4.3.6 Hubungan Pekerjaan Ibu Bersalin dengan Indikasi Proses Persalinan Sectio Caesaria.
Hubungan pekerjaan ibu bersalin dengan indikasi proses persalinan sectio caesariadi Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.8 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Persalinan Sectio
Caesaria Berdasarkan Variabel Pekerjaan Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
Persalinan Kasus Kontrol
Pekerjaan n n
X
2
p Value OR CI 95
Bekerja 17 45 20 53
Tidak Bekerja 21
55 18
47
Total 38 100 38 100
0,474 0,491
0,729 0,295 – 1,796
Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa 21 orang 55 ibu pada kelompok kasus tidak bekerja dan 17 orang 45 ibu bekerja. Sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 18 orang 47 ibu tidak bekerja dan 20 orang 53 ibu bekerja. Hasil uji statistik Chi – Square dengan nilai X
2
= 0,474 dan p value adalah 0,491 yang berarti nilai p value 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan
antara pekerjaan ibu bersalin dengan indikasi sectio caesaria. Nilai OR = 0,729 artinya risiko untuk mengalami persalinan sectio caesaria pada ibu bekerja tidak
lebih berisiko dibanding ibu yang tidak bekerja.
4.3.7 Hubungan Kunjungan Antenatal dengan Indikasi Proses Persalinan Sectio
Caesaria.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan kunjungan
antenatal ibu bersalin dengan indikasi proses persalinan sectio caesariadi Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Persalinan Sectio
Caesaria Berdasarkan Variabel Kunjungan Antenatal di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
Persalinan Kasus Kontrol
Kunjungan Antenatal
n n X
2
p Value OR CI 95
K1 - K4 4 10
26 3
8 K1 – K4
≥ 4 28
74 35
92
Total 38 100 38 100
4.547 0,033
4.167 1.046 – 16.605
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa kunjungan pelayanan antenatal pada kelompok kasus terdapat 10 ibu 26 melakukan kunjungan
antenatal 4 kali, dan 28 orang 74 ibu melakukan kunjungan antenatal ≥ 4
kali. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 35 ibu 92 melakukan kunjungan antenatal 4 kali, dan 3 orang 8 ibu dengan kunjungan antenatal
≥ 4 kali.
Hasil uji
statistik Chi – Square dengan nilai X
2
= 4.547 dan p value adalah 0,033 yang berarti nilai p value 0,05 menunjukkan adanya hubungan antara
kunjungan antenatal ibu bersalin dengan indikasi sectio caesaria. Nilai OR = 4.167 artinya risiko untuk mengalami persalinan sectio caesaria pada ibu dengan
kunjungan antenatal 4 kali adalah 4 kali lebih besar dibanding dengan kunjungan 4 kali.
Universitas Sumatera Utara
4.3.8 Hubungan Petugas Pelayanan ANC dengan Indikasi Proses Persalinan Sectio caesaria.
Hubungan petugas pelayanan ANC dengan indikasi proses persalinan sectio caesariadi Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Ibu Bersalin Terhadap Indikasi Persalinan Sectio
CaesariaBerdasarkan Variabel Petugas Pelayanan ANC di RumahSakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
Persalinan Kasus Kontrol
Petugas Pelayanan
n n X
2
p Value OR CI 95
Penolong Persalinan
Tradisional 1 3 0 0
Petugas Kesehatan
37 97 38 100
Total 38
100 38
100
1,013 0,314
2,027 1,612 – 2,550
Berdasarkan petugas pelayanan antenatal dapat diketahui bahwa 37 ibu 97 datang ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan antenatal dan 1 orang 3
ibu pergi ke dukun untuk melakukan pemeriksaan antenatal. Sedangkan pada kelompok kontrol dapat diketahui bahwa semua responden yaitu 38 ibu 100
datang ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan antenatal. Hasil
uji statistik
Chi – Square dengan nilai X
2
= 1,013 dan p value adalah 0,314 yang berarti nilai p value 0,05 menunjukkan tidak ada pengaruh antara
petugas pelayanan ANC dengan indikasi sectio caesaria. Nilai OR = 2,027 artinya risiko untuk mengalami persalinan sectio caesaria pada ibu yang memeriksakan
Universitas Sumatera Utara
ANC bukan ke petugas kesehatan adalah 2,027 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang memeriksakan ke petugas kesehatan.
4.3.9 Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal dengan Indikasi Proses