Heilige Franciscus Van Assisi , dan dipercayakan di bawah perlindungan Santa
Elisabeth dari Hongaria, karena santa ini dipercaya Gereja Katolik sebagai pencinta orang miskin dan menderita, khususnya orang-orang sakit. Secara
otomatis Sr. Mathilda Leenders menjadi pemimpin kelompok baru tersebut. Tidak lama setelah kongregasi berdiri ada dua suster datang dari biara Alles Voor Allen
untuk membantu, yakni Sr Yuliana dan Sr. Berta, namun setelah sembilan bulan kembali ke biara asal di Haagdijk. Kemudian ada dua orang suster yang masuk
menjadi anggota baru sebagai novis, yaitu Sr. Perpetua dan Sr. Camila, dan pada tahun 1883, ada seorang gadis yang melamar menjadi postulan yang kemudian
akan menjadi Sr. Bernarda. Demikianlah akhirnya, seiring perkembangan jumlah anggota kongregasi, maka pembagian tugas mulai diorganisir lebih jelas. Sr.
Mathilda Leenders ditugaskan sebagai Pemimpin Umum, Sr. M. Anna Van Dun sebagai Wakil Pemimpin dan Sr. Perpetua sebagai Magistra Novis Simbolon,
2009:176-191.
2. Selayang Pandang Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Indonesia.
Pada tahun 1922, atas permintaan Pastor H.A.F.M. de Wolff OFMCap
yang sangat menginginkan kehadiran perawat Katolik khususnya biarawati untuk
bekerja di rumah sakit pemerintah, maka Mgr. Mathias Brans, pemimpin misi
OFMCap yang berpusat di Sumatera Barat Padang bermaksud mengembangkan misi Katolik di bidang pelayanan kesehatan di Sumatera Utara Medan. Setelah
membicarakan hal ini secara matang dengan pihak rumah sakit, maka Mgr. Mathias Brans menindaklanjuti rencana tersebut dengan meminta tenaga dari
Belanda melalui Mgr. Petrus Hoopmans. Beliau memilih Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Breda, karena kongregasi ini memiliki rumah sakit dan sudah
berpengalaman dalam pelayanan kesehatan. Setelah melalui proses panjang, pada tanggal 13 Januari 1925 Kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth di Breda memutuskan dan mengumumkan nama keempat suster yang akan berangkat ke daerah misi, yaitu Sr. M. Pia Van
Blaricum, Sr. M. Philotea Biemans, Sr. M. Gonzaga Van Gorp dan Sr. M. Antoinette Plug. Keempat suster ini beraangkat dari Belanda pada tanggal 29
Agustus 1925 dengan kapal Johan de Witt. Mereka tiba di Medan pada tanggal 29 September 1925. Kemudian para suster tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jl.
Wasir No.8 Sekarang Jl. Kolonel Sugiono Medan. Rencana atas kedatangan tenaga perawat yang merupakan kesepakatan
dengan pihak pemerintah setempat ternyata tidak jadi. Pemerintah setempat tidak menerima para perawat biarawati Katolik. Para suster merasa sedih, namun tidak
putus asa. Penolakan ini justru menghantar mereka untuk melayani orang sakit dan menderita dari rumah ke rumah. Setelah delapan bulan, semakin banyak
pelayanan yang menuntut para suster, bahkan orang sakit yang justru datang ke rumah suster. Untuk itu para suster membutuhkan tempat pelayanan yang layak,
maka dibeli rumah yang sangat sederhana di Jl. S. Parman Padang Bulan untuk tempat tinggal para suster dan menanpung orang-orang sakit yang sedang dirawat
Syukur, 2009: 214-215.