46
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat
Dalam perjalanannya memang telah banyak capaian maupun prestasi yang telah diraih Kopwan Setia Bhakti Wanita. Kedalam, Kopwan Setia Bhakti Wanita
telah mampu meningkatkan omset, asset dan jumlah anggotanya. Sementara keluar berbagai pengakuan juga telah didapat.
Namun bila dilihat perjalanan kebelakang semua itu bermula dari kumpulan ibu-ibu arisan yang terdiri dari 35 orang. Mereka adalah orang-orang yang punya
komitmen dan idialisme. Setiap bulan mereka berkumpul dari rumah anggota satu ke yang lain secara bergiliran, dan nilai arisannya sebesar Rp 2000 per orang.
Sekitar 1975 kelompok ini telah mempunyai usaha simpan pinjam walau kecil-kecilan. Waktu itu anggota bisa pinjam Rp 5 ribu yang dicicil 5 kali,
kemudian terus berkembang dan pinjaman bisa meningkat hingga Rp 10 ribu. Seiring waktu, modalpun bertambah, pinjaman bisa semakin ditingkatkan menjadi
Rp 50 ribu. Dan biasanya pinjaman oleh anggota digunakan untuk membuka usaha walaupun sifatnya temporer. Seperti misalnya membuat kue yang dijual
tatkala lebaran.Sementara ditempat lain, tepatnya di Malang telah berkembang pula Kopwan Setia Budi Wanita. Dan kebetulan Ibu Syafril salah satu tokohnya
dekat dengan anggota kelompok arisan ini. Sejak 1977 Ibu Syafril mulai datang ke
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pertermuan arisan untuk memperkenalkan tentang koperasi. Bahkan para pengurus Kopwan Setia Budi Wanita juga diajak.
Memang ketika pertama kali diperkenalkan tentang koperasi, anggota kelompok arisan ini kurang begitu tertarik. Tapi rupanya Ibu Syafril tidak putus
asa, pada setiap pertemuan selalu datang untuk memotivasi agar membentuk koperasi. Karena dari jumlah anggota, memang sudah memenuhi persyaratan.
Setelah 4 hingga 5 kali pertemuan dengan Ibu Syafril, munculah keinginan untuk mencoba membentuk koperasi. Pada awalnya dipilihlah rumah Ibu Tatik Yudara
sebagai kantor, dan kegiatan dilakukan di garasi. Tapi lama kelamaan garasipun tidak memadai sehingga harus masuk keruang tamu. Sementara ruang makan
dijadikan tempat untuk ruang rapat pengurus. Dari anggota 35 orang kemudian beberapa orang mencoba membentuk kelompok baru hingga terbentuk 4
kelompok. Karena anggota sudah banyak, akhirnya Depkop waktu itu diminta untuk melakukan pembinaan. Kemudian disarankan untuk mengajukan
permohonan badan hukum. Peranan Ibu Syafril tidak hanya berhenti sampai disitu, iapun
memperkenalkan keponakannya yang akan siap membantu dalam pembentukan koperasi. Keponakan itu yang kemudian dalam perjalanan telah berhasil
membawa Kopwan Setia Bhakti Wanita seperti saat ini. Dialah Ibu Yoos Lutfi. Kemudian pada tanggal 30 Mei 1978, Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita
diresmikan oleh Departemen Koperasi Kodya Surabaya dengan wilayah kerja Kecamatan Gubeng. Dua tahun kemudian tepatnya 15 Januari 1980 mendapat
badan hukum dari Depkop Kodya Surabaya, dengan nomor : 4362BHII80.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Seiring dengan perkembangan anggota, kantorpun berpindah dari sebuah garasi ke sebuah kantor di Jl Panglima Soedirman. Kantor tersebut milik Puskowanjati yang
direlakan untuk ditempati dengan sewa relatif murah. Perjalanan terus berlanjut, dari tahun ketahun jumlah anggota terus
bertambah, dari 35 orang, menjadi 2.913 orang di tahun 1984. Perkembangan yang pesat itulah yang kemudian menuntut adanya perubahan anggaran dasar.
Jangkauanpun diperluas mencakup wilayah kerja Surabaya Timur.Seiring dengan bertambahnya anggota, tak pelak perubahan anggaran dasar, dilakukan lagi di
tahun 1988. Saat itu anggota sudah mencapai 3.431 orang yang terbagi dalam 270 kelompok. Jangkauan tidak lagi sebatas Surabaya Timur tapi diperluas. Dari 19
kecamatan yang ada di Kodya Surabaya, 11 diantaranya masuk dalam wilayah kerja Kopwan Setia Bhakti Wanita.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar untuk berkoperasi, wilayah kerja dirasa semakin sempit. Perubahan anggaran dasar-pun dilakukan
lagi, yang disahkan pada rapat anggota tanggal 9 Pebruari 1996. Kini wilayah kerja mencakup seluruh Kota Surabaya dan sekitarnya. Di tahun tersebut anggota
telah mencapai 6.303 orang, dengan kekayaan sebesar Rp 6,45 milyar. Sampai dengan Desember 2001 anggota telah mencapai 9.832 orang yang dibagi dalam
348 kelompok. Sementara permodalan telah berkembang hingga mencapai Rp 33,775 Milyard. Dan disaat kondisi Kopwan Setia Bhakti Wanita dirasa semakin
mantap ada keinginan untuk memperluas wilayah kerja hingga seluruh Nusantara. Sayangnya keinginan anggota tidak bisa terwujud karena alasan legalitas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sebetulnya keinginan anggota tersebut cukup beralasan mengingat prestasi yang telah dicapai baik ditingkat lokal maupun nasional. Sejak tahun 1980
Kopwan Setia Bhakti Wanita termasuk dalam koperasi klasifikasi A sangat mantap. Berbagai prestasi seperti koperasi terbaik, koperasi andalan, koperasi
teladan, koperasi teladan utama dan koperasi berprestasi telah diraih. Tak mengherankan bila kemudian Kopwan Setia Bhakti Wanita sering dijadikan
tempat menimba ilmu atau study banding bagi koperasi dari seluruh pelosok tanah air.
Bahkan di tahun 2002, sistem tanggung renteng yang telah diterapkan di Kopwan Setia Bhakti Wanita diakui kehandalannya secara nasional. Berkaitan
dengan itu Meneg Koperasi dan UKM meminta Ibu Yoos Lutfi sebagai Ketua Umum Kopwan SBW untuk mereflikasi system tersebut di 7 propinsi. Ditahun
yang sama Ibu Yoos Lutfi juga menerima penghargaan sebagai Tokoh Penggerak Koperasi.
4.1.2. Visi dan Misi
Dalam rangka untuk tetap memberikan pijakan arah perjuangan agar tidak terjadi disorientasi. Kopwan Setia Bhkati Wanita tetap berpegang teguh pada visi
dan misinya.
VISI
Meningkatkan Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” sebagai organisasi koperasi yang handal dan tangguh dengan dukungan sumber daya manusia yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
proffesional, serta penerapan system tanggung renteng yang efektif melalui pemberdayaan anggota sehingga dapat menigkatkan ekonomi mereka.
MISI
Meningkatkan pelayanan koperasi dan kualitas sumber daya manusia untuk dapat menumbuh kembangkan kehidupan yang lebih bertanggung jawab mandiri dan
berkesinambungan.
4.1.3. Sistem Tanggung Renteng
Dengan Sistem Tanggung Renteng Kopwan Setia Bhakti Wanita Mampu Tekan Kemacetan Piutang Hingga 0 dan Anggota lebih berdaya. Koperasi
simpan pinjam memang bukan bank. Tapi distribusi dananya bisa menjangkau hingga pada masyarakat lapisan paling bawah. Seperti juga Koperasi Wanita
“Setia Bhakti Wanita” Surabaya yang bergerak dibidang simpan pinjam. Saat ini ada 10.700 perempuan di Surabaya dan sekitarnya yang menjadi anggota dan
telah merasakan pelayanan berupa pinjaman. Mereka terdiri dari berbagai lapisan, mulai dari mbok bakul jamu, pracangan hingga para intelektual.
Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” memang telah menjadi pilihan masyarakat Surabaya dan sekitarnya untuk mendapatkan dana secara cepat dan
mudah. Pendek kata hari ini mengajukan pinjaman, hari ini pula pinjaman bisa cair. Dan itu semua bisa didapatkan tanpa harus mengajukan proposal ataupun
jaminan. Hanya satu syaratnya, harus menjadi anggota dan tergabung dalam kelompok. Walaupun pinjaman diajukan tanpa jaminan atau agunan, hingga kini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita tetap bisa mempertahankan kemacetan piutang 0 .
Hal tersebut terjadi karena Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita sejak lahirnya tahun 1978 telah mengetrapkan sistem tanggung renteng. Dalam sistem
ini mensyaratkan anggota untuk tergabung dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok minimal terdiri dari 15 anggota dan maksimal 30 anggota. Anggota
dalam kelompok tersebut wajib mengadakan pertemuan kelompok setiap bulannya.
Pertemuan kelompok ini menjadi wajib, karena sesungguhnya dari pertemuan kelompok inilah awal dari kegiatan yang ada dalam Koperasi Wanita
“Setia Bhakti Wanita”. Didalam pertemuan kelompok inilah penerimaan dan pengeluaran anggota dilakukan. Dalam pertemuan kelompok ini pula penentuan
berapa besar pinjaman yang bisa didapatkan oleh setiap anggota. Melalui pertemuan kelompok, anggota melunasi semua kewajibannya membayar
angsuran yang kemudian disetor ke Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita oleh penanggung jawab kelompok PJ paling lambat 1 hari setelah pertemuan.
Semua kegiatan tersebut harus dilakukan melalui proses musyawarah dan hasil musyawarah yang berupa kesepakatan bersama dijadikan rambu-rambu
dalam setiap kegiatan berkoperasi. Musyawarah dilakukan ketika ada calon anggota. Calon anggota tersebut diterima atau tidak tergantung dari kesepakatan
semua anggota dalam kelompok tersebut. Jadi kalau diantara anggota dalam kelompok tersebut tidak ada yang mengenal, maka bisa dipastikan calon anggota
tidak bisa diterima.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dengan demikian diantara anggota dalam kelompok akan saling kenal dan mengetahui latar belakangnya. Sehingga kedekatan sebagai syarat terwujudnya
kebersamaan diantara mereka akan terjadi. Begitupula ketika akan mengeluarkan salah satu anggotanya karena ketidak patuhan terhadap peraturan yang ada
terutama lalai terhadap kewajibannya, maka anggota pun bermusyawarah. Dan hasil kesepakatan itu akan menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota
dalam kelompok tersebut. Musyawarah dalam pertemuan kelompok juga dilakukan untuk menentukan
pinjaman. Artinya ketika anggota mengajukan pinjaman, harus diketahui oleh seluruh anggota dalam kelompok. Kemudian musyawarah dilakukan dengan
menampung masukan-masukan dari anggota termasuk kemampuan mengangsur dari anggota yang mengajukan tersebut. Setelah kesepakatan diambil untuk
menentukan berapa besar pinjaman, kemudian seluruh anggota wajib membubuhkan tanda tangan di balik lembar Surat Permohonan Pinjaman SPP.
Tanda tangan tersebut mempunyai arti sebagai bukti “setuju” atas pinjaman yang diajukan dan harus bertanggung jawab bila terjadi kelalaian atas angsuran.
Dengan demikian bila ada anggota yang tidak membayar kewajibannya membayar angsuran maka seluruh anggota dalam kelompok tersebut ikut
bertanggung jawab. Dalam hal demikian diistilahkan “di TR” kepanjangan dari kata di tanggung renteng. Artinya besar angsuran yang tak terbayar tersebut
ditanggung bersama oleh seluruh anggota dalam kelompok. Sehingga seluruh angsuran yang disetor ke Kopwan Setia Bhakti Wanita sesuai dengan jumlah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tagihan. Proses inilah yang kemudian terbukti mampu mengamankan asset koperasi dengan tunggakan 0 .
Namun atas kesepakatan dari anggota dalam kelompok, biasanya setiap kelompok mempunyai dana cadangan yang disebut dengan tabungan kelompok.
Tabungan ini dikeluarkan manakala ada anggota yang tidak bisa membayar angsuran. Sehingga anggota merasa lebih ringan dibanding dengan cara
membayar spontan tatkala ada anggota yang di TR. Kendati demikian, dalam penggunaan tabungan kelompok juga harus melalui musyawarah. Artinya
penggunaan tabungan kelompok tidak bisa seenaknya dikeluarkan oleh penganggung jawab. Tapi semuanya harus melalui persetujuan semua anggota.
Dan ada pula kelompok yang kemudian menggunakan tabungan tersebut untuk rekreasi, karena ternyata dana tersebut dalam setahun tidak terkurangi.
Karena memang tidak ada anggota yang di TR atau lalai dalam membayar angsuran. Kalaupun ada dan itu karena suatu musibah biasanya atas persetujuan
seluruh anggota kelompok, dana tabungan kelompok dikeluarkan dengan persetujuan lebih lanjut akan dikembalikan sesuai kesepakatan.
Suatu contoh, salah satu anggota tidak bisa membayar angsuran karena kecelakaan, sehingga dananya tersedot untuk biaya pengobatan. Permasalahan ini
disampaikan pada seluruh anggota dalam pertemuan kelompok. Dari kesepakatan akhirnya diputuskan angsuran ditalangi dipinjami dulu dari tabungan kelompok.
Kemudian anggota yang mengalami musibah tersebut ditanya bagaimana sistem pengembaliannya. Biasanya yang terjadi, pengembalian dilakukan dengan cara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mengansur selama beberapa bulan. Dengan demikian beban akan terasa lebih ringan sementara asset koperasi tidak terganggu.
Sistem Arisan
Kelompok arisan memang sudah tidak asing dikalangan masyarakat, baik itu arisan berupa barang maupun uang. Dalam kelompok arisan ini biasanya ada
satu orang yang menjadi borek atau penganggung jawab. Ia bertugas menagih pada anggota kelompok untuk membayar arisan. Kemudian dari tagihan tersebut
akan diberikan pada mereka yang narik baik itu melalui urut nomor maupun diundi. Namun bila ada salah satu anggota yang belum sanggup bayar biasanya
iapun meminjami sementara. Untuk itulah borek ini biasanya mendapat fasilitas narik lebih dulu atau mendapatkan satu tarikan tanpa mengansur. Semua itu
tergantung dari kesepakatan awal seluruh anggota kelompok arisan. Sistem arisan inilah yang dikembangkan menjadi sistem kelompok
tanggung renteng. Jadi dalam kelompok tanggung renteng juga harus ada penanggung jawabnya atau disingkat PJ. Dia inilah yang mengkoordinir dan
sebagai faisilitator terselenggaranya pertemuan kelompok. Dia pula yang harus bertanggung jawab lengkap tidaknya jumlah ansuran yang disetorkan ke Kopwan
Setia Bhakti Wanita. Kalau memang angsuran kurang, PJ juga harus bisa menggerakkan anggotannya untuk melakukan tanggung renteng bermusyawarah
untuk membagi tanggung jawab bersama-sama dengan seluruh anggotanya. Untuk beban tanggung jawab yang dipikul tersebut seorang PJ mendapat fasilitas
dari Kopwan Setia Bhakti Wanita berupa berbagai insentif.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hanya bedanya bila dalam kelompok arisan, pertemuan kelompok bukanlah suatu kewajiban karena yang lebih diutamakan adalah membayar tanggungan
arisan. Sedangkan dalam kelompok tanggung renteng, pertemuan menjadi hal yang wajib. Karena bagaimana bisa muncul jiwa kebersamaan bila diantara
anggota tidak terjadi interaksi. Dan kalau tidak ada jiwa kebersamaan bagaimana mungkin diantara mereka mau saling menanggung. Jiwa individu yang justru akan
menonjol. Kalau sudah demikian yang terjadi hutangmu adalah tanggung jawabmu dan tidak akan mau tahu bila kamu mengalami kesulitan.
Hal – hal seperti itulah yang membedakan antara koperasi simpan pinjam dengan sistem tanggung renteng dan koperasi simpan pinjam lainnya. Tak mengherankan
bila koperasi simpan pinjam dengan sistem tanggung renteng seperti yang diterapkan Kopwan Setia Bhakti Wanita dan primer lain di Puskowanjati mampu
menekan tunggakan.
Tata Nilai
Kok mau-maunya menanggung angsuran anggota lain ? memang itulah pertanyaan yang sering muncul dalam benak mereka yang baru mengenal sistem
tanggung renteng. Di Kopwan Setia Bhakti Wanita ada proses seleksi anggota yang sangat mendukung hal itu. Ketika calon anggota mau mengajukan menjadi
anggota ia diberi pemahaman terlebih dahulu tentang sistem tanggung renteng. Kemudian ia bisa diterima bila punya komitmen dan sepakat menerima sistem
tanggung renteng dengan segala konsekuensinya. Hal tersebut dilakukan dalam kelompok yang akan dimasuki.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tapi bila yang mendaftar menjadi anggota merupakan satu kelompok minimum 15 orang, maka seluruh anggota kelompok tersebut wajib hadir dan
bertemu pengurus. Dalam pertemuan itulah dijelaskan apa dan bagaimana sistem tanggung renteng. Setelah mereka faham dan punya komitmen untuk
mengetrapkan sistem tanggung renteng. Mereka akan menjadi kelompok anggota baru. Tentunya setelah beberapa syarat administrasi juga dipenuhi. Dengan
demikian tidak ada alasan bagi anggota tersebut untuk tidak melaksanakan tanggung renteng.
Sistem tanggung renteng memang menuntut adanya kedisiplinan setiap anggota. Mereka harus tepat waktu dalam menghadiri pertemuan kelompok.
Karena tertinggalnya seorang anggota dalam pertemuan kelompok sehingga kewajiban angsuran juga tertinggal berarti akan menjadi tanggungan seluruh
anggota dalam kelompok tersebut. Dengan pola demikian akan muncul rasa malu diantara mereka jika sampai lalai dalam pemenuhan kewajibannya. Dan kontrol
serta saling mengingatkan juga akan terjadi diantara anggota dalam kelompok. Sehingga memunculkan rasa tanggung jawab dari setiap anggota baik terhadap
eksistensi dirinya sendiri maupun kelompoknya. Setiap anggota secara tidak sadar juga akan tertuntut untuk berbuat disiplin
dalam menghadiri pertemuan kelompok. Karena bila ia jarang menghadiri pertemuan kelompok ia akan kesulitan mendapatkan persetujuan anggota yang
lain ketika mengajukan pinjaman. Hal ini terjadi karena ketika ada anggota lain mengajukan pinjaman ia juga tidak pernah hadir untuk tanda tangan memeberikan
persetujuan. Dengan pola seperti ini yang dilakukan secara konsisten akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
memunculkan rasa tepo seliro atau rasa empati terhadap sesama. Dan rasa ini akan semakin menguat sehingga tidak hanya dalam lingkup kelompok tapi berkembang
pada masayarakat sekitarnya. Tak mengherankan, ketika ada anggota Kopwan Setia Bhakti Wanita
mengalami musibah kebakaran, anggota yang lainpun secara spontan membantu. Begitupula ketika terjadi bencana alam di Situbondo, anggota juga
mengumpulkan dana untuk memberikan bantuan. Pengungsi Sampit di Madura dan yang terakhir sembako untuk kaum dhu’afa di Surabaya, semua itu
merupakan bentuk nyata dari pengembangan rasa empati anggota. Rasa empati dari setiap anggota pada anggota lain dan masyarakat
sekitarnya sebetulnya merupakan wujud dari rasa kebersamaan itu sendiri. Sehingga kebersamaan dan kekeluargaan di Kopwan Setia Bhakti Wanita bukan
hanya slogan tapi sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan anggota. Rasa kebersamaan dan kekeluargaan ini tidak hanya dipupuk di lingkup kelompok tapi
juga pada tingkat lembaga Kopwan Setia Bhakti Wanita. Setiap permasalahan, setiap kebijakan yang akan dikeluarkan atau strategi kedepan, oleh lembaga selalu
disampaikan dan dimusyawarahkan bersama anggota. Dalam hal ini selain ada pertemuan kelompok juga ada mekanisme temu wicara, RAPB dan RAT.
Dalam forum itulah anggota bebas mengeluarkan pendapat bahkan penilaian. Maka bukanlah suatu yang aneh bila dalam pertemuan kelompok, temu
wicara, RAPB maupun RAT banyak pendapat dan masukan yang bisa terserab. Sehingga strategi pengembangan Kopwan Setia Bhakti Wanita yang ditempuh
bisa selalu selaras dengan kebutuhan anggotanya. Legitimasi atau kepercayaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
anggota juga terus berkembang karena komitmen dan kedisiplinan pengelola Kopwan Setia Bhakti Wanita terhadap terlaksananya kebijakan yang telah
ditentukan. Hal ini juga bisa terlihat ketika, Kopwan Setia Bhakti Wanita menghadapi
melonjaknya suku bunga. Ketika permasalahan disampaikan, anggotapun sepakat untuk menutup permasalahan tersebut dengan urunan sebesar Rp 16.000 per
anggota. Begitupula ketika pembangunan gedung, anggotapun sepakat untuk urunan. Hal tersebut bisa terjadi karena anggota bukan menjadi obyek tapi
menjadi subyek yang turut memiliki Kopwan Setia Bhakti Wanita. Dan keberadaan anggota sudah seperti keluarga besar dimana permasalahan lembaga
juga dianggap permasalahan bersama. Nilai-nilai tersebut diatas itulah yang merupakan penunjang terlaksananya
sistem tanggung renteng. Sedang salah satu indikator keberhasilan tersebut adalah tunggakan 0. Dan agar nilai-nilai tersebut bisa terus terawat, Kopwan Setia
Bhakti Wanita menugaskan PPL yang mendampingi anggota dalam setiap pertemuan kelompok. PPL ini pula yang menjadi jembatan antara lembaga
Kopwan Setia Bhakti Wanita dan anggotanya.
Diawali Dari Semangat Berhutang
Satu lidi tentu akan kurang berarti. Tapi kalau banyak lidi terikat menjadi satu, akan banyak manfaatnya. Itulah sebabnya Kopwan Setia Bhakti Wanita
mempunyai motto berkembang dengan derap kebersamaan. Karena secara bersama-sama tujuan akan lebih mudah diwujudkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Ketika seseorang terdesak kebutuhan, sementara dana tidak mencukupi, salah satu caranya dengan berhutang. Dan hasilnya ada 2 kemungkinan, pertama
hutang akan mudah diperoleh bila orang tersebut cukup kredibel. Kemungkinan kedua, mengalami kesulitan karena tidak ada orang yang mau mempercayainya.
Tapi yang jelas dari kedua kemungkinan tersebut semuanya tetap membutuhkan perjuangan, atau paling tidak kemampuan merayu. Itulah salah satu motif orang
mau bergabung dalam kelompok atau membentuk kelompok baru kemudian bergabung dengan Kopwan Setia Bhakti Wanita. Memang bukan hal yang naïf
bila dikatakan motif menjadi anggota adalah untuk berhutang. Karena motif inilah yang bisa menyatukan mereka. Bukankah untuk mendirikan koperasi itu harus ada
kepentingan yang sama. Sistem tanggung renteng merupakan alat yang dikembangkan oleh Kopwan
SBW agar fasilitas pelayanan terhadap kebutuhan anggota tidak susut bahkan bisa terus dikembangkan. Dengan terjaganya asset maka kebutuhan dana dari anggota
juga bisa dengan mudah dipenuhi. Artinya pemenuhan kebutuhan anggota dengan cara berhutang bisa dilayani bahkan terus ditingkatkan.
Namun akan menjadi lain bila tanggung renteng tidak berjalan dengan baik. Ketika ada anggota yang tidak membayar kewajibannya maka yang lain tak
peduli. Semangat berhutang tinggi tapi semangat mengembalikannya sangat rendah. Akibatnya tunggakan akan membengkak, dengan demikian assetpun akan
terkurangi. Dampak selanjutnya, kemampuan koperasi untuk melayani kebutuhan anggota untuk berhutang juga akan berkurang. Bahkan berbagai simpanan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
anggota di koperasi akan terancam hangus. Kenyataan seperti itulah yang sering terungkap di koperasi lain ketika mengadakan study banding di Kopwan SBW.
Hal ini tak ubahnya dengan lilin, untuk bisa menerangi sekelilingnya ia harus menghabiskan dirinya. Tentu berbeda dengan lampu petromak. Lampu ini
baru bisa menerangi sekelilingnya bila pemiliknya mau mengisi bahan bakar dan mau merawat. Begitupula dengan Kopwan SBW. Koperasi ini akan mampu
berkiprah dan bermanfaat bila pemilikya bisa menjaga serta merawatnya. Dan cara menjaga serta merawat itu ialah dengan mengetrapkan sistem tanggung
renteng dengan benar. Dengan sistem ini asset koperasi akan terjaga sementara kebutuhan berhutang dari anggota bisa dipenuhi dengan baik.
4.1.4. Aset dan Permodalan
Berawal dari sebuah garasi salah satu anggota yang jadi pengurus. Kini gedung 2 lantai diatas tanah seluas 1.400 m2 telah dimiliki. Memang semuanya
tidak begitu saja terjadi melainkan melalui proses perjalanan panjang selama 25 tahun.
Sebelum memiliki gedung sendiri, Kopwan Setia Bhakti Wanita menyewa kantor milik Puskowanjati di Jl Panglima Sudirman. Sampai akhirnya sebidang
tanah di Jl Jemur Andayani 55 terbeli. Kemudian diatasnya dibangun gedung lantai 2 dan 1988 diresmikan Bapak Bustanil Arifin sebagai Mentri Koperasi
waktu itu. Untuk memiliki gedung I ini, atas kesepakatan anggota, SHU selama 5 tahun tidak dibagikan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Kebutuhan terus bertambah, luas gedung serasa sesak ketika anggota telah mencapai 6000 orang. Kembali anggota urunan sebesar Rp 16 ribu yang diangsur
selama 5 bulan. Hasilnya sebuah gedung lantai 2 diatas tanah seluas 400 m2. Dan 13 Januari 1996 diresmikan pemakaiannya oleh Bapak Subiyakto Tjakrawardaya
Mentri Koperasi waktu itu. Waktu terus berjalan anggota terus bertambah hingga 10 ribu lebih dan
kegiatan semakin meningkat. Tak ayal gedung yang ada serasa sesak. Kembali Kopwan Setia Bhakti Wanita membeli sebidang tanah untuk memperluas gedung
lama tanpa harus minta sumbangan anggota seperti sebelumnya. Dengan adanya gedung baru ini unit toko bisa dikembangkan menjadi swalayan. Dan
peresmiannya oleh Bapak Ali Marwan Hanan sebagai Meneg Kop UKM pada 22 April 2003. Hal tersebut juga merupakan rangkaian acara peringatan
seperempat abad usia Kopwan Setia Bhakti Wanita. Sementara asset juga terus berkembang, sampai akhir tahun 2002 aseetnya
telah mencapai 42 milyar. Sedang volume usaha mencapai Rp 59 milyar yang berarti omzet rata-rata Rp 4,9 milayar perbulan. Untuk komposisi permodalan saat
ini 45 modal sendiri dan 55 modal pinjaman pada pihak luar. Adanya pinjaman pada pihak luar ini berkaitan dengan sistem plafon yang diterapkan
untuk anggota yang pinjam. Artinya anggota mempunyai hak pinjam sebesar 4 kali simpanan wajibnya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.5. Jenis Usaha 4.1.5.1. Simpan Pinjam
1. Produk Simpanan : a. Simpanan Sukarela
Simpanan yang dapat disetor maupun ditarik setiap saat dengan setoran minimal Rp 2.500,-
b. Simpanan Harian