penderita pasif pada saat proses pemberian informasi obat berlangsung yang disebabkan penderita tidak mengetahui haknya untuk memperoleh informasi yang
selengkap-lengkapnya dari apoteker dan tidak mengetahui adanya standar dalam pelayanan informasi obat.
3. Harapan penderita asma terhadap pengobatan yang diterima di
Kabupaten Sleman
Harapan responden berdasarkan pelayanan yang diterima di apotek dapat dilihat pada tabel IV berikut.
Tabel IV. Harapan Responden Terhadap Pelayanan Informasi Obat Yang Diterima Di Kabupaten Sleman Pada Bulan Februari
– April 2014 No
Jawaban Harapan Responden Jumlah
n = 31 Persentase
1 Apoteker menjelaskan informasi obat lebih
jelasdetail terutama mengenai efek samping, indikasi,
kontraindikasi dan
pantangan makananminuman
dan meminta
penderita mengulangi informasi tersebut agar tidak ada
kesalahan presepsi antara penderita dan apoteker 13
42
2 Apoteker supaya lebih ramah dalam melayani
informasi obat kepada penderita 5
16,1
3 Apoteker supaya lebih peduli terhadap penderita,
bertanya mengenai keadaan penderita dan mengulangi
kembali informasi
obat yang
diberikan oleh dokter 3
9,7
4
Apoteker hendaknya
sering mengadakan
penyuluhan mengenai penyakit asma 2
6,5
5 Apoteker dalam memberikan pelayanan informasi
obat jangan terlalu lama 2
6,5
6 Apoteker supaya lebih informatif dalam melayani
penderita terkadang apoteker hanya memberikan obat yang diminta tanpa bertanya ataupun
memberikan penjelasan mengenai obat yang dibeli
1 3,2
7 Apoteker dalam melayani informasi obat harus
merata untuk semua golongan, tidak memandang dari kalangan mana penderita tersebut
1 3,2
8
apoteker menjelaskan lebih detail penggunaan obat yang diterima penderita tertama untuk obat
dalam bentuk inhaler 1
3,2
9
Apoteker supaya selalu memberikan informasi mengenai obat yang diterima walaupun penderita
sudah sering menerima obat tersebut 1
3,2
10 Apoteker menjelaskan lebih detail bila penderita
menerima obat baru, terkait kelebihan dan indikasi dari obat tersebut
1 3,2
11 Apoteker supaya memberikan catatan khusus
kepada penderitakeluarga sebagai pengingat untuk menghindari terjadinya kesalahan
1 3,2
Total 100
Berdasarkan data pada tabel IV di atas, sebagian besar responden 13 orang berharap bahwa apoteker menjelaskan informasi obat lebih jelasdetail
terutama mengenai efek samping, indikasi, kontraindikasi dan pantangan makananminuman serta meminta penderita mengulangi informasi tersebut agar
tidak ada kesalahan presepsi antara pasien dan apoteker, 5 orang responden berharap kedepannya apoteker lebih ramah dalam melayani pasien.
Persepsi baik dinyatakan konsumen jika mereka merasa mendapatkan pelayanan apotek yang sesuai atau melebihi harapan konsumen walaupun
konsumen itu sendiri belum memahami hak-hak pasien terhadap jenis pelayanan farmasi yang seharusya mereka dapatkan sesuai dengan standar pelayanan farmasi
komunitas apotek. Pelayanan farmasi yang sesuai dengan standar pelayanan farmasi komunitas antara lain khasiat obat, lama penggunaan obat, cara
penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul, tindakan bila ada efek samping
Tabel IV. Lanjutan
obat, tindakan bila terjadi salah dosis, obat tidak boleh digunakan untuk penyakit tertentu, obat yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan makanan, jadi tidak
hanya meliputi cara dan aturan pakai obat yang diterima penderita. Informasi yang diberikan oleh seorang dokter dan apoteker menurut
Setiadji 1996 seharusnya adalah informasi dalam bentuk bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh pasien, dan untuk informasi yang penting harus selalu
diulangi agar selalu diingat oleh penderita, dapat juga diberikan informasi yang tertulis atau dengan gambar agar lebih cepat diikuti dirumah. Pada saat pemberian
informasi perlu juga dilihat respon dari pasien atas informasi yang diberikan dan perlu diwaspadai bila pasien bingung mengenai informasi yang telah diberikan.
Upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan ketaatan pasien dalam menggunakan obat antara lain pemberian informasi yang benar dan jelas kepada pasien
walaupun pasien seorang anak kecil. Menurut Suryawati 1998, penggunaan obat dengan benar dapat mempengaruhi keberhasilan dari proses terapi, dan dengan
diketahuinya penggunaan obat yang benar kemungkinan pasien akan lebih taat dalam meminum obat-obat yang telah diberikan.
Kelengkapan informasi obat menjadi hal yang penting dan menjadi hak pasien karena suatu obat kadang tidak berefek secara maksimal hanya karena
salah dalam aturan minum. Beberapa jenis obat dapat diganggu penyerapannya oleh adanya makanan, sehingga kadar obat yang masuk ke peredaraan darah tidak
memadai. Penghentian minum obat setelah gejala mereda pada pengobatan tertentu tidak dibenarkan. Sebaliknya beberapa pengobatan hanya dianjurkan
pemakainnya sampai gejala mereda. Efek samping obat perlu diketahui agar
pasien tidak mengira sebagai penyakit baru atau komplikasi dari penyakit yang dideritanya Siregar dan Amalia, 2004.
Hasil evaluasi dari profil pelayanan informasi obat yang diterima penderita asma yang menebus obat di apotek belum tercapai sesuai dengan
standar yang berlaku.
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN