Rumusan Masalah Tujuan Pengembangan Spesifikasi Produk Kerangka Berpikir

mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Permainan tembak kaleng ini mempunyai banyak keunggulan sehingga perlu diujicobakan sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes kelas VIII SMP N 2 Patebon. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: “Pengembangan model permainan “Tembak Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Patebon Kabupaten Kendal tahun 2012.”

1.2 Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian tentunya mempunyai permasalahan yang perlu diteliti dan dianalisis untuk memecahkan permasalahan. Setelah mencermati dari latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah : “Bagaimana model pengembangan permainan “Tembak Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes bagi siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kab. Kendal, Tahun 2012?”

1.3 Tujuan Pengembangan

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan diatas, maka tujuan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan produk model permainan “Tembak Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes bagi siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kab. Kendal, Tahun 2012.

1.4 Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini berupa model permainan alternatif variasi permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah menengah pertama, yang dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran kognitif, afektif, psikomotor secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan intensitas fisik sehingga kebugaran jasmani dapat terwujud, serta dapat mengatasi kesulitan dalam pengajaran permainan bola keci. Efektif yaitu sesuai dengan produk yang diinginkan, dan efisien yaitu sesuai dengan yang seharusnya dilakukan atau sesuai dengan yang ingin dicapai.

1.5 Pentingnya Pengembangan

Pendidikan Jasmani pada saat sekarang ini masih jauh dari tujuan pendidikan jasmani itu sendiri. Pendidikan jasmani seharusnya bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif, dan afektifnya. Pemecahan masalah seperti ini dapat melalui penerapan model pengembangan dalam bentuk modifikasi permainan yang diharapkan dapat digunakan serta dapat membantu guru pendidikan jasmani, sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat dan sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani olehraga dan rekreasi. Pentingnya pengembangan bagi peneliti, peneliti lanjutan, guru penjas dan lembaga FIK Unnes antara lain:

1.5.1 Bagi Peneliti

1 Sebagai bekal pengalaman di bidang penelitian dalam memodifikasi olahraga pada umumnya dan olahraga permainan pada khususnya. 2 Sebagai dasar pengembangan hasil penelitian di masa yang akan datang. 3 Sebagai bekal dalam menyusun skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan bidang studi pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi.

1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan

Informasi dari pengembangan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan apabila akan melakukan penelitian bola kecil yang serupa.

1.5.3 Bagi Guru Penjas

1 Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar bidang studi olahraga pada umumnya dan permainan bola kecil pada khususnya. 2 Sebagai bahan pertimbangan dan pedoman untuk membina siswa dalam bermain bola kecil. 3 Sebagai dorongan dan motivasi kepada guru penjas untuk menciptakan terobosan-terobosan baru dan variasi mengajar dengan cara memodifikasi jenis permainan olahraga sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, serta siswa lebih aktif bergerak.

1.5.4 Bagi Lembaga FIK UNNES

1 Sebagai bahan informasi kepada mahasiswa tentang pengembangan model pembelajaran permainan bola kecil melalui permainan “Tembak Kaleng”. 2 Sebagai bahan dokumentasi penelitian di lingkungan UNNES Semarang. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1 Landasan Teori

Dalam rangka pemecahan masalah, maka sebagai acuan berfikir secara ilmiah, pada landasan teori ini akan dimuat beberapa pendapat dari pakar. Selanjutnya secara garis besar akan diuraikan tentang: penelitian dan pengembangan, pendidikan jasmani, permainan rounders, karakteristik perkembangan gerak anak sekolah lanjutan, perkembangan penguasaan gerak pada fase adolesensi 12-20 tahun, klasifikasi ketrampilan gerak, tinjauan ketrampilan gerak dasar usia 12-20 tahun, pengembangan pembelajaran penjas dan pengembangan modifikasi olahraga.

2.1.1 Penelitian dan Pengembangan

Penelitian pendidikan dan pengembangan, yang lebih kita kenal dengan istilah Research and development R D. Strategi untuk mengembangkan suatu produk pendidikan oleh Borg Gall 1983 dalam bukunya Punaji Setyosari 2012:215 disebut sebagai penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan ini kadang kala disebut juga sesuatu pengembangan berbasis pada penelitian atau disebut juga research-based development. Dalam dunia pendidikan, penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan merupakan tipe atau jenis penilitian yang relatif baru 2012:215. Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg Gall 1983 2012:215 adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar di mana produk tersebut akan dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan. Penelitian dan pengembangan pendidikan itu sendiri dilakukan berdasarkan suatu model pengembangan berbasis industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk mendesain produk dan prosedur, yang kemudian secara sistematis dilakukan uji lapangan, dievaluasi, disempurnakan untuk memenuhi kriteria keefektifan, kualitas, dan standar tertentu Gall Borg, 2003 dalam buku Punaji Setyosari, 2012:216. Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan karena tujuan pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan dari serangkaian uji coba, misalnya melalui perorangan, kelompok kecil, kelompok sedang dan uji lapangan kemudian dilakukan direvisi dan seterusnya untuk mendapatkan hasil atau produk yang memadai atau layak dipakai 2012:220.

2.1.2 Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung, tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik neuromuskuler, intelektual dan sosial Abdulkadir Ateng, 1992:4. Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktifitas pengembangan fisik secara terisolasisasi, akan tetapi harus ada dalam konteks pendidikan secara umum general education Samsudin, 2008:1. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara keseluruhan Adang Suherman, 2000:1 Pendidikan jasmani dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang, yaitu: 1 Pandangan tradisional, yang menganggap bahwa manusia itu terdiri dari 2 komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani. Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata-mata hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja Adang Suherman, 2000:17, 2 Pandangan modern yang sering juga disebut pandangan holistik, menganggap bahwa manusia bukan suatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah- pilah. Manusia adalah satu kesatuan dari bagian-bagian yang terpadu. Dengan pandangan tersebut pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Hubungan antara tujuan umum pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraannya harus terjalin dengan baik. Dengan demikian akan nampak bahwa pendidikan jasmani sangat penting bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan dari pendidikan secara keseluruhan Adang Suherman, 2000:19.

2.1.2.1 Tujuan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara keseluruhan. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual Adang Suherman, 2000:22-23. Tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu: 1 Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang physical fitness, 2 Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna, 3 Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang penjas ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa, 4 Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat Adang Suherman, 2000:22-23. Tujuan pendidikan jasmani menurut Husdarta 2009:9 dapat diringkas dalam terminologi populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.

2.1.2.1.1 Pengembangan Aspek Psikomotorik

1 Ketrampilan Gerak yaitu tujuan utama dalam mengajarkan ketrampilan gerak adalah pengembangan keterampilan untuk berpastisipasi dalam kegiatan olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif dalam pelaksanaan tugas sehari-hari setara dengan tujuan pendidikan jasmani yang berhubungan dengan kebugaran jasmani, yaitu individu, sebagai anggota keluarga, serta sebagai anggota masyarakat. Ketrampilan menurut para ahli adalah sebuah cakapan atau tingkat penguasaan terhadap suatu gerak atau pola gerak, yang dicirikan oleh tiga indikator kualitas utama, yaitu efektif, efisien dan dapat diadaptasi. Kualitas efektifitas merupakan hasil dari tindakan yang berorientasi pada tujuan atau sasaran tertentu 2008:21-22. 2 Kebugaran fisik yaitu prinsip- prinsip peningkatan kondisi fisik yang meliputi pengembangan kapasitas kardiovaskular, daya tahan otot lokal, kekuatan, kelenturan, dan power. Implikasinya, dalam model ini peran guru adalah mencoba menyakinkan siswa bahwa mereka akan menyukai apa yang mereka lakukan. Memilih kegiatan pembelajaran ketrampilan gerak yang juga bernilai fitness tinggi sehingga guru akan memilih kegiatan dan cabang olahraga yang mengandung sekaligus juga mampu meningkatkan kebugaran jasmani Samsudin 2008:23.

2.1.2.1.2 Perkembangan Aspek Kognitif

Anak memiliki pengertian tentang pengaruh latihan atau kegiatan fisik terhadap kesehatan tubuh yang berguna bagi mereka untuk menjalani gaya hidup yang aktif. Beberapa konsep yang ditentukan oleh para ahli bahwa dalam pembelajaran pendidikan jasmani aspek kognitif yang ditekankan antara lain: Pernyataan deskripsi yang memberikan informasi tentang “apa” fakta pengetahuan informasi. 1 Pernyataan yang dimaksud menjawab “mengapa” alasan sederhana, nilai, pembenaran, manfaat. 2 Pernyataan yang bermaksud menjawab “mengapa” hal itu terjadi” prinsip- prinsip kaitan, dan hukum atau dalil. 3 Pernyataan pemecahan masalah apa yang dapat dilakukan penerapan fakta, prinsip dan keterhubungan 2008:25.

2.1.2.1.3 Pengembangan Aspek Afektif

Sikap positif terhadap pendidikan jasmani selera, kepercayaan, acuan nilai, dan idealisme seseorang akan memengaruhi cara ia berprilaku. Karena siswa berfikir dan merasa, tidak ada satu pun pembelajaran psikomotor yang terjadi tanpa adanya rasa keterlibatan perasaan tentang dirinya sendiri, tentang pelajarannya, dan tentang situasi di sekitarnya. Dalam setiap perasaan dan acuan nilai anak terdapat daya yang sangat kuat yang mengontrol perilaku individual. Kadang daya tersebut menghalangi terjadinya pembelajaran; di saat yang lain malah meningkatkannya Samsudin, 2008:30

2.1.2.2 Pelaksanaan Pendidikan Jasmani

Bagan di bawah ini menunjukan cakupan tujuan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaanya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak. Gambar 2.1 Pelaksanaan Penjas Sumber: Strategi Belajar Mengajar Penjas, 2000 Pendidikan Jasm ani Prakt ik pengajaran berorient asi pada karakt erist ik perkem bangan dan psikom ot or Persept ual M ot orik Kesegaran jasm ani Kognit if Af ekt if Penget ahuan t ent ang penjas, olahraga dan kesehat an Penalaran pembuat an keput usan Int elegensia em osional w at ak Konse p Diri Pengembangan domain psikomotor yang mencakup aspek kesegaran jasmani dan perkembangan perseptual-motorik menegaskan bahwa upaya pendidikan jasmani berlangsung melalui gerak atau aktifitas jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik, dan sekaligus untuk tujuan yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri. Kesegaran jasmani merupakan sebuah topik penting dari domain psikomotor yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem misalnya, sistem peredaran darah dan sistem pernafasan, sistem metabolisme Rusli Lutan, 2000:4. Perkembangan perseptual-motorik terjadi melalui proses kemampuan seseorang untuk meneerima rangsang dari luar dan rangsang itu kemudian diolah dan diprogram sampai kemudian tercipta respons berupa aksi yang selaras dengan rangsang. Dampak langsung dari aktifitas jasmani yang merangsang kemampuan dan kecepatan proses persepsi dan aksi itu adalah perkembangan kepekaaan sistem saraf. Rusli Lutan, 2000:5. Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak saja menyangkut pengusaan pengetahuan yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta kegiatan pengisisan waktu luang, sama halnya pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan Rusli Lutan, 2000:5. Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, namun lebih, diantaranya adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainya seperti intelegensia emosional dan watak Rusli Lutan, 2000:6.

2.1.3 Permainan Rounders

Rounders adalah permainan bola kecil dengan teknik dasar yang hampir sama dengan permainan kasti yaitu melempar, menangkap, dan memukul ditambah dengan ketrampilan mengetik dan menghindari sentuhan bola.

2.1.3.1 Istilah dalam Permainan Rounders

1 Ball : Bola yang dilemparkan pelambung salah, yaitu bola tidak berada di atas tempat untuk memukul. 2 Strike : Bola yang dilemparkan pelambung benar, yaitu bola yang dilemparkan meluncur di atas tempat pemukul antara lutut dan bahu pemukul. 3 Out : Bola yang dipukul jatuh di luar garis batas pelari. 4 Base : Tempat hinggap bagi seorang pemukul atau pelari. 5 Pitcher : Pelambung, dari regu jaga, bertugas melambungkan bola ke arah better. 6 Catcher : Penangkap bolapenjaga belakang dari regu jaga. 7 Home Base : Base tempat memukul bola. 8 Mengetik : Mematikan lawan dengan cara menyentuh bola. 9 Membakar : Mematikan lawan dengan memegang bola sebelum pemain sampai di base. 10 Home Run : Pemukul dengan pukulannya sendiri dapat kembali ke ruang bebas secara langsung.

2.1.3.2 Lapangan Rounders

Gambar 2.2 Lapangan Permainan Rounders sumber: Permainan Bola Kecil, 2012 KETERANGAN a : t em pat pit cher b : t em pat cat cher c : ruang t unggu a 15 15 15 15 15 9 m b d c

2.1.3.3 Peraturan Permainan

1 Pitcher adalah pemain yang bertugas melempar bola kepada pemukul. Bola harus dilemparkan dengan kuat, cepat dan tepat berada di atas home base. Untuk mendapatkan lemparan bola yang keras dan cepat, pitcher harus melemparkan bola dengan ayunan penuh. 2 Catcher adalah penangkap belakang yaitu salah seorang penjaga yang ditugaskan khusus menangkap bola di belakang home base. 3 Pemukul Ketentuan bagi pemukul batter pemukul harus berlari jika hasil pukulan pertama strike baik,Pukulan ketiga tidak kena tetapi wasit mengatakan strike baik. Pelari waktu lari menuju base dihalang-halangi oleh penjaga, maka pemukul bebas menuju base yang telah ditentukan oleh wasit. Jika pitcher sudah empat kali melambungkan bola salah dan tidak dipukul, maka pemukul dipersilahkan melakukan free walk. Bola baik strike meskipun dipukul kena atau tidak kena oleh pemukul, tidak dipukul oleh pemukul, dipukul salah outkeluar oleh si pemukul. Bola diangkap mati jika Bola hilang, bola sudah dipegang oleh pitcher dan siap dilemparkan kepada pemukul, bola out. Pada waktu bola mati, semua pelari tidak boleh meninggalkan base yang ditempati. Pelari dianggap mati jika pada waktu lari tidak menginjak base, melewati pelari yang ada di depannya, jika base yang dituju telah dibakar oleh penjaga mengganggu penjaga yang sedang menangkap bola. 3 Cara mematikan lawan yaitu dengan mengetik yaitu dengan menyentuhkan bola ke tubuh pemain pemukul sebelum dia mencapai base. Cara membakar yaitu dengan menginjakkan kaki pada base yang dituju pelari sambil memegang bola. 4 Cara bermain rounders dimainkan oleh 2 regu, dimana tiap regu terdiri atas 12 pemain dengan 6 pemain cadangan. Sebelum permainan dimulai, dilakukan undian. Regu yang memenangkan undian berhak memilih menjadi regu pemukul atau regu jaga. Pemukul diberi kesempatan memukul sebanyak 3 kali, jika pukulan pertama atau kedua baik, ia harus lari menuju base. Urutan memukul sesuai dengan normor yang telah ditentukan. Pemukul di belakangnya tidak boleh mendahului pemukul di depannya. Setiap base hanya boleh diisi oleh satu pemain saja. Setiap regu pemukul berpindah base, regu jaga boleh mematikan. 5 Cara mendapatkan angka yaitu setiap base yang dilewati pemain mendapat angka 1. Jika dibakar atau terkena tik tidak mendapat nilai pada base itu. Jika dapat kembali ke ruang tunggu dengan pukulan sendiri dan setiap base selamat maka akan mendapat angka 6. 2.1.4 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Lanjutan 2.1.4.1 Ukuran dan Bentuk Tubuh Anak Usia 12-20 Tahun Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo 1993:137, Ukuran badan untuk kedua jenis kelamin pada masa adolesensi adalah kecil, meskipun ada kecenderungan anak laki-laki sedikit lebih tinggi dan berat dibandingkan anak-anak perempuan. Sedangkan pada awal masa adolesensi anak-anak perempuan lebih tinggi dan lebih berat dari anak laki-laki sebagai awal dari kematangannya. Akan tetapi keadaan tersebut tidak terlali lama setelah perubahan yang cepat terjadi pada anak laki-laki pada masa adolesensi.Akhirnya anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan, demikian pula ukuran- ukuran yang lain, seperti tinggi togok, panjang tungkai, lebar pundak, lebar pinggul, ukuran lengan dan sebagainya mengikuti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung secara cepat.

2.1.4.2 Perkembangan Aktivitas Motorik Kasar Gross Motor Ability

Perkembangan motorik dasar difokuskan pada ketrampilan yang biasa disebut dengan ketrampilan motorik dasar meliputi jalan, lari, lompat, loncat, dan ketrampilan menguasai bola seperti melempar, menendang, dan memantulkan bola. Ketrampilan motor dasar dikembangkan pada masa anak sebelum sekolah dan pada masa sekolah awal dan ini akan menjadi bekal awal untuk mempraktikkan ketrampilan gerak yang efisien bersifat umum dan selanjutnya akan diperlukan sebagai dasar untuk perkembangan ketrampilan motorik yang lebih khusus yang semuanya ini merupakan satu bagian integral prestasi bagi anak dalam segala umur dan tingkatan Yanuar Kiram, 1992:42.

2.1.4.3 Perkembangan Aktivitas Motorik Halus Fine Motor Activity

Kontrol motorik halus telah didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengatur atau mengkoordinasi penggunaan bentuk gerakan mata dan tangan secara efisien, tepat, dan adaptif. Perkembangan kontrol motorik halus atau ketrampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting, perkembangan motorik secara total anak-anak dan secara jelas mencerminkan kapasitas sistem saraf pusat untuk mengangkut dan memproses input visual dan menterjemahkan input tersebut ke bentuk ketrampilan. Untuk mendapatkan ketrampilan dengan baik, maka perilaku yang perlu dilakukan anak harus dapat berinteraksi dengan praktik dan melakukan komunikasi terhadap objek sekolah dan lingkungan rumah Yanuar Kiram, 1992:43.

2.1.4.4 Perkembangan Gerak Pada Fase Adolesensi 12-20 Tahun

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penampilan gerak pada masa adolesensi cenderung mengikuti perubahan-perubahan dalam ukuran badan, kekuatan, dan fungsi fisiologis. Peredaan-perbedaan dalam penampilan keterampilan gerak dasar antara kedua jenis kelamin semakin meningkat, anak laki-laki menunjukkan peningkatan yang terus berlangsung,sedangkan anak perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai gerakan, seperti lari, lompat jauh tanpa awalan, dan melempar jarak jauh. Dalam pengembangan koordinasi gerak, anak laki-laki pada awal pubertas mengalami perkembangan sedikit sekali, tetapi setelah masa itu perkembangan makin cepat. Sedangkan mengenai keseimbangan dinamis selama adolesensi menunjukkan adanya penurunan untuk kedua jenis kelamin. Peningkatan yang mendatar plateau dialami oleh anak perempuan pada umur 12 sampai 14 tahun, sedangkan bagi anak laki-laki pada umur 14 sampai 16 tahun. Kuantitas penampilan keterampilan masih terus meningkat selama masa praadolesensi sampai adolensi untuk kedua jenis kelamin. Setelah masa adolesensi perbedaan penampilan antara anak laki-laki dan perempuan mulai nampak, sedikit dalam lari dan lompat, tetapi dalam hal kekuatan tubuh bagian atas, seperti melempar perbedaanya sangat nyata. Perbedaan tersebut disebabkan terjadinya peningkatan yang terhenti, bahkan mulai menurun pada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki terus meningkat. 2.1.5 Belajar Gerak 2.1.5.1 Pengertian Gerak Gerak motor sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi, gerak motor ruang lingkupnya lebih luas dari pada psikomotor. Pengertian gerak dasar adalah kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari yang meliputi gerak jalan, lari, lompat, lempar Ma’mun, 2000:20. Menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. saputra 2000:20, kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3, yaitu : 1 Kemampuan lokomotor, digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti loncat dan lompat. 2 Kemampuan non lokomotor, dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, contoh mendorong, menarik, dll. 3 Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif antara lain melempar, memulkul, menendang dan memukul.

2.1.5.2 Konsep Gerak

Konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat berupa sebuah label atau nama suatu kelompok respon gerak, seperti menangkap, melempar, menunjuk pada pola gerak tertentu yang biasanya ditemui pada softball, kasti, basket, atletik dan sebagainya. Untuk mengenal label atau nama ini siswa akan dihadapkan pada keharusan memahami ciri, jenis, serta syarat yang harus dipenuhi agar gerak itu layak disebut sesuatu Samsudin, 2008:27. Konsep gerak dalam pendidikan jasmani.

2.1.5.2.1 Rangkaian aksi

Rangkaian aksi merupakan kategori atau penjenisan gerakan secara luas yang mencakup respons khusus yang beragam. Istilah seperti keseimbangan berpindah tempat, memukul, menerima atau berputar adalah rangkaian aksi yang bersifat konsep, sebab aksinya dapat dilakukan dalam banyak cara dan dalam situasi yang berbeda. Seorang anak akan dapat membuat keseimbangan pada satu kaki, dua kaki, kedua tangan, atau kepala dan kedua lengan. Seorang anak dapat berpindah tempat dengan berlari, melompat, merangkak, atau mengguling dan berputar dengan menggunakan bagian tubuh yang berbeda 2008:27.

2.1.5.2.2 Kualitas gerak

Untuk melihat respons gerak adalah dengan mengorganisasikan ke dalam kualitas gerak yang ditunjukannya. Kualitas gerak merupakan kelompok respons yang mengandung kualitas tertentu dilihat dari beberapa aspek, seperti aspek ruang, aspek usaha, aspek keterhubungan. Aspek usaha menunjukan adanya kualitas waktu, bobot, ruang, dan aliran. Sedangkan aspek keterhubungan menggambarkan hadirnya kesesuaian, kerja sama, dan keterkaitan. Konsep kualitas gerak tadi berasal dari rumusan deskripsi analisis sistem gerak dari Rudolf Laban yang melihat bahwa pada dasarnya gerakan selalu berkisar di antara ketiga kualitas di atas. Dengan konsep kualitas, guru akan melihat bahwa siswa dapat melakukan gerak yang lambat, cepat, tiba-tiba atau diatur berkelanjutanmengikuti ketinggian, arah dan bidang tertentu Samsudin, 2008:28.

2.1.5.2.3 Prinsip gerak

Prinsip gerak adalah pengelompokan konsep secara meluas yang memasukan prinsip-prinsip yang mengatur efisiensi dan efektivitas gerak. Gagasan tentang 1 hubungan antara pemindahan berat atau gerak lanjut dan penghasil daya, dan 2 pengaruh putaran cepat pada sudut naik suatu benda, juga ide yang dikaitkan dengan keseimbangan dan stabilitas, semuanya merupakan prinsip gerak yang menjadi isi utama dari pembelajaran ini, siswa akan belajar prinsip-prinsip mekanika gerak secara dini, yang berhubungan dengan titik berat badan serta sumber-sumber daya dan hukuman-hukuman yang menunjang dan sekaligus membatasinya.

2.1.5.2.4 Strategi gerak

Strategi gerak adalah konsep yang berhubungan dengan bagaimana gerakan digunakan dalam kaitannya dengan benda atau orang lain. Dalam konsep ini dimasukan gagasan tentang bagaimana memberikan operan pada penerima yang sedang bergerak, menyesuaikan langkah dalam tarikan baik sebagai pemimpin maupun yang mengikuti danmenetapkan diri secara defensif di antara bola dan gawang. Strategi gerak adalah kemampuan menyesuaikan gerak yang berhasil dilakukan seseorang ketika dirinya terlibat dalam kegiatan dengan orang lain 2008:28.

2.1.5.2.6 Pengaruh gerak

Pengaruh gerak merupakan konsep yang dikaitkan dengan pengaruh pengalaman gerak pada perilaku. Pengaruh latihan yang keras pada jantung dan tipe latihan yang menghasilkan daya tahan, kekuatan, dan kelentukan merupakan konsep pengaruh gerak. Ketika suatu pengarah gerak menjadi sebuah konsep yang harus dipelajari, tujuannya adalah agar siswa mampu menerapkan konsep itu pada pengalaman baru Samsudin, 2008:29.

2.1.5.2.7 Emosi gerak

Emosi atau jiwa gerak merupakan suatu pengelompokan khusus dari konsep yang berfokus secara khusus pada wilayah efektif dari perkembangan manusia. Konsep emosi gerak dihubungkan dengan pengungkapan perasaan, kenikmatan gerak, kerja sama kelompok, perasaan yang menggambarkan mengapa orang bergerak, dan pengaruh gerak, dan pengaruh gerak dan emosi. Ketika emosi gerakmenjadi sasaran utama pengajaran, tujuan guru adalah mengembangkan beberapa aspek perasaan, sikap, atau hubungan sosial yang akan beralih pada pengalaman gerak lain dan terutama pada perilaku siswa secara umum. Tujuan yang menetap dari program pendidikan jasmani adalah sikap yang positif terhadap semua kegiatan fisik dan pembelajaran. Emosi gerak sebagai materi khusus pembelajaran harus berlangsung melintasi fokus utama dari pembelajaran harus bersifat afektif dari pada bersifat psikomotor 2008: 29.

2.1.5.3 Belajar Gerak

Menurut Amung Ma’mun 2000:3, belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak motor skill. Keterampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar pada gerak manusia. Ada tiga tahapan dalam belajar gerak motor learning yaitu : 1 Tahapan verbal kognitif, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan, dan bagimana gerak itu dilakukan. Oleh karena itu, kemampuan verbal kognitif sangat mendominasi tahapan ini. 2 Tahapan gerak motorik, fokusnya adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan. Biasanya yang harus dikuasai peserta didik pertama kali dalam belajar motorik adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri serta rasa percaya diri. 3 Tahapan otomatisasi, setelah peserta didik banyak melakukan latihan, secara berangsur-angsur memasuki tahapan otomatisasi. Disini motor program sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Pembelajaran gerak pada umumnya memiliki harapan dengan munculnya hasil tertentu, hasil tersebut biasanya adalah berupa penguasaan keterampilan. Keterampilan siswa yang tergambarkan dalam kemampuannya menyelesaikan tugas gerak tertentu akan terlihat mutunya dari seberapa jauh siswa tersebut mampu menampilkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerak tersebut maka semakin baik keterampilan siswa tersebut Amung Ma’mun, 2000:57. 2.1.6 Modifikasi Permainan 2.1.6.1 Modifikasi Pembelajaran Penjas Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu, Developmentally Appropriate Practice DAP. Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar yang sesuai ini harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap individu serta mendorongnya kearah perubahan yang lebih baik Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:1. Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Oleh karena itu, DAP, termasuk di dalamnya “ body scaling” atau ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran penjas. Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus menegembangkan meteri pembelajaran yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi Yoyo Bahagia dan Adang Suherman 2000:1. Beberapa aspek analisa memodifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan tentang: 1 Tujuan modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari mulai tujuan yanng paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi. Modifikasi tujuan perluasan yaitu tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud ketermpilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek afisiensi dan afaktivitas Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:2. 2 Karakteristik meteri modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan keterampilan yang dipelajarinya. Komponen ketrampilan skill yaitu materi pembelajaran dalam kurikulum dasar merupakan ketrampilan-ketrampilan yang akan dipelajari peserta didik. Guru dapat memodifikasi keterampilan yang dipelajari peserta didik tersebut dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitannya. Misalnya dengan cara menganalisis dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen lalu melatihnya perkomponen sebelum melakukan latihan keseluruhan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:4. 3 Kondisi lingkungan modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang di gunakan untuk melakukan skill. Misalnya: 1 ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan 2 lapangan permainan 3 waktu permainan atau lamanya permainan 4 peraturan permainan 5 jumlah pemain Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:7. 4 Evaluasi evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas balajar yang terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari peserta didik pada berbagai situasi. Aktivitas evaluasi dapat merubah fokus perhatian peserta didik dari bagaimana seharusnya suatu skill itu. Modifikasi evaluasi, terutama yang lebih berorientasi pada hasil dapat meningkatkan penampilan peserta didik yang sudah memiliki skill dan percaya diri yang memadai Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:8.

2.1.6.2 Pengembangan dan Modifikasi Olahraga

Meskipun olahraga pada umumnya diterima sebagai alat pendidikan, namun makin banyak pula para pendidik yang semakin kritis dan mempertanyakan keberadaannya, misal: apakah permainan olahraga bermanfaat bagi anak-anak? Bagaimana permainan olahraga diterapkan dan dikembangkan bagi anak-anak? Hal ini yang melandasi perlunya modifikasi dan pengembangan permainan dan olahraga Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:12. Keuntungan dari pembelajaran permainan dan olahraga yaitu antara lain: 1 Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani 2 Menunjukkan penguasaan pada beberapa bentuk aktivitas jasmani 3 Memiliki kemampuan tentang cara mempelajari keterampilan baru 4 Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ketrampilan gerak 5 Mengetahui aturan, strategi, dan prilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jamani yang dipilih 6 Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi, dan berkomunikasi 7 Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:15. Adapun tujuan memilih dan mengevaluasi modifikasi permainan dan olahraga ini antara lain: 1 Mendorong partisipasi maksimal, apakah modifikasi itu dapat mendorong atau meningkatkan partisipasi belajar peserta didik secara maksimal? Dua kriteria yang sering digunakan dalam menjawab pertanyaan ini adalah: jumlah waktu aktif belajar gerak dan kesempatan melakukan pengulangan dan apakah alat yang digunakannya cukup tersedia. 2 Memperhatikan keselamatan, apakah modifikasi berikut peraturanya ini dapat menjaga keamanan? Apakah semua peralatan yang digunakannya juga aman? Apakah gerak yang diperlukan untuk melakukan permainan itu juga aman? Keselamatan merupakan faktor penting dalam mengevaluasi permainan atau modofikasinya. Hampir semua permainan mempunyai resiko terhadap keselamatan. Namun, tingkat resiko keselamatan ini harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Demikian juga anak harus diajarkan menjaga keselamatan bagi dirinya dan orang lain selama melakukan permainan sesuai dengan tingkat perkembangan belajarnya Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:39. 3 Mengajar efektivitas dan efisiensi gerak, apakah modifikasi itu dapat meningkatkan efektivitas penggunaan skill dan strategi yang sudah dimiliki anak? Usahakan agar memodifikasi permainan tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengajar anak bagaimana melakukan skill atau strategi secara efektif. Memodifikasi permainan memang perlu menyenangkan dan mengajar anak untuk belajar menaati peraturan serta belajar memainkan peraturanyang berbeda-beda. Namun selain itu juga modifikasi permainan diharapkan dapat mengajar gerak, misal: belajar mengendalikan gerakan tubuh, meningkatkan evektivitas dan efesiensi gerak Yoyo Bahagia dan Adang Suherman, 2000:39. 4 Meningkatkan perkembangan emosional sosial, permainan sangat potensial dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosial anak. Modifikasi permainan diharapkan dapat meningkatkan perkembangan emosional dan sosial anak ke arah positif. Permaian gugur, hukuman, yang pada akhirnya peserta didik yang lamban yang akan gugur sebaiknya dihindarkan untuk diberikan terlebih dini. Memdorong peserta didik yang termpil untuk menjadi pemenang meman sangat penting, namum mendorong pemain atau team yang kalah juga sama pentingnya. Yoyo Bahagia-Adang Suherman 2000:39

2.1.6.3 Permainan “Tembak Kaleng”

Model pengembangan yang akan dikembangkan adalah model pengembangan permainan “Tembak Kaleng” sebagai alternatif variasi permainan bola kecil untuk pembelajaran penjas pada siswa kelas VIII SMP N 2 Patebon Kabupaten Kendal. Permainan ini diadopsi dari permainan olahraga bola kecil beregu yaitu permainan rounders. Persamaan dan perbedaanya terletak pada: 1 Persamaan Permainan Tembak kaleng dengan Rounders. Prinsip permainan ini adalah olahraga beregu bola kecil dimana regu yang paling banyak mengelilingi lintasan dinyatakan sebagai pemenang. Jarak antar base sama- sama memiliki panjang 15 meter. Seorang pemain bisa memperoleh poin di setiap base yang bisa ditempuh. Cara mematikan lawan dilakukan dengan cara disentuhkan take, dibakar burn dan strike out sebanyak 3 kali.Cara take, tidak menggunakan glove seperti permainan softball baseball. Tiap-tiap base hanya boleh diisi oleh satu orang pemain. Seorang pemain dinyatakan keluar jika memasuki base yang sudah terisi. Change pergantian dari regu jaga menjadi penyerang dan sebaliknya dilakukan jika sudah 3 pemain out keluar. 2 Perbedaan Permainan Tembak kaleng dengan Rounders adalah jumlah base dalam rounders adalah 5 base, sedangkan Tembak Kaleng hanya memiliki 4 base. Bola yang digunakan dalam permainan rounders adalah bola softball, sedangkan permainan tembak Kaleng menggunakan bola tonis yang karakteristiknya lebih lunak. Cara memulai permainan dalam rounders adalah pitching bola dilempar kearah better oleh seorang pitcher dari jarak 9 m, sedangkan dalam Tembak Kaleng dilakukan dengan cara pemain penyerang meruntuh kan susunan kaleng dengan lemparan bola tonis dengan jarak 3m. Jumlah pemain dalam rounders adalah 12 orang per regu, sedangkan Tembak Kaleng berjumlah 8-10 orang per regu.

2.2 Kerangka Berpikir

kurikulum Penjasorkes sekolah menengah pertama SMP terdapat materi- materi pembelajaran penjasorkes seperti atletik, senam, permainan bola besar, permainan bola kecil dan lain-lain. Materi permainan bola kecil merupakan optional atau pilihan yang dapat diajarkan menggunakan olahraga permainan bola kecil seperti bulutangkis, tenis meja, tenis lapangan, softbal, rounders dll. Permainan rounders adalah permainan yang banyak memiliki persamaan dalam sarana prasarana dan peraturan dengan model permainan Tembak kaleng merupakan media alternatif variasi permainan bola kecil dalam pebelajaran Penjasorkes. Pembuatan produk ini harus sesuai dengan hakikat, tujuan dan pelaksanaan pendidikan jasmani. Permainan ini sejatinya mengadopsi prinsip- prinsip berupa peraturan permainan dan beberapa sarana prasarana dari permainan rounders yang disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia SMP, perkembangan gerak anak usia SMP serta prinsip-prinsip modifikasi penjas dan olahraga. Oleh karena itu, model pembelajaran permainan “Tembak Kaleng” dikembangkan sebagai alternatif permainan bola kecil dalam pembelajaran Penjasorkes di sekolah, khususnya siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Patebon Kabupaten Kendal. 35 BAB III METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAK BOLA GOBOSO UNTUK PEMBELAJARAN PENJASORKES SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KEBASEN KABUPATEN BANYUMASTAHUN 2015

0 63 160

PENGEMBANGAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN BOLA TEMBAK DALAM PELAJARAN PENJASORKES SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 UNGARAN TAHUN AJARAN 2012 2013

0 5 155

MODEL PENGEMBANGAN KID’S ATHLETIC’S MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL BOLA BAKAR DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PEKAUMAN KECAMATAN KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012

0 10 139

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN BOLA BASKET DENGAN TIGA RING DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 LEKSONO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2012

4 112 146

MODEL PENGEMBANGAN PERMAINAN BOLA BASKET EMPAT SASARAN TEMBAK BERGERAK DALAM PENJASORKES SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KUTABANJARNEGARA 2012 KABUPATEN BANJARNEGARA

1 53 128

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOLA BASKET DALAM PENJASORKES PADA SISWA SMP NEGERI 1 PATEAN KABUPATEN KENDAL TAHUN AJARAN 2010 2011

0 4 152

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI PERMAINAN VOLTEN DALAM PENJASORKES KELAS VIII SMP NEGERI 2 PECANGAAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2014

0 13 103

MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEDERHANA DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS III SDN 2 TAMBAKREJO KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL

0 5 120

(ABSTRAK) MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEDERHANA DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS III SDN 2 TAMBAKREJO KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL.

0 0 2

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN HOCKEY KAYLAMI SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA KECIL PENJASORKES DI SMA N 1 LIMBANGAN TAHUN 2016 -

0 0 59