jarak jauh SCJJ di Bali, Banyuwangi, Nganjuk, Solo, Jakata, Balikpapan, Banjarmasin, dan dipersiapkan di beberapa kota lain di Indonesia.
Ketika tahun 1982, Jawa Pos terbit dalam 12 halaman setiap hari. Setelah ditetapkannya Dewan Pers, hasil dari rapat kerja tahunan di Monumen Pers Nasional,
atau dalam Sidang Dewan Pers ke-33 tahun 1990, Jawa Pos terbit dengan 16 halaman pada hari Senin, Rabu, Sabtu, dan Minggu.
Namun belum lama keputusan itu berjalan, sudah disusul keputusan baru sesaat setelah Sidang Dewan Pers ke-34 di Irian Jaya tahun 1991. Keputusannya
adalah surat kabar nasional diperbolehkan terbit 16 halaman setiap hari selama seminggu. Pada 17 Agustus 1991, Jawa Pos terbit 16 halaman setiap harinya.
Terobosan baru terjadi pada awal 1996, Jawa Pos tampil dengan 20 halaman nonstop, artinya terbit setiap hari meskipun di hari libur. Kemudian, untuk memenuhi
kebutuhan khalayak pembaca yang semakin meningkat permintaannya terhadap berita, maka di awal 1999 Jawa Pos terbit 24 halaman nonstop. Kini, harian Jawa Pos terbit
dengan 48 halaman nonstop.
Sejak 9 September 1998, Jawa Pos tampil dengan format baru, yakni Young Broadsheet
dengan lebar tujuh kolom dulu sembilan kolom seperti koran di luar negeri. Jawa Pos kini juga tampil dengan berbagai koran “Radar” di berbagai daerah
local contents. Ini merupakan terobosan untuk menguatkan image sebagai pelopor.
Jawa Pos mulai diminati warga Indonesia yang tinggal di Malaysia dan Saudi Arabia. Bagi pembaca di luar negeri lainnya dapat mengikuti berita-berita Jawa
Pos melalui fasilitas internet JPNet : http:www.jawapos.co.id
. Memiliki seratus wartawan lebih yang ditempatkan di berbagai kota penting
di dalam dan luar negeri. Jawa Pos pernah menempatkan di Frankfurt, London, Roma, Hongkong, Washington, Sao Paulo, dan Bulgaria. Karena pertimbangan efisiensi, kini
penempatan wartawan di luar negeri sangat dipertimbangkan, diutamakan jika ada acara-acara khusus.
4.1.3. Rubrik DetEksi
Tepat pada 26 Februari 2000, di bawah pimpinan seorang redaktur yaitu Azrul Ananda, DetEksi mulai menghiasi lembaran harian Jawa Pos. DetEksi hadir untuk
“membunuh” kemelut malas baca koran yang melanda anak muda. Dengan menganut teknik jurnalisme presisi, DetEksi menyuguhkan berita dengan melibatkan anak muda
secara langsung. Mengapa anak muda? Karena mereka lah yang paling mengenal dunia anak muda. Sedangkan jurnalisme presisi atau precision journalism sendiri adalah
salah satu metode pemberitaan dengan memanfaatkan riset sosial kuantitatif. Perpaduan kedua unsur itulah yang coba ditawarkan oleh DetEksi. Visi dan misi
DetEksi adalah untuk meningkatkan minat baca anak muda Surabaya serta mengkaderisasi pembaca Jawa Pos lima sampai lima belas tahun ke depan.
Salah satu tujuan dibuatnya halaman DetEksi yaitu menyambung hati antara orang tua dan anak, pengajar dan siswa, serta remaja dan sesamanya. Terbukti dari
survey yang dilakukan DetEksi pada 18 Februari 2001. Tercatat sebanyak 93,1 persen
responden DetEksi yang terdiri dari mahasiswa perguruan tinggi dan siswa SMUSMK Surabaya membaca DetEksi. Dan 38,7 persen di antaranya mengaku membaca ulasan
hasil polling saat pertama kali menyentuh halaman DetEksi. Dalam perkembangannya, DetEksi selalu melakukan pengamatan serupa. Hasilnya? Berdasarkan hasil polling
DetEksi pada 11 Februari 2010, tercatat jumlah pembaca DetEksi sebanyak 713 orang dengan kisaran usia 11–19 tahun. Terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 327
orang dan perempuan sebanyak 386 orang. Kini, DetEksi telah berusia sepuluh tahun. Dengan bertambahnya usia, DetEksi bukan berarti semakin menua, tetapi justru
semakin beragam yang mampu diberikan.
DetEksi hadir empat halaman untuk hari Kamis, Jumat, dan Sabtu. Selebihnya tiga halaman. Halaman utama DetEksi terdiri dari dua sampai tiga naskah utama yang
mengulas tema polling. Ada pula komentar pakar Bla Bla Bla, tips seputar topik yang bersangkutan Tak Tik Tang, dan box berisikan pengalaman seseorang sehubungan
dengan topik yang dimuat Share. Polling DetEksi mencoba mengetahui pendapat anak muda yang tinggal di Surabaya mengenai permasalahan tertentu. Misalnya,
pandangan mereka terhadap anak yang melarikan diri dari rumah, emansipasi perempuan, bolos sekolah, seks pranikah, dan lain sebagainya.
Halaman lain lebih bersifat informatif dan aplikatif. Trend yang sedang berkembang di kalangan anak muda selalu menjadi bahan sorotan. Bahkan, lebih
sering DetEksi-lah yang menjadi trendsetter.
Sasaran pembaca DetEksi adalah kalangan remaja. Maka, kru yang bekerja di dalamnya juga berasal dari usia sebaya. Rata-rata para kru DetEksi memiliki kisaran
usia antara 19–25 tahun. Kru DetEksi berjumlah lebih dari 50 anak muda, dengan usia rata-rata 20 tahun. Ada supervisor, koordinator, wakil koordinator, editor, penulis,
grafis, fotografer, petugas entry data, pembuat kuesioner, IT dan Litbang, dan surveyor
. DetEksi terdiri atas berbagai divisi yang saling terkait. Surveyor, Penulis,
Fotografer, dan Grafis adalah jabatan yang membuka jalur rekrutmen terbuka. Semua kru DetEksi bermula dari jabatan ini. Syaratnya, usia maksimal saat mendaftar adalah
21 tahun. IP minimal 3,00 dan sedang kuliah di Surabaya. Harus tahan banting dan gaul. Untuk Surveyor, tugasnya melakukan tugas polling ke area yang telah ditentukan.
Penulis, adalah kru DetEksi yang bertugas mewawancara dan menulis hasil polling
. Saat ini terdapat 7 Penulis aktif yang bertanggung jawab terhadap Editor. Mbak dan Mas Edi –panggilan bagi Editor- inilah yang bertanggung jawab penuh akan
kualitas halaman DetEksi. Ya mengedit, ya menambah tulisan, pokoknya yang take charge
atas halaman. Selain itu, ada tim Entry Data yang bertugas memasukkan data hasil polling ke
komputer. Dengan menggunakan software Microsoft Office Excel dan SPSS, mereka menyulap angka menjadi informasi penting. Kemudian, ada Fotografer yang mengurus
semua yang berhubungan dengan kebutuhan foto halaman DetEksi, dan Grafis yang bertugas membuat halaman DetEksi terlihat sedap dipandang.
Siapa pembuat kuesioner yang disebarkan oleh para Surveyor? Jawabannya adalah tim penulis kuesioner. Ada lagi, tim IT dan Litbang yang memiliki fungsi
memelihara komputer dan data-data DetEksi. Terakhir, jabatan yang bertugas mengatur kerja kru DetEksi, sekaligus bertanggung jawab terhadap semua event yang
digelar DetEksi adalah Koordinator dan Supervisor.
4.2. Penyajian Data dan Analisa 4.2.1. Identitas Responden