Newton 1643-1727 M Beberapa Tokoh Matematika

Modul Matematika SMP 19 ekstrem adalah dengan membiarkan siswa menemukan jalan penyelesaiannya sendiri atau menggunakan bahasanya sendiri. Guru intuitif hanya mementingkan hasilnya saja, asalkan benar maka tidak menjadi masalah. Seharusnya guru juga harus berperan sebagai fasilitator, yaitu mengarahkan siswa pada penalaran dan juga penulisan lambang formal. Mengikuti pendapat dari Lakatos dalam Herman, 1990 terdapat dua kelompok besar filsafat matematika: the absolutist philosophy of mathematics filsafat matematika yang absolut dan the fallibilist philosophy of mathematics filsafat matematika yang boleh salah - tidak absolut. Menurut Lakatos, yang termasuk ke dalam the absolutist philosophy of mathematics adalah aliran Platonisme, Logisisme, Intuisionisme, dan Formalisme. Berikut ini implikasi kedua filsafat matematika itu dalam kurikulum pendidikan matematika. 1 Filsafat matematika absolut dan kurikulumnya. Bagi filsafat matematika absolut, pengetahuan matematika atau objek matematika terlepas dari dunia nyata, dan memiliki kedudukan yangbebas dari masyarakat. Mengutip Paul Ernest dari berbagai pendapat ahli, berikut ini beberapa karakteristik kurikulum matematika yang menganut filsafat matematika absolut. a. Kurikulum diorganisasi berdasarkan konten matematika content-centered. b. Guru berperan sebagai penceramah untuk membantu siswa memahami, menghubungkan ide, dan konsep. Guru sebagai sumber utama dan pengetahuannya tak terbantahkan. c. Terdapat kurikulum pokok standar yang menjadi model dalam pengembangan kurikulum. Bagi filsaf at ini, objek matematika ditemukan dan statis berdasarkan kurikulum. d. Belajar melalui abstraksi, menghubungkan ide-ide dan konsep-konsep matematika tanpa ada bagian yang real. e. Matematika dilihat sebagai disiplin ilmu yang terisolasi dan diskrit dan dalam hubungannya dengan kurikulum matematika diperlakukan secara terpisah dan tidak ada integrasi materi. Kegiatan Pembelajaran 1 20 Jadi, secara umum, filsafat matematika absolut fokus pada konten matematika, bukan pada proses atau bagaimana berpikir matematis . 2 Filsafat matematika non-absolut dan kurikulumnya. Berdasarkan pendapat Popper dalam Ernest 1991, filsafat matematika non- absolut fallibilist memandang pengetahuan matematika atau objek matematika sebagai hasil dari aktivitas manusia hasil sosial dan budaya. Filsafat ini memandang sejarah matematika sebagai bagian dari matematika. Lebih lanjut, filsafat matematika non-absolut fokus pada pembelajaran bukan pada konten matematika. Pandangan filsafat matematika non-absolut bersifat pragmatis dan fokus pada aspek proses matematis di mana realitas selalu berubah, pengetahuan matematis tidak statis. Mengutip Paul Ernest dari berbagai pendapat ahli, berikut ini beberapa karakteristik kurikulum matematika yang menganut filsafat matematika non-absolut. a. Peserta didik dibebaskan dari pembelajaran tradisional yang menekankan pada belajar menghafal, pengulangan latihan drill, dan bergantung pada buku teks text book authority. b. Belajar dilakukan dengan cara aktivitas yang melibatkan pemecahan masalah di mana kompetensi yang diperoleh memungkinkan diterapkan pada situasi dan objek yang lain. c. Peran guru adalah membantu peserta didik mengidentifikasi masalah mereka dan mencari solusi masalah. d. Pembelajaran bersifat student-centered berbeda dengan filsafat tradisional. e. Belajar merupakan bagian integral dari kehidupan dan bukan rencana untuk kehidupan masa depan. f. Kurikulum bersifat problem-centered yang membantu peserta didik mengembangkan keterampilan bagaimana berpikir.