35
memulihkan kondisi perekonomian mereka seperti semula sebelum terkena dampak dari erupsi Gunung Merapi.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahap pasca bencana antara lain penyuluhan sosial, pembentukan atau
pengembangan forum warga keluarga pengungsi korban bencana alam, pendampingan sosial, pendampingan psikososial, pemberian bantuan stimulan pemulihan sosial BSPS,
dan pemberian bantuan modal usaha ekonomis produktif UEP.
3. Kajian Tentang Penanganan Korban Erupsi Merapi
Setelah adanya korban dari erupsi Gunung Merapi tentunya diperlukan upaya penanganan yang tepat bagi korban untuk dapat menyelamatkan masyarakat agar mereka
dapat bangkit dari keterpurukan yang mereka alami. Posko Bencana Kabupaten Sleman tahun 2011 menyebutkan bahwa:
“akibat bencana erupsi gunung merapi ditaksir menimbulkan kerugian material masyarakat Kabupaten Sleman kurang lebih 1 trilyun belum termasuk kerugian
material lainnya yang belum terdeteksi, termasuk kerugian immaterial yang jauh lebih sulit diperkirakan Agus Harjito, Jaka Sriyana dan Hartini, dalam Sujarwo
dkk 2014: 1”
Kejadian erupsi Gunung Merapi yang kemudian disusul dengan adanya lahar dingin yang disebabkan hujan deras yang mengakibatkan hancurnya sebagian besar potensi
masyarakat di Kecamatan Cangkringan yaitu pada sektor perdagangan, peternakan, pariwisata, perikanan, penghijauan, perkebunan pertanian dan industri kecil. Melihat dari
kondisi tersebut warga masyarakat yang pasrah, kemudian memilih bekerja menjual pasir, serta menjadi buruh bangunan.
Sebelumnya mereka yang tinggal di sebuah lingkungan pedesaan dengan halaman rumah yang luas, jarak antar rumah tidak berdempetan, dan lingkungan yang masih
36
alami, namun kenyataan yang harus dihadapi sekarang adalah mereka harus hidup berdampingan dengan orang baru selain masyarakat lama yang telah mereka kenal dan
diperlukan adaptasi dengan lingkungan yang baru. Sebagian besar masyarakat dulunya memiliki pekerjaan sebagai petani, buruh, dan juga peternak setelah terjadi erupsi
Gunung Merapi, mereka kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan mereka. Permasalahan sosial masyarakat mungkin akan muncul dikarenakan hunian
tetapHuntap merupakan gabungan dari dua dusun yang berbeda, akan tetapi seiring waktu masalah tersebut dapat diatasi oleh masyarakat, mereka sudah mengenal masing-
masing karakteristik dari dusun satu sama lain. Di sisi lain, sebagian besar anggota masyarakat yang menjadi korban erupsi dari Gunung Merapi di Desa Wukirsari
Cangkringan mulai menempati hunian baru, yang disebut hunian tetap Huntap, misalnya di hunian tetap Huntap Dongkelsari. Kehidupan masyarakat di tempat baru
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi tempat tinggal yang baru Sujarwo dkk, 2014: 2.Namun kondisi di hunian tetap yang sekarang membuat mereka sulit untuk
untuk melakukan aktivitas mereka seperti sebelumnya.Lahan pertanian milik mereka sudah rusak dan jauh dari permukiman yang baru, ditambah lagi dengan masalah lahan
untuk beternak sangat terbatas. Kondisi demikian membuat pemerintah menetapkan daerah disepanjang 5 sampai
10 Kilometer di sekitar Gunung Merapi sebagai zona yang terlarang untuk dijadikan daerah pemukiman penduduk berdasarkan anjuran Badan Nasional Penanggulangan
Bencana BNPB, yang dikarenakan daerah tersebut sangat rawan terjadi bencana alam yang setiap saat Gunung Merapi dapat mengeluarkan letusan atau erupsi yang dapat
menyebabkan hancurnya lingkungan yang ada disekitar Gunung Merapi. Oleh karena itu,
37
pemerintah melakukan upaya relokasi bagi warga yang masih tinggal disekitar Gunung Merapi, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah korban yang diakibatkan oleh erupsi
Gunung Merapi selanjutnya seperti erupsi tahun 2010 lalu. Warga yang sudah direlokasi ke tempat tinggal yang baru diberikan hunian sementara Huntara di daerah yang
dianggap sebagai zona aman. Beberapa tahun setelah warga direlokasi ke hunian sementara Huntara kemudian mereka mendapatkan bantuan berbentuk uang sebagai
dana kompensasi, sebagai ganti rugi atas tanah tempat tinggal mereka dan bantuan tersebut harus dibuatkan rumah yang kemudian menjadi hunian tetap Huntap untuk
mereka. Dampak dari adanya erupsi merapi menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
seluruh masyarakat yang ada disekitar Gunung Merapi ini. Masalah yang timbul dari adanya erupsi antara lain yang terdapat di hunian tetap Huntap Dongkelsari Desa
Wukirsari Kecamatan Cangkringan. Permasalahan mendasar yang dihadapi adalah
terkait dengan pemulihan ekonomi masyarakat pasca erupsi Gunung Merapi. Masalah lain yang timbul pasca erupsi Gunung Merapi adalah warga kehilangan keluarga, tempat
tinggal dan pekerjaan mereka, selain itu juga masalah yang perlu dituntaskan terkait dengan pemulihan trauma dan pendidikan bagi anak korban erupsi Gunung Merapi.
Untuk itu perlu dilakukan upaya yang dapat membantu warga masyarakat korban bencana. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan adanya program rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani bencana erupsi Gunung Merapi yang difasilitasi oleh
Kementrian Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya melalui program REKOMPAK
38
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas. Kementrian Pekerjaan Umum 2012: 35 menjelaskan bahwa:
“Bantuan yang disalurkan lewat program REKOMPAK berupa Bantuan Dana Lingkungan BDL, Bantuan Dana Rumah BDR, Komponen Pendampingan
Masyarakat, dan Komponen Pendampingan Teknis”.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu metode dalam proses pembangunan dimana
masyarakat diperlakukan sebagai subyek yang melakukan pembangunan sejak dari memilih aspek, merumuskan program, dan melaksanakan pembangunan.
Kementerian Sosial 2012: 6 dalam melakukan penanganan korban bencana alam membedakan empat tahapan kegiatan yaitu tahap pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap
darurat, rehabilitasi sosial serta sosialisasi dan rujukan. Dalam setiap tahapan menekankan pada adanya koordinasi antar instansi terkait Dinas Sosial, BNPB, Dinas
Kesehatan dll dengan unsur masyarakat, LSM dan dunia usaha dalam satu komando. Tanggap
darurat adalah
kegiatan memobilisasi
dan meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengkonsolidasikan diri melalui penyediaan sarana dan prasarana
penanganan korban bencana alam Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial Tahun 2004.
4. Kajian Tentang Hunian Tetap HUNTAP
Setelah letusan terjadi, warga yang terkena dampak bencana direlokasi ke tempat tinggal yang masih berupa hunian sementara HUNTARA.Sebanyak 2613 unit hunian
sementara yang berasal dari bantuan berbagai macam pihak dipergunakan warga untuk tempat tinggal.Rumah bantuan tersebut dibuat dari bahan material bambu dan gedhek.
Terdapat sepuluh lokasi yang dijadikan hunian sementara, yaitu Plosokerep, Gondang 1, Gondang 2, Gondang 3, Gondang luar, Banjarsari, Jetis Sumur,