Uji Asumsi Analisis Data Penelitian

dengan pertimbangan sebaran data variabel penelitian yang tidak terdistribusi normal dan terdapat lebih dari 2 kelompok sampel yang akan diuji. Hipotesis uji Kruskal-Wallis terbagi menjadi 2 yaitu Ho dan Ha. Ho berbarti tidak ada perbedaan di antara sampel sedangkan Ha berarti ada perbedaan. Kriteria pengujian diambil berdasarkan nilai probabilitas. Jika probabilitas sig. 0,05 maka Ho diterima. Sebaliknya, jika probabilitas sig. 0,05 maka Ho ditolak Siregar, 2013. Berikut hasil uji Kruskal-Wallis: Tabel 15 Hasil Uji Kruskal-Wallis Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan antara 5 kelompok usia terhadap tingkat job insecurity . Kelompok usia terbagi menjadi 1 21-30, 2 31-40, 3 41-50, 4 51-60, dan 5 60. Hasil nilai sig. yang diperoleh sebesar 0,498. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig. 0,05. Maka, Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan tingkat job insecurity pada 5 kelompok usia subjek. Test Statistics

a,b

Job insecurity Chi-Square 3.368 df 4 Asymp. Sig. .498 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok Usia

E. Pembahasan

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara job insecurity dengan perceived control pada karyawan. Melalui hasil uji hipotesis menggunakan teknik Spearman’s Rho diperoleh koefisien korelasi r sebesar -0,632 dengan signifikansi p sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, yakni terdapat hubungan negatif antara job insecurity dengan perceived control . Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi perceived control maka semakin rendah job insecurity . Sebaliknya semakin rendah perceived control maka semakin tinggi job insecurity yang dialami oleh karyawan. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan adanya keterkaitan dengan pernyataan Spector 2009 bahwa kontrol memiliki kaitannya sebagai moderator antara lingkungan dan persepsi atas suatu stressor. Apabila individu dapat mengendalikan situasi maka sangat mungkin bagi individu untuk mempersepsikan sebagai tantangan yang akan berkaitan dengan respon positif. Sebaliknya, apabila individu melihat situasi sebagai sesuatu yang tidak dapat dikontrol atau sangat mungkin dilihat sebagai sebuah stressor maka hal itu dapat mengarahkan individu pada respon emosi negatif. Berkaitan dengan ancaman pekerjaan yang dapat dipersepsikan sebagai stressor, karyawan dapat menghadapi dan melewatinya dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI baik karena mereka memiliki perceived control . Apabila karyawan mempersepsikan memiliki kontrol maka ia percaya bahwa situasi yang sedang dihadapi akan membaik dan mentoleransi adanya stimulus yang dapat meningkatkan tingkat stress dalam Fox dan Spector, 2006. Selain itu, Glavin dan Schieman 2014 juga menyampaikan bahwa dengan perceived control dapat mereduksi stressors sehingga tidak semakin meluas. Skinner 2016 juga menjelaskan bahwa apabila karyawan memiliki perceived control yang tinggi maka mereka akan menunjukkan berbagai macam perilaku positif seperti menunjukkan usaha, kerja keras, optimis dan sebagainya. Apabila karyawan terus melatih kontrol dalam dirinya maka dapat membuat karyawan mempersepsikan sedikit keterbatasan pada pekerjaan mereka, memiliki kemampuan menentukan keputusan yang lebih baik dan memiliki level stress yang rendah dalam Schultz dan Schultz, 2006. Sama halnya dengan pernyataan dalam Schreurs et. al. 2010 dimana kontrol memungkinkan karyawan untuk mereduksi suatu kejadian yang memicu stress sehingga bermanfaat bagi kesehatannya. Sedangkan apabila karyawan memiliki perceived control yang rendah akan menunjukkan perilaku yang negatif seperti menarik diri, melarikan diri, menyerah, mengalami distress dan sebagainya dalam Skinner, 2016. De Witte 2005 menjelaskan bahwa kurangnya kontrol dapat mengarahkan individu untuk mengalami job insecurity . Apabila PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karyawan mempersepsikan mengalami job insecurity , hal tersebut dapat memiliki dampak secara fisik maupun psikologis dalam De Witte et. al. , 2015. Karyawan yang mempersepsikan mengalami job insecurity dapat mengalami masalah terhadap kesehatan Burgard et. al. , 2009, kesehatan fisik Jiang dan Probst, 2014, rendahnya kesehatan mental De Witte, 2015, penurunan usaha, keinginan untuk meninggalkan pekerjaan dan tidak ingin mengalami perubahan Greenhalgh dan Rosenblatt, 2014 bahkan mengalami peningkatan tekanan kerja dan terjadi penurunan dalam pembuatan keputusan Glavin, 2013. Melalui hasil analisis deskriptif diketahui bahwa subjek memiliki tingkat perceived kontrol yang tinggi dan job insecurity yang rendah. Hasil data pada skala perceived control menunjukkan nilai mean empiris yang tinggi daripada nilai mean teoritis yakni sebesar 98,13. Sedangkan pada skala job insecurity diperoleh hasil nilai mean empiris yang rendah daripada nilai mean teoritis yakni sebesar 34,37. Berdasarkan hasil tersebut hal-hal yang memungkinkan subjek memiliki tingkat kontrol yang tinggi dan job insecurity yang rendah terletak pada persepsi karyawan. Perceived control dan job insecurity mengandalkan bagaimana karyawan menginterpretasi terhadap situasi yang objektif. Pada konsep perceived control , individu yang berasal dari lingkungan kerja yang sama dapat mempersepsikan memiliki tingkat kontrol yang berbeda Fox dan Spector, 2006. Begitu juga pada karakteristik job insecurity yang bersifat subjektif dimana situasi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI