2.3 Kerangka Pikir
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba
Moses 1987 Menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk
melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi
subjek pemeriksaan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umumgeneral public. Hasil lainnya ditemukan oleh Albert
dan Richardson 1990, bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang lebih kritis oleh para investor Suwito dan Herawati, 2005.
Ukuran perusahaan diduga mempengaruhi perataan laba karena adanya anggapan manajer selama ini masih percaya bahwa para pemakai
laporan keuangan masih mendasarkan penilaiannya mengenai perusahaan pada total nilai aktiva. Konsisten dengan hal tersebut maka para manajer
mengelola suatu perusahaan capital intensive padat modal yang nyatanya memang mempunyai struktur aktiva yang lebih besar nilainya bila
dibandingkan dengan perusahaan labour intensive padat karya akan termotivasi untuk melakukan tindakan tersebut dengan tujuan untuk
menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba
Teori yang melandasi hubungan antara profitabilitas perusahaan perataan laba adalah expentancy theory teori pengharapan. Teori ini
menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu
hasil yang diharapkan mengarah pada pencapaian balas jasa yang diinginkan Supriyono, 1999:160.
Profitabilitas diduga mempengaruhi praktik perataan laba, karena sesuai dengan teori pengharapan diatas, pihak manajemen berusaha
menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja manajemen terlihat lebih baik. Disamping itu, perhatian investor yang
sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut mendorong untuk
melakukan manajemen atas laba atau manipulasi laba Beattie et.al, 1994. Machfoedz 1998:130 menyatakan bahwa tindakan perataan laba
cenderung dilakukan oleh perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah. Hal ini dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena
umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan. Selain itu para pemegang saham meningkat dengan adanya penghasilan
perusahaan yang stabil dari tahun ke tahun Belkaoi, 2000:56.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.3 Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba