1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah pendidikan pertama kali muncul dalam bahasa Yunani yaitu “paedagogiek” yang berarti ilmu menuntun anak dan “paedagogia” berarti
pergaulan dengan anak-anak. Sementara itu dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah education yang berarti pelatihan dan pembelajaran. Pendidikan, di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia
melalui proses pengajaran dan pelatihan. Rohman, 2009: 6 Menurut Syarifudin, pendidikan merupakan proses yang dirancang dan
disusun secara sistematis untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan pembentukan
watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Proses tersebut dilakukan untuk membantu
seseorang mengembangkan segala potensi dalam dirinya guna mencapai tujuan pendidikan. Sementara menurut Joni, pendidikan merupakan upaya sadar yang
diarahkan untuk memperbaiki segala aspek kehidupan manusia. Rohman, 2009: 7
Pendidikan dapat diperoleh dari keluarga, lingkungan masyarakat maupun di sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang memungkinkan terjadinya
pembelajaran bagi peserta didik. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah
2 menjadi tempat yang dipercaya oleh para orang tua untuk memberikan pendidikan
bagi anaknya. Di sekolah, pengetahuan tidak hanya didapatkan dari apa yang disampaikan
oleh guru atau pendidik namun dari sumber belajar lain yaitu buku .
Buku merupakan sumber ilmu. Pada
Harrod’s Librarians’ Glossary Kalida Mursyid, 2015: 9, buku diartikan sebagai kumpulan kertas yang saling terikat satu sama
lain dalam satu sampul dan berjilid, di dalamnya menyajikan naskah baik ditulis tangan maupun tercetak. Naskah yang ada pada sebuah buku berisi informasi dan
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk dapat membaca karena sebagaian besar pengetahuan berupa bahasa tulis. Selain membaca, siswa juga
dituntut untuk dapat menulis karena dasar dari suatu pembelajaran di sekolah adalah membaca dan menulis.
Membaca dan menulis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki peran yang besar dalam belajar karena syarat utama dalam
belajar adalah membaca dan menulis. Sesuai dengan pernyataan Kalida Mursyid 2015: 132 yang menyatakan bahwa salah satu syarat utama dalam
belajar adalah kemampuan membaca dan menulis. Menurut Kalida Mursyid 2015: 133, menulis merupakan sebuah
kemampuan dalam mengkomunikasikan ide dan gagasan melalui sebuah media tulisan kepada orang lain. Menulis bukan hanya kemampuan menulis huruf
melainkan suatu proses menyampaikan melalui bahasa tulis. Membaca juga salah satu kecakapan utama yang dikembangkan di sekolah dasar karena merupakan
dasar untuk memperoleh dan menggali ilmu pengetahuan yang lebih lanjut. Tanpa
3 kemampuan membaca, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami
pengetahuan lain. Menurut Besse Naim, 2013: 1, membaca merupakan sumber belajar yang
paling lengkap, paling tersedia, paling murah, paling cepat dan paling mutakhir. Membaca adalah cara yang paling mudah dilakukan untuk mendapatkan informasi
baik itu berupa wawasan atau ilmu pengetahuan maupun pengalaman. Informasi dari berbagai belahan dunia dapat diperoleh dengan membaca tanpa harus melihat
secara langsung. Membaca bukan sekedar melafalkan kata-kata namun melibatkan aktivitas
berpikir yang lebih mendalam. Membaca memerlukan proses berpikir yang lebih komplek untuk memahami makna yang disampaikan oleh penulis.Untuk
memperoleh informasi yang disampaikan oleh penulis, pembaca perlu melakukan analisa terhadap bacaannya.
Pentingnya kemampuan membaca, mengharuskan semua orang untuk melakukan aktivitas membaca dengan intensitas yang baik. Hernowo Naim,
2013: 1 menyerukan kepada semua orang agar dalam kondisi bagaimana pun, sebagai pembaca yang baik selalu menyempatkan diri untuk membaca. Tidak ada
alasan untuk tidak membaca. Membaca seharusnya sudah menjadi bagian yang sudah sedemikian lekat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari,
karena dengan membaca, siswa mampu mendapatkan berbagai informasi dan pengalaman dengan mudah dan cepat.
Kemampuan membaca siswa menjadi faktor utama bagi siswa dalam mencerna pembelajaran karena sebagaian besar pengetahuan disajikan dalam
4 bahasa tulis. Sehingga mau tidak mau siswa harus memiliki keterampilan dan
kemauan untuk membaca guna meningkatkan pengetahuannya. Oleh karena itu, membaca memiliki kedudukan penting dalam dunia pendidikan termasuk dalam
kegiatan belajar mengajar karena tanpa adanya kemampuan membaca, siswa akan kesulitan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Namun, pada kenyataannya, minat membaca siswa masih tergolong rendah. Terbukti dari riset Progress in International Reading Literacy Study PIRLS pada
tahun 2006 Kalida Mursyid, 2015: 104 yang menunjukkan bahwa minat membaca anak Indonesia menempati posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan
sampel. Kenyataan tersebut memang sangat memprihatinkan dan sangat ironis. Siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan menonton
televisi serta bermain gadget. Perpustakaan menjadi tempat yang jarang dikunjungi karena siswa lebih memilih bermain ketika jam istirahat. Hal yang
lebih memprihatikan adalah siswa hanya membaca buku ketika akan ulangan atau ujian semester.
Rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia merupakan persoalan yang sangat penting untuk segera diselesaikan. Menumbuhkan minat membaca
bagi generasi muda Indonesia menjadi salah satu pilihan yang baik untuk mengatasi persoalan tersebut. Untuk menumbuhkan minat membaca, perlu
dilakukan sejak dini yaitu sejak pendidikan dasar atau sebelumnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kebiasaan dan
minat membaca adalah dengan membiasakan siswa untuk membaca setiap harinya. Ada suatu program yang berupaya menumbuhkan kebiasaan dan minat
5 membaca serta meningkatkan kemampuan membaca siswa. Program tersebut
adalah program literasi di sekolah. Program literasi di sekolah merupakan program, yang dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan budaya literasi.
Menurut Faizah 2016: 2, literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara. Kemampuan literasi ada empat aspek yaitu membaca, mendengarkan atau menyimak, berbicara dan
menulis. Program literasi diupayakan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis sehingga akan tercipta kebiasaan belajar.
Kebiasaan membaca dan menulis perlu dikembangkan sejak dini. Kegiatan literasi di sekolah dasar, sebaiknya dimulai di kelas rendah. USAID PRIORITAS
2014: 1 menyatakan bahwa kemampuan literasi membaca dan menulis di kelas awal merupakan fondasi atau dasar yang menjadi penentu keberhasilan dalam
kegiatan belajar siswa. Keberhasilan pengembangan kemampuan literasi di kelas rendah dapat mendukung proses belajar di jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena
itu, program literasi perlu dikembangkan di kelas rendah. Pelaksanaan program literasi di kelas rendahawal diharapan dapat
menciptakan kebiasaan, menumbuhkan minat membaca dan menulis siswa serta membantu siswa agar dapat membaca dan memahami isi bacaan. Kelas rendah
meliputi kelas I, kelas II dan kelas III. Kelas rendah masih berada pada tahap membaca permulaan yang memerlukan pendampingan dan perhatian yang lebih
besar daripada kelas tinggi. Pernyataan tersebut sesuai denga pendapat Zuchdi dan Budiasih USAID PRIORITAS, 2014: 3 yang mengungkapkan bahwa
6 kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat
berpengaruh pada kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya, kemampuan membaca permulaan perlu
mendapat perhatian dan bimbingan dari guru. Salah satu sekolah dasar yang telah menerapkan program literasi adalah SD
Ngoto yang beralamat di Jalan Imogiri Barat, Bangunharjo, Sewon, Bantul. SD Ngoto bekerjasama dengan USAID PRIORITAS dan mulai menerapkan program
literasi sejak tahun 2015. USAID United States Agency for International Development mengembangkan program USAID Prioritizing Reform, Innovation,
and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Student PRIORITAS untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas bagi
anak-anak Indonesia. USAID PRIORITAS merupakan program 5 tahun yang dikembangkan Pemerintah Indonesia dan USAID.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 3 April 2017, SD Ngoto telah merancang program literasi dengan baik dan menempelkan papan
program literasi pada setiap kelas. Rancangan tersebut meliputi nama kegiatan, kapan waktu pelaksanaan kegiatan literasi, sasaran, dan target yang hendak
dicapai. Hal tersebut memudahkan pelaksanaan program literasi di sekolah. Terdapat beberapa kegiatan membaca yang dilakukan di SD Ngoto untuk
menciptakan budaya literasi. Kegiatan tersebut antara lain membaca senyap, membaca mandiri, membaca terbimbing, membaca bersama serta lomba literasi.
Membaca senyap dilakukan semua kelas setiap hari sebelum pembelajaran. Tujuan membaca senyap atau membaca dalam hati adalah untuk membentuk
7 gemar membaca serta menumbuhkan kebiasaan membaca siswa. Setelah
membaca senyap biasanya siswa diminta menulis pada catatan harian. Catatan tersebut berisi tanggal, judul buku, nama pengarang dan isi bacaan.
Membaca mandiri, terbimbing dan membaca bersama dilaksanakan di kelas rendah. Tujuannya adalah meningkatkan kelancaran membaca, meningkatkan
pemahaman siswa terhadap isi bacaan, mengembangkan kemampuan membaca sesuai dengan EYD, mengembangkan kemampuan menulis dengan menulis
sinopsis. Kegiatan tersebut hanya dilakukan di kelas rendah karena siswa kelas rendah masih berada pada tahap membaca permulaan yang memerlukan
bimbingan serta perhatian dari guru. Membaca terbimbing di SD Ngoto dilakukan setiap hari Selasa. Sementara kegiatan membaca bersama dan membaca mandiri
dilakukan pada hari Kamis. Ada kegiatan lomba yang dilakukan setiap akhir semester sebagai tindak lanjut kegiatan membaca yang dilakukan siswa. Lomba
tersebut adalah lomba literasi. Lomba literasi dilakukan setelah UAS Ujian Akhir Semester. Berdasarkan wawancara dengan beberapa pihak, lomba literasi berisi
lomba menulis sinopsis atau ringkasan cerita, menceritakan kembali atau menuliskan deskripsi suatu benda.
Selain itu, sekolah telah berupaya untuk menciptakan lingkungan kaya akan teks. Terlihat dari hasil pengamatan, lingkungan sekolah dipenuhi dengan
berbagai macam tulisan baik itu visi misi, poster maupun slogan. Di depan kelas I dan II terdapat beberapa rak buku yang bernama “warung ilmu” yang berisi buku
bacaan. Buku bacaan tersebut berupa buku fiksi misalnya cerita rakyat, dongeng, fable , buku pengetahuan umum dan lain sebagainya. Rak tersebut berfungsi
8 untuk memfasilitasi siswa untuk membaca. Buku-buku tersebut dapat dibaca saat
kegiatan literasi sekolah berlangsung. Selain itu, saat istirahat siswa juga dapat membaca buku di area membaca yang telah disediakan oleh sekolah. SD Ngoto
memiliki area baca yang terletak di dekat ruang guru. Area baca tersebut memungkinkan siswa untuk membaca saat jam istirahat atau pada waktu
senggang. Program literasi di SD Ngoto telah dirancang dengan baik dengan
menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaanya di sekolah. Program tersebut seharusnya dijalankan sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan sekolah. Namun, berdasarkan hasil pengamatan peneliti, implementasi program literasi belum berjalan sesuai dengan rencana
sekolah. Beberapa kelas melaksanakan program tersebut tidak sesuai jadwal bahkan terdapat kelas yang belum melaksanakan beberapa kegiatan dalam
program literasi. Waktu pelaksanaan program literasi berbeda antara kelas satu dengan yang lain padahal sekolah telah menerapkan jadwal kegiatan seperti yang
telah dipaparkan peneliti di atas. Guru kelas rendah mengaku bahwa mereka kesulitan dalam membagi waktu
antara melaksanakan pembelajaran dan program literasi. Guru harus menyesuaikan waktu pelaksanaan program literasi dengan jadwal pelajaran dan
kegiatan lain yang dilakukan di kelas. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan program literasi belum dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sekolah.
9 Program literasi merupakan suatu program yang unik dan bermanfaat untuk
diterapkan di sekolah dasar khususnya pada kelas rendah yang masih dalam tahap membaca menulis permulaan. Keunikan tersebut perlu mendapatkan perhatian dan
perlu untuk diteliti. Namun, sampai saat ini peneliti belum menemukan suatu penelitian terkait program literasi khususnya yang dilaksanakan di kelas rendah
SD Ngoto. Oleh karena itu permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Program Literasi Sekolah di Kelas Rendah Sekolah Dasar Ngoto, Sewon Bantul”. Penelitian tersebut bermaksud untuk
mengetahui pelaksanaan program literasi di kelas rendah SD Ngoto. Program literasi yang dimaksud merupakan suatu program yang berupaya menciptakan
budaya literasi yang meliputi membaca dan menulis. Hal-hal yang ingin diteliti meliputi tujuan implementasi program literasi, implementasi program literasi, dan
hambatan dalam implementasi program literasi di kelas rendah.
B. Identifikasi Masalah