B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pada karya tulis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan sejati Fransiskan?
2. Sejauh mana kebahagiaan sejati Fransiskan telah dihayati oleh para suster
yunior Fransiskanes Santa Elisabeth? 3.
Bagaimana Katekese Model Shared Christian Praxis dapat digunakan untuk meningkatkan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior
Fransiskanes Santa Elisabeth?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut 1.
Menggali serta memahami arti dan makna kebahagiaan sejati Fransiskan. 2.
Menemukan gambaran penghayatan para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
3. Menggambarkan sejauh mana katekese Model Shared Christian Praxis dapat
digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan kebahagiaan Fransiskan sejati para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam hidup
panggilan setiap hari.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi para suster Fransiskanes Santa Elisabeth
a. Untuk mengetahui sejauh mana para suster yunior Fransiskanes Santa
Elisabeth sudah menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan. b.
Agar para suster Fransiskanes Santa Elisabeth semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
2. Bagi Penulis
a. Untuk semakin memperluas wawasan dan ketrampilan tentang katekese
metodel shared christian praxis sebagai seorang katekis di tengah umat. b.
Agar semakin menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam panggilan sebagai seorang biarawati.
3. Dapat menambah khasanah pengetahuan di kampus IPPAK-USD mengenai
katekese metodel shared christian praxis dalam membantu umat dalam menghayati hidupnya pada mata kuliah tertentu.
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi analitis yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang ada serta
menemukan makna kebahagiaan sejati Fransiskan dan katekese Model Shared Christian Praxis.
Selain itu penulis menggunakan buku-buku, artikel, serta tulisan dari sumber-sumber yang berkaitan dengan kebahagiaan dalam kegunaannya
untuk pembinaan para suster dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan.
F. Sistematika Penulisan
Bab I.
Bab ini berisi gambaran umum tentang isi skripsi, yang meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II. Bagian pertama bab ini membahas seputar sejarah Kongregasi di dunia,
dan di Indonesia serta bagaimana situasi dan perjuangan pendiri Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth. Bagian kedua menjelaskan
beberapa hal tentang kebahagiaan menurut Kitab Suci dan tokoh-tokoh, serta mengungkapkan kebahagiaan sejati menurut Santo Fransiskus dan
ciri-cirinya.
Bab III. Bagian pertama bab ini menguraikan gambaran suster yunior FSE.
Bagian kedua membahas penelitian tentang pemahaman dan penghayatan kebahagiaan sejati Fransiskan para suster yunior. Bagian
selanjutnya akan memaparkan pembahasan hasil penelitian.
Bab IV. Bab ini akan menguraikan seputar katekese dan usulan program katekese
model SCP, agar membantu para suster yunior Fransiskanes Santa Elisabeth dalam menghayati kebahagiaan sejati Fransiskan dalam hidup
harian secara konkret. Bab ini juga akan membuat contoh persiapan rekoleksi untuk melaksanakan program tersebut bagi para suster yunior
FSE.
Bab V. Bagian terakhir dari karya ini merupakan penegasan dari intisari skripsi
yang meliputi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan katekese
model SCP.
BAB II KONGREGASI FRANSISKANES SANTA ELISABETH
DAN KEBAHAGIAAN SEJATI FRANSISKAN
Pada bab ini akan diuraikan sejarah kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di dunia dan di Indonesia. Situasi dan perjuangan hidup pendiri hingga
terjadinya kongregasi baru serta semangat dan pergulatan yang dilalui pendiri akan dipaparkan pada bab ini. Kemudian akan dijabarkan seputar kebahagiaan
dari Kitab Suci maupun dari tokoh-tokoh, secara khusus kebahagiaan sejati Fransiskan yang merupakan semangat hidup Santo Fransiskus Assisi, yang
menjadi semangat kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth.
A. Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth
Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth dikenal melalui sejarah, semangat pendiri dan spiritualitas kongregasi. Kongregasi FSE didirikan pada
tahun 1880 di Breda oleh Sr Mathilda Leenders. Spiritualitas Kongregasi FSE adalah menghayati dan mengikuti semangat Santo Fransiskus Assisi sebagaimana
yang telah diwariskan oleh ibu pendiri. Berikut akan dipaparkan tentang kedua hal tersebut secara lebih jelas.
1. Sejarah Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth di Dunia
Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth selanjutnya disebut kongregasi FSE hadir di dunia pada tahun 1880. Hadirnya kongregasi FSE tidak terlepas dari
situasi Eropa pada abad XXI, khususnya di negara Belanda. Sekitar tahun1878 - 1879, di kota Breda kebutuhan akan perawatan terhadap orang sakit dari rumah ke
rumah semakin meningkat. Hal ini diakibatkan karena banyaknya orang miskin
yang tidak mampu membayar biaya opname, serta tidak tersedianya tempat di rumah sakit untuk menampung pasien yang membutuhkan waktu perawatan yang
lama. Dilatarbelakangi oleh masalah sosial di atas, sebuah kongregasi yang berasal dari negara Belgia dari kota Antwerpen menghubungi Uskup Breda pada
saat itu, Mgr Henricus Van Beek, untuk membuka biara di kota tersebut dengan tujuan agar bisa merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Namun setelah
diadakan perundingan dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, diusulkan agar uskup mencari kongregasi atau tarekat yang berasal dari dalam
negeri saja. Mgr Henricus Van Beek, yang akhirnya menjadi inspirator kongregasi
FSE, meyakini bahwa pelayanan terhadap orang-orang sakit tersebut adalah hal yang memang sangat dibutuhkan pada saat itu. Namun beliau masih mencari
kongregasi atau tarekat di Breda yang rela memberikan pelayanan yang seperti itu. Keuskupan Breda memiliki beberapa tarekat suster Peniten Rekolektin yang
bergerak dalam bidang pelayanan orang sakit. Namun semua tarekat ini hidup dalam klausura, sehingga mustahil untuk meminta mereka melayani di luar biara.
Meskipun menyadari hal ini, Mgr. Henricus Van beek, tetap memutuskan untuk meminta kepada para Suster Fransiskanes rumah sakit di Haagdijk. Biara Peniten
Rekolektin ini bernama Mater Dei, dengan motto Alles Voor Allen Semuanya Untuk Semua.
Permohonan terhadap biara Mater Dei tersebut terbentur dengan tradisi para peniten rekolektin juga dengan masalah klausura abadi yaitu tentang
pandangan mengenai peraturan hidup religius yang dipegang sampai sekarang.
Meskipun Mgr Henricus Van Beek menjelaskan bahwa Anggaran Dasar Ordo III tidak bertentangan dengan permintaan yang diajukan, namun Kongregasi Mater
Dei di Haagdijk tidak dapat mengabulkan permintaan untuk menugaskan
anggotanya untuk merawat orang sakit dari rumah ke rumah. Setelah melihat bahwa tarekat yang sudah ada tidak mungkin melakukan
pelayanan merawat orang sakit dari rumah ke rumah, maka para tokoh agama dan tokoh masyarakat menyarankan kepada uskup untuk mendirikan tarekat baru,
dengan meminta beberapa suster untuk berpindah ke kongregasi yang akan didirikan. Sr Mathilda dikenal dikenal baik oleh warga dan dipandang mampu
menjadi perintis. Sr Mathilda berasal dari kota Nijmegen, lahir pada tanggal 21 Desember 1825 dari keluarga Leenders dengan nama baptis Wilhelmina. Pada
waktu dia diminta melaksanakan tugas tersebut beliau sudah berusia 55 tahun. Demi nama Tuhan dan dengan permenungan yang mendalam akhirnya Sr
Mathilda setuju untuk meninggalkan biara lama dan masuk ke biara baru dengan tetap hidup sebagai religius yang taat pada kaul kebiaraan dan memenuhi
permintaan uskup dan menyuarakan kebutuhan umat. Selain Sr. Mathilda ada beberapa suster lain yang menjadi pionir dalam
kongregasi baru ini, yaitu Sr. Anna yang memutuskan untuk mengikuti Sr. Mathilda. Pada tanggal 25 Juli 1880, Sr. Mathilda dan Sr. Anna menandatangani
surat yang menyatakan kerelaannya meninggalkan Biara Alles Voor Allen. Empat hari kemudian, tepatnya tanggal 29 Juli 1880, mereka meninggalkan biara Alles
Voor Allen . Kemudian, pada tanggal 01 Agustus 1880, kongregasi baru resmi
berdiri dengan nama Kongregasi Religieuze Penitenten Recolectinen van de