Sufiksasi Proses Pembentukan Kosa-kata Argotik

ditulis menjadi critik dalam bentuk argot. Contoh tersebut menunjukkan adaptasi yang terjadi pada satu kata. Disamping adaptasi yang terjadi pada satu kata, ada bentuk adaptasi lain yang terjadi pada kelompok kata. Dalam hal ini penulisan sudah mengalami pemenggalan dengan kata lain, argot hasil adaptasi bukan lagi bentuk yang utuh seperti je suis ‘saya adalah’ melainkan menjadi chuis. 6. Perubahan Makna Makna kata dapat mengalami perubahan akibat tanggapan pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal yang menyenangkan atau ke hal-hal sebaliknya yang tidak menyenangkan. Kata yang cenderung ke arah baik disebut amelioratif sedangkan kata yang maknanya cenderung ke arah tidak baik atau tidak menyenangkan disebut peyoratif. Perubahan makna kadang-kadang ditandai pula oleh adanya asosiasi, analogi dalam bentuk kebahasaan. Lebih jelasnya Calvet 1994: 15 menyatakan bahwa hal-hal tersebut yang mengakibatkan bentuk metafora métaphore dan metonimia métonymie. Peristiwa kebahasaan ini terjadi juga dalam bahasa argot. a. Metafora Métaphore Metafora termasuk gaya bahasa kiasan. Gaya ini dibentuk dengan membandingkan suatu hal dengan hal lain dengan cara mencari kemiripan antara kedua objek. Peristiwa perubahan ini sering digunakan dalam bahasa argot. Contoh: untuk menyebut patron ‘pemilik’ yang jahat atau sifatnya tidak baik, digunakan kosa-kata hewan seperti cochon ‘babi’, corbeau ‘burung gagak’, singe ‘monyet’ Gadet, 1992: 111. b. Metonimia Métonymie Kosa-kata argotik dapat dibentuk dengan mengubah makna kata bahasa standar berdasarkan hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama. Perubahan ini berupa penggambaran objek bentuk orang dengan kata yang mempunyai hubungan makna antara kata bahasa standar dengan kata bahasa argot. Peristiwa ini disebut metonimia. Contoh pada kata bleu yang digunakan untuk menyebutkan warna biru dalam bahasa standar, dalam bahasa argot kata ini digunakan untuk menyebut policier ‘polisi’. Hal ini ditandai dengan mobil dan lampu sirine polisi yang dominan berwarna biru Gaudaillier, 2001: 23.

7. L’argonji

Pembentukan kosa-kata argotik, selain melalui peristiwa kebahasaan yang telah dijelaskan dapat juga dihasilkan dengan menggunakan rumus le largonji. Yang dimaksud l ’argonji adalah kata argotik yang cara pembentukannya menggunakan fonem ‘l-‘ yang menggantikan konsonan pertama, lalu memindahkan konsonan pertama keakhir kata dengan ditambah ataupun tanpa ditambah sufiks. Perubahan ini sering disertai dengan pemenggalan fonem. Contoh: untuk menyebutkan en douce ‘diam-diam’ ditambahkan fonem ‘l-‘ yang menggantikan konsonan pertama yaitu ‘d’ sehingga berubah menjadi en loucedé Merle, 2000: 38.

8. Ciptaan Murni

Selain didasari oleh bahasa yang telah ada, kata argotik dapat pula dihasilkan berdasarkan ciptaan murni dari para pemakainya. Pengelompokan kata yang