4.3.2. Analisis Model One-Step Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model structural parameter- parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam
memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama
one-step approach to SEM. One-Step Approach to
SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reabilitas data yang sangat baik Hair,et.al, 1998.
Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit di bawah
ini :
Gambar 4.1. Model One-Step
Approach to SEM – Base Model
MODEL PENGUKURAN STRUKTURAL marketing Experience, Customer Loyalty
Model Specification : One Step Approach - Base Model
Feeling X21
0,005 er_1
1 1
Action X31
er_4 X32
er_5 1
1 1
X22 er_2
1
X33 er_6
1
Think X41
er_7 X42
er_8 1
1 1
Tell X51
er_16 X52
0,005 er_17
1 1
1
1
Marketing Experience
d_ac
d_th d_tl
0,005 d_fl
1 1
1 1
Sensory X11
er_10 X12
er_11 0,005
d_ss 1
1 1
X13 er_12
1
X43 er_9
1 X23
er_3 1
X14 er_13
1 X15
er_14 1
X16 er_15
1 1
Customer Loyalty
Y3 er_20
Y2 er_19
Y1 er_18
d_cl 1
1 1
1 1
Tabel 4.15 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices
Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
CminDF 3,112
≤ 2,00 Kurang Baik
Probability 0,000
≥ 0,05 Kurang Baik
RSMEA 0,103
≤ 0,08 Kurang Baik
GFI 0,783
≥ 0,90 Kurang Baik
AGFI 0,729
≥ 0,90 Kurang Baik
TLI 0,648
≥ 0,95 Kurang Baik
CFI 0,689
≥ 0,94 Kurang Baik
Sumber : Data diolah
Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi
model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta.
Dengan demikian model ini masih perlu dimodifikasi sebagaimana terdapat di bawah ini :
Gambar 4.2. Model One-Step Approach to SEM-Modifikasi Model
MODEL PENGUKURAN STRUKTURAL marketing Experience, Customer Loyalty
Model Specification : One Step Approach - Modifikasi
Feeling X21
0,005 er_1
1 1
Action X31
er_4 X32
er_5 1
1 1
X22 er_2
1
X33 er_6
1
Think X41
er_7 X42
er_8 1
1 1
Tell X51
er_16 X52
0,005 er_17
1 1
1
1
Marketing Experience
d_ac
d_th d_tl
0,005 d_fl
1 1
1 1
Sensory X11
er_10 X12
er_11 0,005
d_ss 1
1 1
X13 er_12
1
X43 er_9
1 X23
er_3 1
X14 er_13
1 X15
er_14 1
X16 er_15
1 1
Customer Loyalty
Y3 er_20
Y2 er_19
Y1 er_18
d_cl 1
1 1
1 1
Tabel 4.16 Model One – Step Approach to SEM – Modifikasi Model
Modifikasi Estimate Prob. d_cl -- d_ss
0,053 0,000
er_16 -- d_th 0,142
0,003 er_12 -- d_th
0,148 0,001
d_ac -- d_ss 0,011
0,002 er_2 -- er_3
0,230 0,000
er_4 -- er_9 0,179
0,000 er_10 -- er_12
0,162 0,001
er_2 -- d_cl 0,180
0,000 er_19 -- er_16
-0,139 0,002
er_13 -- er_16 -0,166
0,003 er_20 -- er_18
-0,239 0,001
er_10 -- er_14 -0,114
0,008 er_5 -- er_8
0,107 0,043
X11 -- X12 0,032
0,000 X16 -- X51
0,181 0,002
X22 -- X16 0,135
0,005 X23 -- X13
0,274 0,000
X23 -- X42 -0,214
0,001 X41 -- Action
0,412 0,001
Action -- Customer loyalty 0,246
0,000 Think -- Sensory
2,359 0,003
Sumber : Data diolah Tabel 4.17
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi Model
CminDF 1,158
≤ 2,00 Baik
Probability 0,092
≥ 0,05 Baik
RSMEA 0,028
≤ 0,08 Baik
GFI 0,900
≥ 0,90 Baik
AGFI 0,900
≥ 0,90 Baik
TLI 0,974
≥ 0,95 Baik
CFI 0,980
≥ 0,94 Baik
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil evaluasi terdapat model one step modifikasi ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi
model yang baik, berarti model sudah sesuai dengan data. Artinya model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan
demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel dalam model sebagaimana terdapat dibawah ini.
4.3.3. Pengujian Hipotesis Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 7.474.823.622 0 mengindifikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga
asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.
Tabel 4.18 Uji Hipotesis Kausalitas
Regression Weights Ustd Std Prob.
Faktor ← Faktor Estimate Estimate
Customer_Loyalty ← Experiental_Marketing 0,103 0,105 0,176
Batas Signifikan ≤ 0,10
Sumber Dilihat dari tingkat Prob. Arah hub. Kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :
: Data diolah
Faktor Pengalaman Pemasaran Experiental Marketing berpengaruh positif terhadap Faktor Loyalitas Pelanggan Customer Loyalty, tidak dapat diterima kausalnya 0,176
0,10 [tidak Signifikan [positif].
4.4. Pembahasan
Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengalaman pemasaran terhadap loyalitas pelanggan di peroleh hasil sebagai berikut :
Dari pengujian pengaruh pengalaman pemasaran terhadap loyalitas pelanggan di peroleh nilai Standard Etimate sebesar 0,105 dengan nilai probabilitas sebesar 0,176
≤ 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman pemasaran experiental marketing
berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan customer loyalty di Burgerman Surabaya tidak dapat diterima.
Hasil penelitian ini tidak didukung oleh Schmitt dan Wheeler 2002 dalam Baskara 2002, mengkaitkan antara brandied customer experience macam-macam
pengalaman pelanggan dengan loyalitas pelanggan. Experiential Marketing merupakan teknik pemasaran yang di dalam pelaksanaannya lebih menggunakan unsur pengalaman,
emosi dan situasi pelanggan. Schmitt dan Wheeler 2002 berpendapat bahwa pengalaman pelanggan dimulai dengan pengalaman acak random experience yang
meningkat menjadi pengalaman yang dapat di duga predictable experience karena adanya konsistensi dan internasional, meningkat lagi menhadi brandied customer
experience karena adanya konsistensi, internasional, diferensiasi, dan bernilai vaulable, dan akhirnya meningkat menjadi loyalitas pelanggan costomer loyalty.
Tidak berpengaruhnya Pengalaman Pemasaran experiental marketing terhadap Loyalitas Pelanggan customer loyalty disebabkan pelanggan pada saat ini menganggap
pengalaman pemasaran adalah sesuatu yang biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa pihak burgerman kurang memasarkan produknya secara meluas dan prinsip pengalaman
pemasaran experiental marketing kurang memenuhi target, sehingga segment pasarnya
tidak sesuai dengan sasaran di karenakan bentuk produk yang dimiliki burgerman kurang memberikan inovasi – inovasi baru dalam hal rasa yang kurang nikmat, aroma yang
kurang sedap, image produk yang kurang baik, konsep produk yang sederhana dan kurang memberikan kesan yang mendalam bagi pelanggan sehingga dapat menyebabkan
para pembeli atau pelanggan tidak loyal terhadap produk makanan burgerman Surabaya dan lebih cenderung untuk berpindah ke tempat lain yang menawarkan produk makanan
yang sama.