahan karena memudahkan peneliti untuk dapat menggali lebih dalam mengenai informasi penting dari subjek. 3 Wawancara Penutup Pada wawancara penutup yang perlu dilakukan adalah membuat kesimpulan dari apa yang telah dilakukan selama proses wawancara. Hal terpenting adalah mengklarifikasi terjadinya kesalahpahaman pada saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI proses wawancara dilakukan dan melakukan evaluasi yang telah dilakukan untuk membantu proses selanjnutnya. Wawancara dilakukan dengan mengunakan suatu panduan atau daftar pertanyaan yang akan diajukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Namun peneliti dapat lebih fleksibel karena peneliti bebas mengajukan pertanyaan di luar panduan apabila dimungkinkan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Informasi yang akan digali terhadap subjek dilakukan dengan menggunakan panduan sebagai berikut : a Wawancara mengenai latar belakang subjek Bagaimana keadaan atau latar belakang keluarga subjek, perlakuan ibu, adik, serta kakek subjek. Dalam wawancara ini pula akan digali secara mendalam mengenai bentuk kekerasan apa saja yang telah dialami oleh subjek. b Wawancara mengenai keadaan subjek saat ini Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui akibat secara psikologis dari perlakuan kekerasan terhadap subjek di masa lalu. Akibat tersebut yaitu mengalami PTSD atau stress yang terjadi akibat dari kekerasan yang dialami. Kondisi ini meliputi ingatan akan peristiwa traumatik, sikap menghindari dari peristiwa traumatik, serta respon-respon yang muncul akibat kekerasan yang dialami trauma. Wawancara juga dilakukan terhadap orang-orang yang dekat dengan subjek significant others. Dalam hal ini adalah pembina sekaligus psikolog PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI subjek di panti serta pramusosial yang merawat dan selalu bersama-sama dalam keseharian subjek karena saat ini subjek tidak bersama keluarganya melainkan di panti. Wawancara terhadap significant others ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai dampak psikologis serta perkembangan pada diri subjek. Selain itu hal tersebut juga dilakukan untuk mengetahui perilaku subjek secara verbal dan non verbal.

2. Tes Psikologi