Gambaran umum Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya

1960-an pertanda dimulainya pembangunan gedung gereja. Karena dana yang dikumpulkan umat belum memadai, selama pembangunan berlangsung umat mengumpulkan dana lewat iuran yang dihimpun lewat para ketua lingkungan. Umat dengan setia sesuai kemampuan memberikan bantuan. Setiap kali pembangunan belum selesai dan masih membutuhkan dana umat diajak untuk berunding mengenai cara mencari dana. Gereja baru yang dibangun di belakang gedung gereja lama tampak lebih luas. Karena menggunakan tanah sekolah Yos Sudarso yang sebelumnya dipakai untuk lapangan basket dan ruang laboratorium, gereja mengganti kedua fasilitas tersebut. Lapangan basket dibuatkan di samping aula dan ruang laboratorium di samping ruang legio Maria. Berbagai tantangan dan hambatan muncul silih berganti. Namun syukurlah semuanya bisa diatasi berkat suntikan dan pendampingan pastor Siswa Subrata Pr. Gedung gereja selesai dibangun dan telah mulai dipakai sejak Minggu pertama masa Advent tahun 1995. Waktu pelaksanaan termasuk seluruh gedung penunjang berlangsung 672 hari atau tepatnya 96 minggu, mulai tanggal 29 September 1994 sampai dengan 31 Juli 1996. Sepintas semuanya berjalan cepat dan lancar, namun sesungguhnya setiap hal membutuhkan diskusi dan perjuangan tersendiri. Prasasti gedung gereja ditandatangani oleh bupati Tasikmalaya Suljana W. Kusumah dan diresmikan penggunaannya serta diberkati oleh bapak Uskup Alexander Djajasiswaja Pr. pada tanggal 7 Agustus 1996. 6 Peristiwa Tasikmalaya Kelabu 1996 Kamis, 26 Desember 1996, sehari sesudah Hari Raya Natal adalah Hari Raya Santo Stefanus, Martir Pertama. Kota Tasikmalaya mencatat sejarah penting yang tidak pernah dilupakan terutama oleh masyarakat yang menyaksikan maupun mengalaminya. Pada hari itu, 77 hari setelah kerusuhan di Situbondo, terjadilah kerusuhan yang mengejutkan. Peristiwa itu memakan korban jiwa dan kerusakan harta benda. Gereja-gereja dan pertokoan termasuk rumah-rumah yang dimiliki oleh orang Tionghoa dirusak dan dibakar termasuk terbakarnya gedung gereja Paroki Hati Kudus Yesus yang baru diresmikan oleh Bapa Uskup Alexander Djajasiswaja Pr pada tanggal 7 Agustus 2006. Prasasti yang menandai diresmikannya gereja tersebut ditanda tangani oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Tasikmalaya Suljana W. Kusumah. Dalam peristiwa yang mengejutkan itu, gedung gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Jl. Sutisna Senjaya 50, Tasikmalaya mengalami empat gelombang aksi perusakan. Sebagai sebuah catatan sejarah penting kiranya perlu ditulis kronologis perusakan gedung gereja dan sarana penunjang lainnya sebagaimana dituturkan oleh Pastor Kepala Paroki, Rama Y. Siswa Subrata Pr dan beberapa umat yang menyaksikannya. 7 Membangun Kembali 1996-1997 Peristiwa Kerusuhan Tasikmalaya, dan peristiwa serupa yang terjadi di mana-mana pada dekade tahun 1996 – 1997 kiranya menimbulkan keprihatinan umat Katolik yang sangat mendalam. Kerusuhan yang terjadi di Tasikmalaya merusak sejumlah sarana umum, kantor instansi, toko, pabrik, gedung gereja dan tempat ibadah lain serta bangunan-bangunan lain. Akibat dari peristiwa tersebut, banyak orang yang terlantar dan menderita karena kehilangan lapangan pekerjaan dan sumber penghidupan. Peristiwa kerusuhan Tasikmalaya yang meluluhlantahkan bangunan gereja dan sarana penunjang lainnya menyimpan sebuah tanda tanya: mengapa gereja yang harus dirusak? Keprihatinan ini menjadi semakin menghentak masyarakat lantaran disusul dengan krisis moneter yang menimpa bangsa Indonesia. Harga bahan makanan pokok yang melambung tinggi, jumlah pengangguran yang melonjak, masyarakat yang dihantui rasa takut membuat semakin lengkaplah penderitaan bangsa ini. Keprihatinan yang melanda seluruh negeri seolah ingin mengatakan bahwa bangsa ini sedang terpuruk. Jatuhnya rezim Orde Baru yang ditandai dengan mundurnya Soeharto dari kekuasaan pada tanggal 20 Mei 1998 membuat situasi semakin tidak menentu. Setelah kerusuhan di Tasikmalaya, menyusul pembakaran gereja di mana-mana yang dipicu oleh peristiwa sederhana. Pada masa ini umat Katolik merasa tersudutkan dan kurang aman. Apalagi ditambah dengan kenyataan hidup yang semakin terasa menghimpit karena krisis moneter. Di tengah-tengah situasi yang rawan, umat Tasikmalaya bangkit membangun kembali gedung gereja yang telah luluh lantah. Dalam suasana yang masih tidak menentu, reruntuhan dibersihkan dengan dibantu oleh warga masyarakat sekitar. Pastor Siswa Subrata Pr. membentuk sebuah tim yang bertugas merenovasi bangunan yang telah hancur. 8 Gereja Memasyarakat 1997 – 2007 Satu tahun setelah kerusuhan masih muncul bermacam rumor di masyarakat. Gerakan-gerakan meskipun kecil menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat. Banyak umat yang memiliki toko masih enggan membuka kembali usahanya. Setiap kejadian yang melibatkan masyarakat Tasikmalaya didiskusikan bersama. Pastor Siswa Subrata Pr. sebagai pastor paroki berperanan sekali dalam mengamati setiap kejadian. Umat diajak untuk mendiskusikan setiap gerak kemudian mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Menyikapi situasi negara yang sedang dilanda krisis moneter, maka gereja mengadakan berbagai macam kegiatan sosial. Dalam setiap rapat para pengurus Dewan Paroki maupun Pengurus Lingkungan selalu disinggung mengenai situasi terkini yang terjadi di Tasikmalaya. Setiap kejadian yang menarik perhatian masyarakat direfleksikan menjadi sebuah aksi. Muncullah berbagai macam gagasan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Boleh dikatakan bahwa tahun 1998 – 1999 adalah tahun kegiatan sosial yang diwarnai dengan aksi sosial entah berupa pemberian Paket Murah atau Paket Hemat berupa beras, minyak goreng, gula, mie instan. Kegiatan lain yakni berupa operasi pasar ke pelosok-pelosok dengan menjual beras murah. Kegiatan yang paling mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat adalah pasar murah bagi warga RW 05 Kebon Tiwu yang dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 1998. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat karena krisis ekonomi sedang melanda seluruh negeri dimana harga barang-barang kebutuhan pokok melonjak. Seluruh umat terlibat dalam kegiatan ini sesuai dengan talentanya masing-masing. Pada kesempatan tersebut walikota Tasikmalaya hadir meski tidak diundang. Pasar murah menjadi agenda kegiatan yang berkelanjutan bahkan rutin dilaksanakan. Pada bulan Maret 1998 berturut-turut pasar murah diadakan bagi warga di kecamatan Tawang, kemantren Tamansari, bagi para penderita cacat. Tidak jarang pula kegiatan sosial seperti ini bekerjasama dengan PMII dan IPNU. Pada bulan yang sama diberikan paket berupa beras, mie instan, ikan asin bagi masyarakat Gunung Tanjung dan kemantren Tamansari. Bulan berikutnya paket murah juga diberikan bagi orang- orang yang cacat di kompleks lembaga sosial. Pada hari Minggu, 17 Mei 1998 paket hemat diberikan untuk para penyandang cacat di lapangan basket. Pada tanggal 26 Mei 1998 bekerjasama dengan IPNU dan mahasiswa Cipasung IAIC yang sedang mengadakan Kuliah Kerja Nyata KKN mengadakan operasi pasar ke: Warungponteng sebanyak 5 ton beras; Sukaratu 1 ton beras; Cipicung, Taraju 1 ton beras; Sukanagara 1 ton. Pada bulan Agustus 1998 paroki melaksanakan program rakyat sehat. Berbagai macam aksi sosial dilaksanakan. Kegiatan yang paling menonjol yakni program bayi sehat. Seksi sosial dan PMII bekerjasama membagikan susu bagi balita hampir di setiap kelurahan. Komunikasi dengan saudara-saudara muslim ditingkatkan. Kunjungan kepada para kyai dan ajengan dilaksanakan. Silaturahmi dengan para pemuka agama diintensifkan bersama dengan para pengurus lingkungan di tingkat masyarakat bawah. Jalinan persaudaraan itu membuahkan hasil yakni terbentuknya sebuah forum yakni Forum Persaudaraan Umat Beragama FPUB yang dideklarasikan pada tanggal 20 Mei 1998 oleh beberapa tokoh dari kalangan umat beragama. Saat terbentuk forum ini mempunyai tujuan agar bisa digunakan sebagai tempat merumuskan konsep-konsep persaudaraan antarumat beragama. Dialog keagamaan pun berlanjut dalam karya bagi masyarakat.

2. Letak dan Batas-Batas Geografis Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalya

Gereja Katolik Hati Kudus Yesus - Paroki Tasikmalaya, Jawa Barat yang beralamat di Jalan Sutisna Senjaya 50 merupakan Paroki yang berada di tengah- tengah Kota Tasikmalaya. Bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Garut atau Paroki Garut, bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Kuningan di sana juga terdapat Paroki Cigugur – Kuningan, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat sedangkan bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Paroki Hati Kudus Yesus memiliki enam Stasi yaitu: Stasi Yohanes Pembaptis yang berada di Ciamis, Stasi St. Andreas yang berada di Pangandaran, Stasi St. Philipus yang berada di Banjar, Stasi St. Willibrodus yang berada di Langensari, Stasi St. Dismas Nagaraherang yang berada di Rajapolah dan Stasi Kristus Gapuraning Rahayu yang berada di Ciawi.

3. Keadaan Remaja di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya

Keadaan remaja di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya saat ini, terutama dalam hubungan komunikasi satu dengan yang lain cukup akrab, hal ini bisa terlihat dari keseharian mereka yang saling sapa di gereja bahkan di luar kegiatan gereja. Bertambahnya keakraban mereka yaitu setiap usai pelajaran agama dan seusai ekaristi mereka gunakan untuk berkumpul, dan berceloteh bahkan terkadang membahas kegiatan yang akan di buat. Terkadang remaja di Paroki Hati Kudus Tasikmalaya mengadakan kegiatan rutin untuk mengakrabkan remaja-remaja yang ada di stasi-stasi dengan even yang diadakan setiap tiga bulan sekali yaitu Ekaristi Kaum Muda EKM. Acara ini sudah terlaksana di paroki Tasikmalaya, stasi Banjar, stasi Ciawi, dan stasi Ciamis. Kegiatan ini mendapat tanggapan-tanggapan positif dari mulai Romo Paroki, Dewan Paroki, Dewan Stasi, para orang tua dan remaja-remaja stasi dan paroki. Kaum remaja masih kurang untuk lebih menghayati dalam perayaan Ekaristi. Kegiatan rohani yang mereka ikuti lebih pada melepas jenuh dan senang bertemu dengan remaja-remaja dari stasi lain. Kaum remaja sekarang cenderung sibuk dengan urusan pribadinya seperti bermain handphone, dan alat- alat gadget lainya. Namun untuk hubungan dengan remaja lain baik dalam kegiatan rohani atau kegiatan-kegiatan lainnya antar remaja cukup antusias. Setiap malam Minggu, remaja atau mudika selalu berkumpul sekedar ngobrol, bercanda dan membicarakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal ini akan membuat tali persaudaraan di antara mereka semakin kuat, walaupun tidak sedikit para remaja mempunyai masalah pribadi atau pun masalah dalam keluarganya. Dari segi keterlibatan dalam kehidupan menggereja, kaum remaja cukup mengambil peran. Masih diperlukan ada usaha yang keras agar masalah penghayatan iman dari remaja semakin kuat. Tidak hanya berkumpul, ngobrol, membuat kegiatan yang isinya bersenang-senang semata, namun bisa menambah pengetahuan, penghayatan dan perkembangan iman bagi kaum remaja. Melihat bahwa jaman sekarang yang semakin berkembang, tidak tertutup kemungkinan bahwa remaja akan terbawa arus jaman. Jika mempunyai dasar iman yang kokoh, tidak akan mustahil jika remaja yang akan mengarahkan arus jaman sehingga tidak terbawa arus.

4. Kegiatan Retret di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya

Dalam rangka memperkembangkan iman kaum remaja, pihak Paroki berupaya mengadakan kegiatan-kegiatan rohani sebagai wadah dalam membina dan mengembangkan iman kaum remaja. Hingga saat ini Paroki sudah banyak mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan rohani seperti: Antiokhia, Ekaristi kaum remaja, temu kasih se-Paroki setiap tiga bulan sekali, weekend rohani, kemping rohani, ziarah rohani, dan lain-lain. Kegiatan ini ada yang rutin dilaksanakan ada juga yang hanya se-tahun sekali. Dari banyaknya kegiatan yang dilaksanakan, retret biasanya sangat disenangi oleh kaum remaja. Namun ada kegiatan retret yang kurang begitu mengena dalam batin remaja, dikarenakan metode yang dibawakan kebanyakan hanya bermain sehingga menggali Kitab Suci untuk memperkuat iman sangat kurang. Fasilitas yang kurang memadai buat kaum remaja untuk mengenal lebih jauh dari dasar iman melalui Kitab Suci kurangnya disampaikan secara mendalam. Kegiatan retret sendiri yang ditonjolkan adalah outbond, gamesnya, dan ketidakseriusannya dalam menciptakan suasana retret. Acara tersebut terkesan sepeti bermain melepas liburan, tidak menonjolkan unsur penguatan iman, dan pembahasan Injil itu sendiri. Itu yang membuat retret dikenal sebagai kegiatan aoutbondnya para remaja.

B. Metodologi Penelitian

1. Latar Belakang Penelitian

Retret kaum remaja sangat penting dalam memperkembangkan imannya. Namun pelaksanaannya yang belum rutin dikarenakan masih banyak kesibukan dari pihak Paroki maupun sebagian dari kaum remaja yang sedang dalam masa peralihan dan perkembangan. Selain itu masih harus menunggu dari pihak-pihak tertentu yang biasa memberikan pendampingan dalam model retret, bahkan dari para pembimbingpendamping remaja yang memberi retret. Retret yang dilaksanakan sangat berperan dalam mengembangkan iman kaum remaja karena remaja dapat menyiapkan diri untuk merenung, merefleksikan pengalaman hidupnya bagi pembentukan iman yang baru dan hidup yang baru. Sangat disayangkan bahwa kegiatan retret yang pernah dilaksanakan belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan dari remaja. Seperi konsep, materi, cara penyampaian, metode dan sarana masih dikatakan belum masuk dalam jiwa kaum remaja. Remaja membutuhkan suatu perubahan dalam konsep maupun metode retret sebagai perkembangan jaman dan perkembangan kehidupan remaja, sehingga kebutuhan remaja dalam memperkembangkan imannya dapat terbantu dengan kegiatan yang baru, dan kreatif. Penelitian ini dilakukan untuk kaum remaja usia 12 sampai 20 tahun. Kegiatan retret di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya perlu diteliti untuk mengetahui seberapa besar retret memiliki ambil bagian dalam memperkembangkan iman kaum remaja. Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan data yang dapat membuktikan bahwa kegiatan retret yang ada di Paroki Hati Kudus Yesus belum sepenuhnya mampu dalam mendongkrak minat kaum remaja dalam mengikuti retret dan mengembangkan iman remaja.

2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya adalah: a. Membantu pemahaman kaum remaja mengenai retret audio visual. b. Membantu pemahaman akan iman bagi kaum remaja di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya. c. Mengetahui pengaruh retret bagi perkembangan iman kaum remaja di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya. d. Menggali perkembangan iman kaum remaja di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya setelah mengikuti retret.

3. Manfaat Penelitian

a. Meningkatkan pemahaman, menambah pengetahuan, dan wawasan tentang retret audio visual. b. Meningkatkan kesadaran akan pemahaman tentang mewujudkan iman secara konkret yang merupakan jawaban dan tanggapan manusia terhadap Tuhan, sehingga mampu menerapkan imannya dalam kehidupan sehari-harinya, dan mempergunakan imannya sebagai sumber bagi motivasi dan inspirasi baru c. Meningkatkan kegiatan-kegiatan rohani dalam memperkembangkan iman remaja. d. Mengembangkan iman kaum remaja di Paroki Hati Kudus Yesus Tasikmalaya agar semakin matang.

4. Jenis Penelitian

Jenis-jenis penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan, tujuan, dan tingkat kealamiahan natural seting objek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode penelitian dapat digolongkan menjadi penelitian dasar basic research, penelitian terapan applied research dan penelitian pengembangan research and development. Berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian eksperimen, survey dan naturalistik Sugiyono, 2010: 4. Berdasarkan tujuan, peneliti menggunakan penelitian dasar basic research karena penelitian dasar adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam jenis penelitiannya menggunakan penelitian deskriptif yakni gabungan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner. Penelitian deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini berupa angka digambarkan dalam bentuk statistik deskriptif, berupa variabilitas. Sedangkan penelitian deskriptif kualitatif dalam tulisan ini diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis dengan kata-kata yang melatarbelakangi responden berperilaku berpikir, berperasaan dan bertindak, Husaini Usman, 2008: 130. Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa dan hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan, melihat, mengetahui dari kegiatan rohani khsusunya retret terhadap perkembangan kaum remaja. Peneliti mendeskripsikan, menggambarkan data-data dari objek melalui sampel populasi dengan menggunakan metode deskriptif karena bentuknya sederhana dan mudah dipahami tanpa memerlukan teknik statistika yang kompleks. Selain itu, metode deskriptif dipilih karena metode ini sangat cocok untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia Sukardi, 2003: 157.

5. Desain Penelitian

Adapun dari segi desain penelitian untuk menguraikan dasar persamaan dan perbedaan dari true eksperimental ke dalam metode penelitian ex post facto. Ex post facto berarti “setelah kejadian” Alimudin, 2006: 124. Secara sederhana peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel-variabel. Kerlinger 1973 mendefinisikan ex post facto sebagai “pencarian empirik yang sistematik dalam ilmuwan tidak dapat mengontrol langsung variabel bebas karena peristiwanya telah terjadi atau karena menurut sifatnya tidak dapat dimanipulasi Alimudin, 2006: 124. Hipotesis pada penelitian-penelitian korelasi pada umumnya dinyatakan dalam pernyataan hubungan “jika p, maka q.” Dalam penelitian ini, dikemukakan, variabel “x” secara spesifik diidentifikasi sebagai variabel bebas sementara itu “y” adalah variabel terikat Sugiyono 2010: 104. Apabila hipotesis dinyatakan dalam hubungan sebab-akibat dan variabel-variabel tersebut ternyata berkorelasi, maka penelitian yang dilakukan sebenarnya adalah ex post facto. X Y X = Retret Y = KualitasKeberhasilan dari yang dihasilkan Retret = Proses

6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dari segi cara, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview wawancara, kuesioner angket, observasi pengamatan, dan gabungan ketiganya Sugiyono 2010: 193. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama, pelengkap teknik pengumpulan lainnya, dan menguji hasil pengumpulan data lainnya. Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara terpimpin. Wawancara dilakukan dengan berpegang pada pedoman wawancara Husaini Husman, 2008: 52. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner angket yang dapat digunakan untuk menghitung dan mengukur data kualitatif dan data kuantitatif. Data akan diperoleh secara langsung melalui kuesioner yang disebarkan kepada responden atau yang disebut data primersumber primer Sugiyono 2010: 199. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang Interview wawancara Kuesioner angket Observasi Gabungan dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semi terbuka, yakni gabungan dari Kuesioner terbuka dan tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memberikan peluangkesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban sesuai dengan jawabannya sendiri. Sedangkan kuesioner tertutup adalah Kuesioner yang sudah memberikan peluang jawaban untuk dipilih oleh responden Sugiyono, 2010: 142. a. Teknik Teknik penarikan sampel yang dipilih adalah teknik sampling nonrandom, adapun sampling nonrandom yang dipilih adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu teknik yang digunakan apabila anggota sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitiannya Husaini, dkk 2008: 45. Penulis menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara terpimpin untuk mendapatkan data mengenai kegiatan retret yang pernah dilakukan atau diadakan di Paroki Hati kudus Yesus Tasikmalaya. Setelah mendapatkan data, penulis melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan. Macam Teknik Pengumpulan Data