PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS III B SD NGOTO SEMAIL BANGUNHARJO SEWON BANTUL.

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS III B

SD NGOTO SEMAIL BANGUNHARJO SEWON BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Urbanus NIM 12108249028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23: 18)

Tak ada kata terlambat untuk belajar, belajar sampai tutup usia. Dengan do‟a maka yakin – usaha – sampai


(6)

PERSEMBAHAN

Sikripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Agama, Nusa dan Bangsa.

2. Bapak dan ibu kandung tercinta, terimakasih atas doa, dukungan dan perhatian yang diberikan selama ini.

3. Almamater yang ku banggakan.

4. Tanah air tercinta,PEMDA Kabupaten Kepulauan Mentawai, (Dinas Pendidikan).


(7)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS III B

SD NGOTO SEMAIL BANGUNHARJO SEWON BANTUL

Oleh Urbanus NIM 12108249028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran IPS kelas III B SD Negeri Ngoto, Semail Bangunharjo Sewon Bantul.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaborsi dengan guru kelas. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III B SD Negeri Ngoto, Semail Bangunharjo Sewon Bantul yang berjumlah 20 siswa. Objek pene litian adalah meningkatkan prestasi belajar IPS melalui model Quantum Teaching. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran Qunatum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas III B SD N Ngoto, pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Prestasi belajar sebelum tindakan menunjukkan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa (50%) dan 10 siswa (50%) belum mencapai KKM. Pada siklus I meningkat menjadi 13 siswa (70%) mencapai KKM dan 7 siswa (30%) masih dibawah KKM, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang telah mencapai KKM meningkat menjadi 18 siswa (90%) dan 2 siswa (10%) masih dibawah KKM. Nilai rata-rata pada saat pra tindakan sebesar (69,5), pada siklus I meningkat menjadi (74,25). Pada siklus II meingkatlagi menjadi (81,25). Dengan demikian penggunaan model Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas III B SD N Ngoto, Semail Bangunharjo Sewon Bantul.


(8)

KATA PENGAN TAR

Puji syukur atas limpahan rahmat dan karunia Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “Peningkatan prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas III B SD Negeri Ngoto Semail Bangunharjo Sewon Bantul” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penyususn menyadari dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A, yang telah memberikan ijin dan kesempatah peneliti untuk menuntut il-mu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Haryan-to, M.Pd, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, Drs. Suparlan, M.Pd.I yang telah memberikan kesempatan kepa-da peneliti untuk memaparkan gagasan kepa-dalam bentuk skripsi.

4. Dr. Anwar Senen, M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk serta selalu memberikan motivasi pada proses penulisan skripsi ini.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...11

C. Batasan Masalah...12

D. Rumusan Masalah ...12

E. Tujuan Penelitian...12

F. Manfaat Penelitian...13

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar...15

1. Pengertian IPS...15

2. Tujuan dari Mata Pelajaran IPS ...17

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS ...19

B. Karakteristik Anak SD ...20

C. Kajian tentang Prestasi Belajar ...25

1. Pengertian Prestasi Belajar...25


(11)

D. Kajian Model Pembelajaran Quantum Teaching ...31

1. Pengertian Model Pembelajaran ...31

2. Pengertian Quantum Teaching...32

3. Asas Utama Model Quantum Teaching ...35

4. Prinsip prinsip model pembelajaran Quantum Teaching ...36

5. Unsur unsur pokok model Quantum Teaching ...37

6. Kerangka model Quantum Teaching ...41

7. Kelebihan Quantum Teaching ...44

8. Langkah Penerapan Model Quantum Teaching di SD ...45

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ...47

F. Kerangka Pikir...48

G. Hipotesis ...50

H. Definisi Operasional Variabel ...50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...53

B. Desain Penelitian ...54

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...58

D. Subjek dan Objek Penelitian ...58

E. Teknik Pengumpulan Data ...58

F. Instrumen Penelitian...60

G. Teknik Analisis Data ...62

H. Kriteria Ketuntasan ...64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...65

1. Deskripsi Lokasi Penelitians ...65

2. Subjek Penelitian...67

3. Objek Penelitian ...67

B. Deskripsi Data Awal Siswa...67

C. Deskripsi Hasil Penelitian ...69


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...110

B. Saran ...110

DAFTAR PUSTAKA ...112


(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) 1 Tahun Ajaran 2015 s/d

2016 ... 3

Tabel 2. SK dan KD IPS Kelas 3 SD ... 20 Tabel 3. SK dan KD yang digunakan... 20 Tabel 4. Asas Kegiatan Guru yang Diamati dalam Menerapkan Model

Pembelajaran Quantum Teaching pada Pelajaran IPS... 61

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa pada Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Quantum Teaching. ... 61

Tabel 6. Kisi-kisi Soal Tes Siklus 1 Mata Pelajaran IPS Kelas III B Semester 1 ... 62 Tabel 7. Data Nilai Pra Siklus Siswa Kelas IIIB SD Negeri Ngoto ... 68 Tabel 8. Hasil Observasi Partisipasi Siswa pada Siklus I dalam Pembelajaran

IPS melalui Model Quantum Teaching. ... 82

Tabel 9. Perbandingan Prestasi Tes Pra Siklus ke Siklus I ... 85 Tabel 10. Perbandingan Hasil Tes Siklus I ke Siklus II... 95 Tabel 11. Hasil Observasi Partisipasi Siswa pada Siklus II dalam Pembelajaran

IPS melalui Model Quantum Teaching. ... 101


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & MC. Targgart... 54

Gambar 2. Diagram Batang Prestasi Pra Siklus ... 69

Gambar 3. Siwa melakukan diskusi kelompok ... 72

Gambar 4. Menyampaikan hasil diskusi kelompok ... 73

Gambar 5. Guru menunjukkan gambar. ... 75

Gambar 6. Menyampaikan hasil diskusi kelompok ... 75

Gambar 7. Siswa mengerjakan soal evaluasi. ... 76

Gambar 8. Prestasi tes Pra Siklus dan Siklus I... 86

Gambar 9. Siswa mengamati gambar... 91

Gambar 10. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok ... 92

Gambar 11. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar IPS Siklus I dan Siklus II ... 95

Gambar 12. Diagram Batang Rekapitulas Prestasi Belajar IPS Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 103


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Nomor Induk Siswa Kelas III B SD Ngoto Semail Bangunharjo

Sewon Bantul... 116

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 117

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 138

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Belajar IPS Siswa ... 157

Lampiran 5. Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan Ke 1... 158

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan Ke 2... 159

Lampiran 7. Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan Ke 1 ... 160

Lampiran 8. Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan Ke 2 ... 161

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Guru... 162

Lampiran 10. Hasil Tes Evaluasi Pra Siklus ... 168

Lampiran 11. Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 169

Lampiran 12. Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 170

Lampiran 13. Dokumentasi Siswa Dan Guru... 171


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar memegang peran penting dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dewasa ini perlu diiringi peningkatan proses belajar mengajar, dalam proses belajar mengajar semua unsur terdapat di dalamnya seperti tujuan intruksional yang hendak dicapai, mengajar bukanlah semata- mata untuk menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada siswa juga terkandung makna penciptaan lingkungan yang kondusif yaitu lingkungan belajar yang memungkinkan siswa dengan guru berinteraksi secara penuh untuk menemukan suatupembelajaran yang bermakna atau berarti.

Menyikapi perubahan tuntutan zaman saat ini, serta mampu menyesuaikan masalah proses pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, belajar harus dimaknai sebagai sebuah proses yang berlangsung melaui proses interaksi sosial antara dua belah pihak guru dan siswa dalam menggali dan mengaplikasikan kombinasi pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

Upaya-upaya meningkatkan prestasi belajar IPS diantaranya menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan model Quantum Teaching ini diharapkan pembelajaran akan lebih menarik minat peserta didik. Dari hasil wawancara peneliti dengan guru di SD Ngoto Semail Bangunharjo Sewon Bantul, bahwa permasalahan yang terdapat di kelas III B


(17)

itu adalah mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru masih cenderung memakai metode ceramah dan siswa hanya dijadikan sebagai objek, akibatnya pembelajaran hari demi hari siswa merasa jenuh dan bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru. Dewasa ini pembelajaran IPS masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru. Hal ini disebabkan masih sering ditemukan kurangnya penggunaan media, alat peraga dan berbagai model pembelajaran lainnya sehingga ditemukan bahwa siswa SD Ngoto kelas III B saat ini sebanyak 40% mengalami kesulitan belajar, dan hanya 60% yang dapat mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa tidak berminat dalam belajar, tidak dapat memberikan perhatian dalam belajar dan tidak terampil dalam mengikuti mata pelajaran IPS dengan baik.

Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal- hal yang dianggap penting. Guru menjelaskan materi tentang IPS hanya sebatas cerita dan penghayalan saja. Salah satu penyebabnya adalah padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal dalam membahas IPS tidak cukup hanya menekankan pada cerita, tetapi yang lebih penting adalah realitanya untuk membuktikan dan mendapatkan suatu teori yaitu dengan praktek langsung, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Dari hasil pengamatan dan pengalaman peneliti dalam melakukan observasi, serta hasil wawancara dengan guru kelas III B di SD Negeri Ngoto,Semail Bangunharjo Sewon Bantul, kenyataan di lapangan tidak sesuai


(18)

dengan apa yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan nilai IPS siswa yang masih sangat rendah rata-rata 59 dari 20 jumlah siswa, sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari nilai IPS yaitu 75 yang harus dicapai oleh siswa. Sebagian besar siswa bahkan hampir semua siswa tidak suka dan tidak berminat dengan pelajaran IPS karena guru hanya menggunakan metode ce-ramah saja, sehingga siswa hanya berhayal bagaimana sebenarnya IPS itu, dan hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif terhadap materi pembelaja-ran yang diberikan khususnya pelajapembelaja-ran IPS.

Hasil belajar IPS dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan bera-da bera-dalam peringkat terenbera-dah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1.Rata-rata Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) 1 Tahun Ajaran 2015 s/d 2016

No Mata Pelajaran Rata-rata

1. Bahasa Indonesia 76, 22

2. Matematika 67, 56

3. PKn 69, 76

4. IPA 75, 78

5. IPS 59, 01

Sumber : Dokumentasi Guru kelas III B SD N Ngoto Semail Bangunharjo Sewon Bantul

Berdasarkan hasil belajar IPS siswa pada ujian tengah semerter 1 tahun ajaran 2015 s/d 2016 di Sekolah Dasar Negeri Ngoto nilai rata-rata pela-jaran IPS lebih rendah dibandingkan dengan mata pelapela-jaran yang lainnya. Hal ini dikarenakan saat guru menerangkan siswa mencari kesibukan yang lain. Siswa belum mampu mengemukakan idenya, walaupun ada siswa yang aktif


(19)

hanya sebagian dari mereka. Sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan kean-tusiasan terhadap materi pelajaran IPS.

Kurangnya tingkat motivasi belajar akan berpengaruh terhadap hasil belajar dalam mata pelajaran IPS dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak bervariasi dan akan membuat siswamerasa bosan dan je-nuh. Akibatnya adalah tidak ada minat dan motivasi peserta didik untuk bela-jar. Dalam hal ini tentu sudah sangat jelas peran guru sangat penting. Guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Kegagalan belajar peserta didik jangan dipermasalahkan dari pihak siswa saja, sebab mungkin saja guru belum ber-hasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan peserta didik untuk berbuat/belajar.

Guru sebaiknya perlu memperhatikan hal- hal seperti: menggunakan model- model pebelajaran, ceramah yang berlebihan, memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, jangan ragu untuk berhubungan dengan per-serta didik yang mempunyai kelainan, gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilain dan membuat laporan, usahakan mengembangkan situasi be-lajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Peranan motivasi adalah menumbuhkan semangat dan merasa senang di saat belajar.


(20)

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS karena di saat proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mementingkan menghafal bahkan lam pencapaian materi biasanya guru menggunakan metode ceramah, yang da-lam pelaksanaanya siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan de-mikian suasana dalam belajar menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Peningkatan prestasi siswa ini diperlukan guru kreatif yang dapat me m-buat pembelajaran menjadi lebih menarik, suasana kelas yang menyenangkan, memanfaatkan segala sesuatu yang ada disekeliling sebagai pendorong sema n-gat belajar siswa, menghargai hasil karya siswa, dan disukai oleh peserta didik. Mengingat pentingnya Ilmu Pengetahuan Sosial, apabila kita lihat dari istilah yang digunakan IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial artinya sesuatu pengetahuan yang benar yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu dan diterima akal sehat jadi secara singkat IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Ahmad Sutanto, 2014: 11). Salah satu tujuan pengajaran IPS adalah agar siswa memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam kehidupannya serta mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapai, sehingga akan menjadikannya


(21)

semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. (Cleaf, 1991). Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dala m keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa (Moh. Dimyati, 2012:21).

Pada saat ini para siswa sekolah dasar (SD) sulit mempelajari mata pelajaran IPS karena dianggap masih merupakan mata pelajaran yang kurang penting untuk dipelajari, hal ini dikarenakan kurangnya bimbingan guru, media pembelajaran yang kaitannya dengan IPS di sekolah sehingga prestasi siswa sangat kurang dan kurangnya penggunaan berbagai model pembelajaran. Dengan dilakukannya berbagai model pembelajaran siswa akan mudah beriteraksi dengan sesama teman kelompok dan kelompok lain. Dan guru membawa siswa untuk memahami dengan memunculkan dunia nyata atau yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari, sehingga dengan pengajaran itu siswa tidak merasa bosan di dalam mempelajari pelajaran IPS.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pengajar dalam mengembangkan konsep pelajaran IPS agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya bisa melakuan berbagai cara dengan model pembelajaran untuk menarik perhatian siswa serta menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, model dan alat serta evaluasinya. Unsur metode dan model pembelajaran merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari


(22)

unsur lain yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk menghantarkan bahan pelajaran agar tujuan dapat tercapai. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran disekolah sangatlah penting untuk dilakukan setiap proses pembelajaran dan bahkan semua mata pelajaran yang di ajarkan kepada peserta didik.

Tujuan pembelajaran IPS yang tertuang dalam KTSP (2007: 237) ada-lah agar siswa dapat mencapai kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2) Memmiliki kemampuan dasar untuk dipikir logis dan kritis, rasa inign ta-hu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan so-sial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhahadap nilai- nilai sosial dan kema-nusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi da-lam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, dan global.

Dengan materi dan tujuan IPS yang demikian, guru yang merupakan salah satu unsur yang berperan aktif dalam proses pembelajaran hendaknya mampu membangkitkan minat belajar siswa, mengkondisikan suasana pembe-lajaran yang kondusif dan menarik sehingga menciptakan rasa senang terhadap apa yang dipelajarinya serta tercapai tujuan yang diharapkan. Selain itu guru maupun calon guru harus memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas. Salahsatunya adalah pengelolaan pembelajaran di ke-las khususnya pembelajaran IPS yang materinnya berupa konsep-konsep ab-strak menjadi suatu pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan meli-batkan siswa secara aktif serta senang dalam mengikuti pembelajaran. Dengan


(23)

yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan ba ik. Guru juga harus kreatif dalam menggunakan sebuah metode agar dapat menarik minat siswa da-lam belajar.

Selain metode, agar konsep-konsep yang abstrak menjadi konkret ma-ka dibutuhma-kan suatu media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu (Syaiful Bhari Djamarah dan Aswan Zain, 2006 : 120). Jadi, media disini dapat memudahkan siswa da-lam mencerna materi sehingga tujuan yang telah disebutkan dada-lam KTSP dapat tercapai.

Namun, meskipun mempunyai tujuan yang baik, kenyataan menunju-kan kualitas pembelajaran IPS seringkali jauh dari yang diharapmenunju-kan. Kegiatan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru terutama pada pembelajaran IPS adalah guru menyampaikan materi dengan ceramah dan tanya jawab. Kemu-dian nantinya siswa diminta untuk menghafalnya, kondisi demikian jelas me-nyebabkan interaksi yang searah yaitu dari guru ke siswa saja, sehingga meng-hambat kreatifitas dan tidak mendorong pengembangan potensi siswa. Akibat lebih jauh hasil belajar yang dicapai siswa juga kurang optimal karena guru hanya memberikan konsep-konsep materi pelajaran yang bersifat hafalan.

Cara belajar yang demikian kurang memungkinkan siswa mengaitkan materi yang sudah didapatkannya dengan kehidupan sehari- hari, sehingga ku-rang membantu siswa dalam memecahkan dalam kehidupan sehari- hari.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran IPS kelas III B di SD Ngoto Semail Bangunharjo Sewon Bantul,


(24)

guru menyampaikan materi dengan ceramah dan sesekali mengaj ukan perta-nyaan kepada siswa. Guru terlihat kurang melibatkan siswa dalam melakukan proses pembelajaran dan cenderung mendominasi pembelajaran. Selain itu siswa kurang memperhatikan saat guru menyampaikan materi pelajaran. Hal tersebut terlihat dengan adanya beberapa siswa yang melakukan aktivitas lain, memukul- mukul meja, menyanyi, berbicara dengan teman, menoleh ke arah teman, tiduran, menggambar, serta berjalan-jalan saat proses pembelajaran ber-langsung. Kondisi pembelajaran yang demikian dirasa kurang kondusif, sebab apa yang guru sampaikan tidak dapat diterima oleh siswa dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada saat observasi dengan be-berapa siswa kelas III B (FA, JK, dan ND) mereka mengungkapkan bahwa da-lam pembelajaran IPS itu kurang menarik, membosankan karena penuh dengan hafalan materi yang banyak. Hal yang demikian membuat siswa kurang ant u-sias terhadap pembelajaran IPS sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil be-lajar IPS nya.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka peneliti dapat me-nyimpulkan penyebab utama rendahnya hasil belajar IPS adalah guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga apa yang disampaikan guru t i-dak di terima baik oleh siswa. Selain itu guru juga belum menggunakan metode yang inovatif. Maka sangat penting bagi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran. Salah satunya adalah dengan merubah cara mengajar guru de n-gan model pembelajaran yang efektif dan memungkinkan siswa belajar secara optimal dan menempatkan siswa sebagai pusat proses pembelajaran.


(25)

Model pembelajaran Quantum Teaching dapat dijadikan solusi untuk membuat pembelajaran dan suasana kelas yang menyenangkan. Model Quan-tum Teaching merupakan pembelajaran yang bertujuan membuat suasana kelas menjadi senang dan bergairah dalam belajar khususnya bagi siswa. Menurut Bobbi DePorter (Udin Syaefudin Sa‟ud, 2009: 125), Quantum Teaching seba-gai salah satu model pembelajaran menuntut guru agar termpil dalam mera n-cang, mengembangkan, dan mengelola sistem pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup.

Quantum Teaching menyajikan bentuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang pemjaran, menyampaikan bahan pembelajara n, dan menyederhanakan proses bela-jar sehingga memudahkan belabela-jar siswa (Udin Syaefudin Sa‟ud, 2009: 126). Dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching yang dikenal dengan istilah TANDUR, model pembelajaran ini menempatkan siswa menjadi subjek yang aktif baik fisik maupun mental dalam menempatkan siswa menjadi subjek yang aktif baik fisik maupun mental dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri menjadi se-buah konsep IPS sehingga konsep yang dikuasai siswa dapat bertahan lama.

Selain itu, model Quantum Teaching dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran. Cara belajar yang diberikan kepada siswa pun menarik dan bervariasi, sehingga siswa tidak merasa jenuh untuk mener i-ma i-materi pelajaran. Di samping itu, lingkungan belajar yang nyai-man juga


(26)

da-pat membuat suasana kelas menjadi kondusif. Dengan suasana yang demikian diharapkan siswa dapat memahami materi yang diajarkan dengan mudah.

Hal tersebut sesuai degan karakteristik siswa kelas rendah yang pada umumnya memiliki rasa ingin tahu, suka membentuk kelompok bermain den-gan teman sebaya, serta mengaitkan denden-gan kehidupannya sehari- hari. Denden-gan demikian siswa dalam menerima materi tidak merasa dipaksakan sehingga se-nang mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan kenyataan di atas, ini merupakan sebuah peluang sekali-gus tantangan dalam melakukan berbagai upaya guna meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada masa yang akan datang. Kenyataan ini juga yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Siswa Kelas III B SD Ngoto, Semail Bangunharjo Sewon Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Prestasi belajar IPS siswa masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.

3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPS, karena pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).


(27)

5. Guru belum menerapkan penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran IPS kelas III B di SD Ngoto,Semail Bangunharjo Sewon Bantul.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran, peneliti membatasi masalah yang hendak diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah peningkatkan prestasi belajar IPS melalui proses pembelajaran menggunakan model Quantum Teaching pada siswa kelas III B SD Negeri Ngoto, Semail Bangunharjo Sewon Bantul.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini. “Bagaimana meningkatkan prestasi belajar IPS melalui model pembelajaran Quatum Teaching pada siswa kelas III B SD Negeri Ngoto, Semail Bangunharjo Sewon Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian diatas maka tujuan ini untuk peningkatan prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran Quatum Teaching kelas III B SD Negeri Ngoto, Semail Bangunharjo Sewon Bantul.


(28)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dalam dunia pendidikan mengenai peningkatan prestasi belajar Ilmu Pengetahun Sosial dapat melaui dengan menggunakan model Quantum Teaching.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan pemahaman siswa terkait dengan konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Sosial yang abstrak menjadi kongkret.

2) Membantu siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3) Membantu siswa lebih termotivasi dalam proses belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

b. Bagi Guru

1) Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang tepat.

2) Menambah pengetahuan tentang model Quantum Teaching dalam proses pembelajaran IPS SD.

3) Memberikan gambaran kepada guru dalam menerapkan model pembelajaran secara bervariasi agar tidak monoton.

4) Dapat digunakan sebagai bahan guru untuk memperbaiki serta menyempurnakan dalam pembelajaran.


(29)

c. Bagi Peneliti

1) Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi seberapa besar pertimbangan prestasi belajar IPS melalui penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching.

2) Memberikan wawasan mengenai penerepan model pembelajaran yanginovatif, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar IPS SD.


(30)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar 1. Pengertian IPS

Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1998/1999: 1), menjelaskan bawah IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melaui pendekatan pendidikan dan psikologi serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Melalui mata pelajaran IPS di sekolah dasar para siswa diharapkan mendapat banyak pengetahuan dan wawasan yang luas tentang kosep-konsep dasar ilmu sosial, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah- maslah sosial yang ada dilingkungan nya, dan memiliki keterampilan serta mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut. Sedangkan menurut Ahmad Susanto (2014: 6) mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial dan humaniora, yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial di atas.

Sapriya (2014: 11) IPS merupakan suatu ilmu yang mengkaji masalah- masalah sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Jadi IPS adalah ilmu yang mempelajari masalah- masalah sosial.


(31)

Udin Saripudin (1992: 2), mendefinisikan IPS adalah salah satu mata pelajaran yang dirancang dan dilaksanakan untuk mengembangkan karakteristik siswa dalam cara berfikir, bersikap, dan berperilaku sosial untuk dapat hidup bermasyarakat menjadi warga Indonesia yang baik.

Sapriya (2014: 20) mengemukakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS siswa diharapkan dapat memahami sejumlah konsep dan melatih sikap, nilai, mor al, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Ahmad Susanto (2014: 22) mengemukakan bahwa sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner, dan di ajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar menjadi pengantar mempelajari IPS/studi sosial maupun ilmu sosial.

Depdiknas (Ahmad Susanto 2014: 22) Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sekolah Dasar tahun 2006 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006, mempunyai karakteristik tersendiri karena kurikulum IPS yang mulai berlaku tahun ajaran 2006 itu tidak menganut istilah pokok bahasan, namun cukup simpel, yakni Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. H al ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya dan jam pelajaran relatif lebih sedikit per minggunya. Kesemuanya ini memberikan


(32)

peluang yang luas bagi guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam pengembangan kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS.

Kurikulum Pendidikan IPS SD tahun 2006 bersifat memberi rambu-rambu untuk kedalaman dan keluasan materi dalam mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, di sini aspirasi setempat (muatan lokal) dapat dituangkan dalam proses pembelajaran IPS Terpadu.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.

2. Tujuan dari Mata Pelajaran IPS

Ahmad Susanto (2014: 10) mengemukakan bahwa tujuan utama IPS adalah untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik. Dengan demikian, tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu- ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

Chapin dan Messick (Pengembangan Pembelajaran IPS 2014: 10) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan kedalam enam komponen, yaitu:


(33)

1. Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.

2. Mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi. 3. Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.

4. Menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.

5. Ditujukan pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berpikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan.

6. Ditujukan kepada peserta didik untuk mampu memahami hal yang bersifat konkret, realistis dalam kehidupan sosial.

Ahmad Susanto (2014: 13) mengemukakan tujuan pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar: (1) pengembangan kemampuan berpikir siswa, (2) pengembangan nilai dan etika, dan (3) pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial. Tujuan di atas mengisyaratkan betapa pentingnya pendidikan IPS diberikan di jenjang sekolah d asar, sehingga diharapkan siswa dapat menjadi warga negara yang baik dan cerdas dalam kehidupan sosial masyarakat. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Mulyono Tjokrodikaryo (1980: 77) IPS bertujuan untuk mengajarkan macam- macam pengetahuan, sikap, keterampilan, apresiasi, pengertian dan sebagainnya, tidak untuk dihafal akan tetapi agar dapat digunakan atau ditransfer dalam kehidupan anak sehari-hari. Oleh karena itu mata pelajaran


(34)

IPS dirancang untuk pengembangan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Berdasarkan spesifikasi pengertian dan tujuan IPS di jenjang sekolah dasar tersebut, tampaklah bidang studi IPS merupakan bidang studi yang sangat penting. Untuk mencapai tujuan yang amat strategis tersebut tentu diperlukan upaya inovatif berupa media pembelajaran agar mempermudah proses pembelajaran di sekolah.

Dari berbagai definisi tentang pelajaran IPS maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu disiplin ilmu yang mengkaji secara keseluruhan masalah- masalah sosial yang ada pada masyarakat berfungsi untuk dapat mengembangkan karakter yang baik .

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS

Secara umum pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosial merupakan fokus kajian dariIPS. Aktivitas manusia dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis.

Sedangkan Secara khusus materi pelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar menganut pendekatan terpadu yang mana materi pelajaran dikembangkan tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia. Dalam dokumen permendiknas (2006)


(35)

dikemukakan bahwa IPS mengakaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI ma ta pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.

Di dalam GBPP/kurikulum kelas III bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar pada jenjang sekolah dasar dikembangkan pada semester I sebagai berikut.

Tabel 2. SK dan KD IPS Kelas 3 SD

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memelihara lingkungan

dan melaksanakan kerja sama di sekitar rumah dan sekoalah

1.1Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah

1.2Memelihara Lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

1.3Membuat denah peta lingkungan rumah dan sekolah

Sumber: Silabus SD Kelas 3

Dari paparan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas, peneliti mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut:

Tabel 3. SK dan KD yang digunakan

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar A. Memelihara lingkungan

dan melaksanakan kerja sama di sekitar rumah dan sekoalah

1.1Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah

1.2Memelihara Lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah

Sumber: Silabus SD Kelas 3 B. Karakteristik Anak SD


(36)

yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Menurut kajian rumpun ilmu PAUD dilaksanakan sejak 0-8 tahun.

Bredekamp membagi anak usia dini menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok bayi hingga 2 tahun, kelompok 3 hingga 5 tahun, dan kelompok 6 hingga 8 tahun.

Fadlillah Muh (2013:47), berpendapat bahwa berdasarkan keunikan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu masa bayi lahir sampai 12 bulan, masa batita (todder) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas awal 6-8 tahun. Anak usia dini ialah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbumhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar, inteligensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spritual), sosial emosional (sikap dan perilaku sert agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan tingkat pertumbuhan dan perkembngan anak (Fadlillah Muh, 2013: 48). Dengan demikian, dapat dipahami anak usia dini ialah anak yang berkisar anatara usia 0-6/0-8 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa sehingga memunculkan keunikan pada dirinya.

Piaget (Rita Eka Izzaty dkk, 2008: 105-107) menyatakan bahwa anak SD termasuk dalam masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang ada pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas


(37)

seka-rang lebih konkret. Siswa dapat berpikir logis terhadap objek yang konkret, berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial. Siswa mulai banyak mem-perhatikan dan menerima pandangan orang lain. Materi pembicaraan lebih di-tujukan kepada lingkungan sosial, tidak pada dirinya sendiri. Selain itu Pia-get, menyatakan bahwa siswa dalam tahapan operasi konkret berp ikir induk-tif, yaitu mulai dengan observasi seputar gelaja atau hal yang khusus dari sua-tu kelompok masyarakat, binatang, objek atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan.

Syamsu Yusuf (2007: 24) mengemukakan bahwa masa usia sekolah dasar sering juga disebut masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa ini anak usia 6 atau 7 tahun sudah dikatakan matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa sekolah, secara relatif anak-anak lebih mudah didi-dik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi dalam dua fase,

a) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun.

Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain seperti berikut:

1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh) 2) Sikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. 3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri) 4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.

5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

6) Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun) anak menghendaki nilai (ang-ka rapor) yang baik, tanpa mengingat apa(ang-kah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak

b) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sam-pai umur 12 atau 13 tahun.


(38)

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah.

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari- hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pe-lajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor dita f-sirkan sebagai mulai menonjolnya faktor- faktor (bakat-bakat khusus). 4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi kein-ginan nya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.

5) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

6) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya, b i-asanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu basanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang trad i-sional ( yang sudah ada) mereka membuat peraturan sendiri. (Syamsu Yusuf, 2007: 24-25).

Piaget menamai masa sekolah sebagai masa operesional konkret. Me-nurut Piaget (dalam Desmyati, 2007: 156), operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan opera-si konkret adalah aktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan pe-ristiwa-peristiwa nyata atau konkret dapat diukur.

Anak-anak pada fase operasioanl konkret telah mampu menyadari konservasi atau kekekalan. Mereka dapat mendeskripsikan sifat-sifat fisik ob-jek, menggolongkan, dan mengurutkan berdasarkan sifat-sifatnya, serta mulai mengembangkan konsep ruang, waktu, dan bilangan dengan lebih baik. Me-reka mampu memahami objek dengan cara yang lebih baik, tetapi meMe-reka masih kesulitan merumuskan hipotesisnya.


(39)

Menurut Syamsu Yusuf (2007: 178) periode operasional konkret d i-tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasi-kan (mengelompokmengklasifikasi-kan), menyusun, atau mengasosiasimengklasifikasi-kan (menghungmengklasifikasi-kan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Disamping itu pada akhir masa ini anak sudah memiliki ke-mampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

Anak usia SD berada pada tahap operasional konkret maka anak usia SD mulai berpikir logis. Meski demikian, proses berpikirnya masih terbatas pada hal-hal yang konkret. Oleh karena itu pembelajaran di SD memerlukan media pembelajaran yang konkret. Selain itu anak SD juga memiliki rasa in-gin tau yang besar dan suka bermain. Dalam rangka mengembangkan ke-mampuan anak, maka guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau yang dibacakan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil study tour atau diskusi kelompok.

Dalam penelitian ini, karakteristik anak SD yang digunakan sebagai acuan adalah karakteristik anak masa kelas rendah. Hal ini dikarenakan anak-anak kelas III SD termasuk dalam masa kelas rendah, yaitu umur 6 atau 7 ta-hun hingga 9 atau 10 tata-hun.


(40)

C. Kajian tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang ke-mudian diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) pada umumnya berkenaan den-gan aspek pengetahuan. Menurut Nana Sudja na (1990: 22), pretasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Muhibbin Syah (2008: 91), menjelaskan bahwa prestasi belajar mer u-pakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejum-lah materi pelajaran tertentu. Senada dengan hal tersebut, menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3), menyatakan hakikat prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dan menurut A. Ta-brani Rusyan (2007: 68) mengemukakan bahwa prestasi merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu ke-giatan.

Dari beberapa defenisi tentang prestasi belajar diatas maka dapat dis-impulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa yang dica-pai setelah menerima pengalaman belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor dari hasil tes mengenai materi pelajaran tertentu.


(41)

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah sutu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif), Arif Sardiman dkk (2014: 2).

Evelin Siregar dkk (2010: 4-55) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri mendengar dan mengikuti aturan.

Sugihartono dkk (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil intraksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar ada 2 macam penegertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Eveline Siregar, dkk (2011: 4) mengemukakan bahwa belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terka ndung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:


(42)

a. bertambahnya jumlah pengetahuan

b. adanya kemampuan mengingat dan memproduksi c. ada penerapan pengetahuan

d. menyimpulkan makna

e. menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan f. adanya perubahan sebagai pribadi.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses agar dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman di dalam kepribadian untuk wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk memahami tentang prestasi belajar, perlu didalami faktor- faktor yang mempengaruhinya, Mulyasa (2005: 189-196) mengemukakan beberapa faktor yaitu:

a. Pengaruh faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peser-ta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Kedalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non sosial se-perti fisik misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku sumber, dan sebagainya.


(43)

b. Pengaruh faktor Internal

Brata (1964) mengklasifikasikan faktor internal menyangkut: 1) Faktor-faktor fisiologis, yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik

individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu terutama panca indra.

2) Faktor-faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri seperti inteli-gensi, minat, sikap, dan motivasi.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Slameto (2003: 54) bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang diantanya adalah kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelahan. Berikut faktor-faktor internal yang da-pat mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1. Faktor Jasmani a) Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan tidak dijaga. Seperti halnya sering tidak semangat, sering ngantuk disaat belajar, pusing, dan lain- lain. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah menjaga kesehatan, dimulai dari pola


(44)

hidup yang sehat seperti: beribah yang rajin olah raga teratur, makan teratur, istirahat secukupnya, dan tidur tepat waktu.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah suatu kondisi individu mengalami kelainan mental tingkah laku akibat bawaan atau penyakit. Siswa ini hendaknya belajar pada pendidikan khusus (SLB) agar siswa ini lebih aktif dalam belajar.

2. Faktor Psikologis a) Intelegensi

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional serta tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan da n pemecahan masalah yang timbul dari siswa.

b) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik. Perhatian erat sekali kaitanya dengan motivasi, bahkan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha suapaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran.


(45)

c) Minat

Minat adalah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan belajar dengan serius.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan dengan ora ng lain. Namun hasilnya justru lebih baik dan bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir.

e) Motif

Motif merupakan dorongan dalam diri siswa yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh siswa tersebut.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pembawaan. Kematangan adalah suatu tingakat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya dengan kakinya anak sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, denagn otaknya sudah siap untuk menulis dan lai- lain. Untuk itu diperlukan latihan- latihan dan pelajaran.


(46)

g) Kelelahan

Kelelahan ada dua macam kelalahan jasmani da n rohani (bersifat psikis) antara lain: kelelahan jasmani adalah terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, mengahadapi hal- hal yang selalu konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala denagn pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk berkerja.

D. Kajian Model Pe mbelajaran Quantum Teaching 1. Pengertian Model Pembelajaran

Pada hakekatnya,mengajar itu adalah suatu proses dimana pengajar dan murid menciptakan lingkungan yang baik, agar terjadi kegiatan belajar yang berdaya guna, Untuk mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model- model mengajar.

Joyce dan Weil (2000: 13)Model mengajar adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum,


(47)

kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer.

2. Pengertian Quantum Teaching

Quantum Teaching pertama kali dipakai oleh Deporter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992. Dengan mengilhami yang terkenal dalam fisika Quantum yaitu masa kali percepatan cahaya kuadrat sama dengan ener-gi. Dari rumusan itulah dapat didefinisikan bahwa Quantum adalah sebuah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian, Quantum Teaching berarti pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansannya yang menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dalam kelas. Interaksi- interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kes uksesan siswa. Sehingga dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka Quantum Teaching yaitu setiap interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan metode intruksional dibangun diatas prinsip “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar.

Quantum Teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasioanl yang menekankan perkembangan


(48)

keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992). Hasil-hasil SuperCamp, 68% meningkatkan motivasi 73% meningkatkan nilai, 81% meningkatkan rasa percaya diri 84% meningkatkan harga diri 98% melanjutkan penggunaan ketrampilan. Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket yang multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kamampuan murid untuk berprestasi.

Mark Reardon (1999:5) Quantum: Interaksi yang mengubah energi manjadi cahaya. Dengan demikian Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam- macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi- interaksi ini mencakup unsur- unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampaundan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Yatim Riyanto (2009: 199) juga menyampaikan pendapat yang sama bahwa Quantum Teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya, serta menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.

DePorter,Atal (2000: 3)Quantum Teaching merupakan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan segala interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas.


(49)

Kaifa, (1999: 31) Quantum Teachingmerupakan uraian cara-cara baru yang memudahkan proses belajar pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah dalam setiap mata pelajaran.

DePorter (2005: 4) Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.

Quantum Teachingadalah badan ilmu pengetahuan dan metedo logi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp (DePorter 2005: 4). Quantum Teaching diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective Interaction (Hunter). Quantum Teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan otak, yang pasa akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi.

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulakan bahwa Quantum Teacingmerupakan model pembelajaran yang meriah mengubah suasana belajar yang efektif, memudahakan proses belajar dari setiap mata pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(50)

3. Asas Utama Model Quantum Teaching

Asas utama Quantum Teaching berdasarkan konsep: “Bawahlah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia

Mereka’’(DePorter 1999:35). Tujuan dari asas utama Quantum

Teachingadalah mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama yang harus dilakukan adalah membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Hal ini tidak berarti bahwa setiap orang memiliki wewenang mengajar. Mengajar adalah hak yang harus diraih, dan diberikan oleh siswa, bukan oleh Deperteman Pendidikan. Belajar dari segala defenisinya adalah kegiatan full-contect. Dengan kata lain, bahwa belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia , pikiran, perasaan dan bahasa tubuh. Disamping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru. Jadi masuki dahulu dunia mereka. Mengapa? Karena tindakan ini akan memberi izin untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan me reka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya adalah mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah peristiawa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau akademis mereka. Setelah kaitan itu dibentuk dapat membawa mereka ke dalam dunia kita dan memberi mereka pemahaman mengenai isi dunia ini. Di sinilah kosakata baru, model mental,


(51)

rumus dan lain- lain dibeberkan. Serta menjelajahi kaitan interaksi, baik siswa maupun guru mendapatkan pemahaman baru dan “Dunia K ita” diperluas mencakup tidak hanya para siswa tetapi juga guru. Akhirnya, dengan pengertian yang lebih luas dan pengusaan yang lebih mendalam ini, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru, (Mark Reardon, DePorter,1999:7)

4. Prinsip prinsip model pe mbelajaran Quantum Teaching DePorter (DePorter 1999:7) Quantum Teaching berprinsip pada: a. Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh hendaknya dirancang untuk membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa. Rancangan kurikulum, dan rancangan pembelajaran guru, informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan dan seluruh kondisi lingkungan semuanya harus mengirim pesan tentang belajar.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan harus mempunyai tujuan yang jelas dan terkontrol.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Sebelum siswa belajar memberi nama (mendefenisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkategorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.


(52)

d. Akui setiap usaha

Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

e. Merayakan keberhasilan

Perayaan adalah sarapan pelajar sang juara. Perayaan memberiakn umpan balik mengenai kemajuan dan asosiasi emosi positif dengan belajar. Tujuannya adalah agar memberikan motivasi dan kemajuan belajar berikutnya.

5. Uns ur unsur pokok model Quantum Teaching

DePorter (1999:8) Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki dua unsur pokok, yaitu konteks dan isi. Dengan demikian, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorkestrasikan konteks dan ini tersebut. Konteks berkaitan dengan lingkungan, suasana, landasan dan rancangan pembelajaran, sedangkan isi berkaitan dengan isi pembelajaran.

a. Mengorkestrasi kesuksesan belajar melalui lingkungan pembelajaran (konteks).Dimensi konteks dalam Quantum Teaching dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:

1) Suasana yang mengairahkan

Aspek-aspek pembelajaran Quantum yang harus dipahami dan diterapkan menjadi suasana yang dinamis dan menggairahkan dalam pembelajaran.


(53)

(a) Kekuatan niat dan berpandangan positif. (b) Menjalin rasa simpati dan rasa pengertian. (c) Keriangan dan ketakjuban.

(d) Mau mengambil resiko.

(e) Menumbuhkan rasa ingin memiliki. (f) Menunjukkan keteladanan.

2) Landasan yang kukuh

Menegakkan landasan yang kukuh dalam pembelajaran Quantum bisa dengan cara sebagai berikut:

(a) Mengkomunikansikan tujuan pembelajaran. (b) Mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan.

(c) Meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa. (d) Kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan.

(e) Menjaga komunitas belajar tetap tumbuh dan berjalan dengan baik.

3) Lingkungan yang mendukung

Lingkungan kelas akan berpengaruh terhadap kemampuan siswa, dalam memusatkan perhatian dan menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Menata lingkungan yang dapat mendukung situasi belajar yang baik dapat dilakukan dengan cara:

(a) Mengorganisasikan dan memanfaatkan lingkunga sekitar. (b) Menggunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan. (c) Pengaturan formasi siswa.


(54)

(d) Pemutaran musik yang sesuai dengan kondisi belajar. 4) Perancangan pembelajaran yang dinamis

Melalui perancangan pembelajaran yang dinamis, guru dapat memasuki dunia siswa dalam proses pembelajaran, perancangan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru menurut DePorter (1999 :6) adalah:

(a) Dari dunia kita ke dunia mereka.

(b) Modalitas V-A-K (Visual-Auditorial-Kinestetik). (c) Model kesuksesan dari sudut pandang perancang. (d) Kerangka perancangan TANDUR.

(e) Penggunaan metafora, perumpaan, dan sugesti.

Kemampuan guru memasuki duia siswa sebelum atau saat berlangsungnya pembelajran akan dapat membawa sukses pembelajaran karena membantu guru menyelesaikan pembelajaran lebih cepat, lebih melekat dan lebih bermakna dengan hasil yang sangat memuaskan.

a) Mengorkestrasikan kesuksesan belajar melalui isi

Dimensi atau isi dalam pembelajaran Quantum dikelompokkan menjadi 4 bagian dimana 2 bagian mengkaji kemampuan guru dalam melakukan presentasi dan fasilitas sedangkan 2 bagian yang lainnya memberi tips kiat-kiat dalam keterampilan belajar siswa dan keterampilan hidup. Ada beberapa


(55)

upaya dan kondisi yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan belajar optimal antara lain:

b) Mengorkestrasikan presentasi prima

Kemampuan guru dalam mengorkestrasikan prima merupakan kemampuan berkomunikasi dengan menekan interaksi sesuai dengan rancngan pembelajaran yang telah ditetapkan, ketika guru mengajar, menata konteks,memberi umpan balik, hendaknya dilaksanakan 4 komunikasi yaitu:

(a)Memunculkan kesan yang diingikan. (b)Mengarahkan perhatian.

(c)Bersifat mengajak. (d)Tepat sasaran.

c) Mengorkestrasikan fasilitas yang elegan

Mengorkestrasikan fasilitas berarti memudahkan siswa dengan kurikulum. Pembelajaran Quantum menawarkan beberapa strategi dalam memudahkan fasilitas antara lain:

(a)Menerapkan prinsip KEG (Know it, Explain it, Get it and Give feetback).

(b)Model kesuksesan melalui sudut pandang fasilitator. (c)Membaca Pendengaran.

(d)Mempengaruhi melalui tindakan. (e)Menciptakan strategi berfikir. (f)Tanya jawab dalam belajar.


(56)

Fasilitas menciptakan strategi berfikir bertujuan membantu munculnya bermacam ragam pertanyaan dengan maksud memperoleh respon, memberi dorongan dan menghargai serta mengakui partisipasi siswa dalam melatih keterampilan berfikir siswa.

d)Mengorkestrasikan ketrampilan belajar siswa dan keterampilan hidup

Keterampilan belajar dapat membantu siswa mencapai tujuan dengan efisien dan cepat, dengan tetap mempertahankan minat belajar siswa. Belajar dikelas perlu memanfaatkan gaya belajar masing- masing siswa yaitu:

(a)Belajar visual. (b)Auditorial. (c)Kinetik.

Belajar yang optimal adalah belajar dalam keadaan prima. Kondisi prima ini dapat terjadi ketika ada kesesuaian antara gerak tubuh, pikiran dan perasaan dalam kondisi terfokus dan menyenangkan. Belajar disekolah bukan semata- mata sebagai kegiatan belajar secara akademik. Siswa perlu mempelajari keterampilan hidup dan keterampla n sosial.

6. Kerangka model Quantum Teaching

Dalam mempermudah mengingat serta keperluan organisasi pembelajaran Quantum Teaching dikenalkan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbukan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi,


(57)

dan Rayakan. Unsur-unsur ini membentuk struktur yang melandasi model pembelajaran Quantum Teaching.

Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran. Kerangka ini juga memastiakan bahwa siswa mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan akhirnya dapat memacu kesuksesan dalam belajar (DePorter 1999: 39).

Kerangka perancangan model pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhkan Minat

Kekuatan penanaman dalam diri AMBAK Apa Manfaatnya Bagi Ku? yaitu sebuah cara untuk menubimbukan motivasi dari dalam diri sendiri. AMBAK sama saja dengan menciptakan minat dalam apa yang sedang di pelajari dan menghubungkan da lam dunia nyata (DePorte,r 2006: 48). Maksudnya adalah guru menumbuhkan minat siswa dalam proses pembelajaran.

2. Alami

Guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar. Unsur ini memberikan pengalaman baru bagi siswa, dan memanfaatkan hasrat ala mi otak untuk menjelajah. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba, melakukan agar siswa mengalami langsung dalam belajar sehingga dapat


(58)

menumbuhkan keingin tahuan mereka. Informasi pengalaman ini membuat yang abstrak menjadi konkret (DePorter, 1999: 39).

3. Namai

Penanaman merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”. Setelah siswa mengalami pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, maka mereka dia ajak untuk menulis dikertas menamai bahwa apa saja yang mereka peroleh baik itu informasi, rumus, pemikiran, tempat, dan sebagainya.

4. Demonstrasikan

Pada saat pengalaman dan penanaman bersatu. Berikan kesempatan kepada mereka untuk membuat kaitan berlatih dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Karena siswa akan mampu mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat, dan melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan menyerap informasi yang cukup.

5. Ulangi

Setelah menunjukan bahwa mereka tahu, maka berikanlah kesempatan kepada mereka apa yang sudah dipelajarinya. Sehingga tiap siswa merasakan langsung dimana letak kesulitan akhirnya mendatangkan kesuksesan, maka hal ini akan tertanam bawah kami bisa karena kami memang bisa.


(59)

6. Rayakan

DePorter (Udin Syaefudin, 2009: 129). Rayakan sebagai respon pengakuan yang proposional. Perayaan dapat memberikan rasa bahwa usahanya tidak sia-sia dan dia merasa bahwa dia berhasil melalui ketekunan dan kesuksesan oleh karena itu jika layak dipelajari makan layak pula dirayakan, DePorter (1999: 31).

Hamzah B Uno (2010: 168) berpendapat bahwa“Keterampilan memberikan penguatan memiliki arah untuk memberiakan dorongan, tanggapan, atau hadiah bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran merasa dihargai dan diperhatikan. Penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan siswa”.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa model Quantum Teaching adalah model yang menjadikan pembelajaran yang menyenangkan, mengairahkan dan bermakna melalui interaksi yang ada di lingkungan belajar. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan kerangka rancangan TANDUR (Tumbukan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan). Yang nantinya akan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar terlebih pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 7. Kelebihan Quantum Teaching

Menurut Sri Anitah dkk, (2008: 37) ada beberapa kelebihan menggunakan model pembelajaran Quamtum Teaching yaitu:

1) Suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa termotivasidalam belajar.


(60)

2) Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada disekelilingnya sebagai pendorong belajar.

3) Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing- masing. 4) Apapun yang dilakukan oleh siswa haruslah dihargai.

Model Quantum Teaching sangat mengharuskan membangun hubungan dengan siswa yaitu menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan akan membangun tali silahturami menuju kehidupan yang siswa yang menyenangkan, membuka jalan memasuki dunia baru siswa, dan memudahkan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

8. Langkah Pene rapan Model Quantum Teaching dalam Pe mbelajaran IPS di SD

Dalam penelitian ini akan diterapkan langkah-langka pembelajaran dengan model Quantum Teaching yang dikemukakan oleh Bobbi DePorter dalam pembelajaran IPS kelas III B SD materi Lingkungan Alam dan Buatan dengan kerangka pembelajaran model Quantum yang dikenal dengan istilah TANDUR.

1) Tumbuhakan

Guru menunjukkan gambar-gambar lingkungan alam dan lingkungan buatan. Ini dilakukan untuk me numbuhkan rasa keingin tahuan dan menciptakan minat belajar siswa.

2) Alami

Guru menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti siswa. Misalnya dengan menanyakan, “Bila ada tanaman di lingkungan


(61)

rumah atau sekolah yang layu, apa yang harus kita lakukan agar tanaman tersebut bisa hidup segar?”. Setelah siswa mengerti tentang mengapa harus menjaga tanaman dan apa manfaat tanaman, disitu siswa akan merasa penasaran tentang manfaat menjaga tanaman, baru guru mengajak ketahap selanjutnya yaitu, “ Namai”

3) Namai

Selanjutnya guru menunjukkan berbagai macam gambar diantaranya adalah gambar lingkungan alam, contohnya hutan, gunung, laut, dan lainnya.Sedangkan lingkungan buatan, contohnya jalan raya, rumah, waduk, sekolah, dan lain sebagainya. Setelah itu guru mengajak siswa untuk menamai setiap gambar.

4) Demontrasi

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas.

5) Ulangi

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Guru juga dapat memberikan pertanyaan sampa i dimana pengetahuan mereka terkait dengan materi yang sudah dipelajari dan mengulas kembali hal- hal yang penting dalam materi tersebut.

6) Rayakan

Setelah selesai “Ulangi” maka perlu ada perayaan. Merayakan keberhasilan siswa sangat penting dan bermanfaat bagi siswa untuk mendorong siswa dalam proses pembelajaran berikutnya. Guru dan siswa


(62)

merayakan keberhasilan dengan cara bernyayi bersama atau dengan memberikan tepuk tangan disetiap kelompok.

E. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Banyak pihak yang telah membuktikan dan melakukan penelitian yang mengemukakan bahwa model Quantum Teaching sangat baik diterapkan sebagai model pebelajaran dikelas dan memberikan dampak positif bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran dan pemahaman konsep bagi siswa. Beberpa penelitian yang dapat dikembangkan adalah: 1) Penelitian Luka Sevina Reteni dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar

PKn melalui Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Siswa Kelas V SD N Puro Pakualaman I Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan model pembelajaran QuantumTeaching dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD N Puro Pakualaman I Yogyakarta. Hasil tes yang diperoleh dalam setiap akhir siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar PKn. Peningkatan yang terjadi pada siklus I sebesar 33,33% yaitu dari 20% menjadi 53,33%. Peningkatan siklus II sebesar 36,67% yaitu dari 53,33 menjadi 90%.

2) Peneliti Juhayyatul Anissa dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model Quantum Teaching pada Siswa Kelas VC SD Negeri Jumoyo 2 Salam Magelang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan


(63)

hasil belajar IPS kelas VC SD Negeri Jumoyo 2 Salam Magelang. Hasil tes dalam setiap akhir siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS. Peningkatan yang terjadi pada siklus I sebesar 18,03 dari 50,18 menjadi 68,21 dengan persentase ketuntasan 53,57%. Selain itu, tingkat ketuntasan siswa juga mengalami peningkata n dari kondisi awal siswa yang mengalami tuntas belajar sama dengan atau diatas nilai KKM sebanyak 4 siswa atau 15% meningkat menjadi 15 siswa atau 53%. Dilanjutkan pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 4,40 dan mengalami peningkatan hasil belajar menjadi 22 siswa atau 78% pada siklus II.

Dari dua contoh penelitian diatas tentang Quantum Teaching, peneliti merasa bahwa model Quantum Teaching memiliki keunggulan diantaranya adalah mampu meningkatkan prestas belajar dari beberapa keunggulan model Quantum Teaching tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai meningkatkan prestasi belajar IPS melalui penerapan model Quantum Teaching.

F. Kerangka Pikir

Materi pelajaran Ilmu PengetahuanSosial di sekolah dasar terdiri dari Pengetahuan Sosial dan Sejarah. Cakupan materi yang luas tersebut akan sangat terasa membosankan jika dalam menyampaikan materi guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak didukung dengan sumber belajar yang memadai. Tidak ada keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif antara


(64)

guru dan siswa yang akan mewarnai kegiatan belajar mengajar, membuat pembelajaran menjadi kurang bermakna dan tidak menarik.

Peran guru sebagai perencana dan pelaksana kegiatan pembelajaran sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana belajar IPS yang aktif, inovatif, dan menyenangkan. Langkah yang dapat dilakukan oleh guru agar siswa dapat merasakan pengalaman belajar secara langsung yaitu dengan menggunakan model Quantum Teaching dalam menyampaikan materi pelajaran IPS.

Pembelajaran Quantum Teaching didasarkan pada kerangka TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Model pembelajaran ini dirancang untuk membuat siswa senang dari permulaan hingga akhir pelajaran. Situasi yang menyenangkan, nyaman, dan adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran membuat siswa merasa tidak terbebani dan hanya dijadikan objek pasif dalam proses pembelajaran. Kerangka pembelajaran Quantum Teaching ini membawa siswa menjadi tertarik dan berminat untuk selalu belajar. Agar konsep yang bersifat abstrak menjadi konkret maka siswa diajak merasakan pengalaman belajarnya secara langsung dan menjadikan isi pelajaran menjadi nyata. Setelah itu siswa menamai hal- hal yang belum mereka ketahui. Kemudian siswa diajak untuk melakukan demonstrasi. Setelah itu guru memberikan pujian atau reward.

Diharapkan melalaui model Quantum Teaching prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.


(65)

G. Hipotesis

Berdasar pada kerangka teori berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas III B SD Ngoto SemailBangunharjo Sewon Bantul.

H. Definisi Operasional Variabel

1) Hasil belajar IPS merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap materi IPS yang telah dipelajari. Hasil belajar diukur dengan berdasarkan hasil skor jumlah jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar yang bersifat kognitif dan afektif. Hasil belajar meliputi C1 (ingatan), aspek C2 (pemahaman), dan aspek C3 (aplikasi). Sedangkan hasil belajar afektif meliputi penerimaan siswa dan partisipasi siwsa dalam pembelajaran.

2) Model Quantum Teaching adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran IPS adalah upaya Guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPS pada siswa kelas III B SD Ngoto. Langkah- langkah menggunakan konsep TANDUR adalah sebagai berikut:


(66)

a) Tumbuhkan

Guru menunjukkan gambar-gambar lingkungan alam dan lingkungan buatan. Ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa keingin tahuan dan menciptakan minta belajar siswa.

b) Alami

Guru menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti siswa. Misalnya dengan menanyakan bila ada tanaman di lingkungan rumah atau sekolah yang layu, “Apa yang harus kita lakukan agar tanaman tersebut bisa hidup segar?”. Setelah siswa mengerti tentang mengapa harus menjaga tanaman dan apa manfaat tanaman, disitu siswa akan merasa penasaran tentang manfaat menjaga tanaman, baru guru mengajak ketahap selanjutnya yaitu, “ Namai”.

c) Namai

Selanjutnya guru menunjukkan berbagai macam gambar diantaranya adalah gambar lingkungan alam, contohnya hutan, gunung, laut dan lainnya. Sedangkan lingkungan buatan, contohnya jalan raya, rumah, waduk, sekolah dan lain sebagainya. Setelah itu guru mengajak siswa untuk menamai setiap gambar.

d) Demostrasikan

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas.


(67)

e) Ulangi

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Guru juga dapat memberikan pertanyaan sampai dimana pengetahuan mereka terkait dengan materi yang sudah dipelajari dan mengulas kembali hal- hal yang penting dalam materi tersebut.

f) Rayakan

Setelah selesai “Ulangi” maka perlu ada perayaan. Merayakan keberhasilan siswa sangat penting dan bermanfaat bagi siswa untuk mendorong siswa dalam proses pembelajaran bberikutnya. Guru dan siswa merayakan keberhasilan dengan cara bernyayi bersama atau dengan memberikan tepuk tangan disetiap kelompok.


(68)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti adalahPenelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah, diujikan dalam situasi sebenarnya, serta melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasi, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. (Wijaya Kusumah dkk, 2011: 9).

Dedi Dwitagama (2010:15-32) mengemukakan Penelitian Tindakan Kelas, selain bertujuan meningkatkan hasil belajar, juga untuk mengubah perilaku pengajaran guru, perilaku peserta didik di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran, serta menguba h kerangka kerja pelaksanaan pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran IPS. Penelitian Tindakan Kelas salah satu sarana yang dapat mengembangkan


(1)

Lampiran 12. HASIL TES EVALUASI SIKLUS I

No IS Butir Soal Skor Nilai Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 F.A 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 16 80 Tuntas

2 F.R 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 13 65 Tidak Tuntas

3 DF 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 15 75 Tuntas

4 FR 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 17 85 Tuntas

5 IQ 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 80 Tuntas

6 JK 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Tuntas

7 LN 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 14 70 Tidak Tuntas

8 MT 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 15 75 Tuntas

9 AT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 90 Tuntas

10 WD 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Tuntas

11 NY 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 19 95 Tuntas

12 NU 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Tuntas

13 RQ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 18 90 Tuntas

14 RN 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 15 75 Tuntas

15 FS 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 15 75 Tuntas

16 SR 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Tuntas

17 ZD 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 80 Tuntas

18 KH 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Tuntas

19 NB 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 16 80 Tuntas


(2)

Lampiran 13. DOKUMENTASI SISWA DAN GUR U

Siswa mengerjakan tes evaluasi siklus 1

Siswa mengumpulkan hasil fre test

Siswa mempresentasikan hasil diskusi

kelompok

Kegiatan diskusi kelompok siswa

Siswa mempresentasikan hasil diskusi

kelompok


(3)

(4)

(5)

(6)