24
para peserta, sikap dan kecakapan pembimbing, ruangtempat rekoleksi, sarana dan prasarana, manfaat rekoleksi serta usul dan saran.
11. Hubungan Rekoleksi dengan Kemampuan Memaknai Pengalaman Hidup
secara Spiritual
Rekoleksi bukanlah lokakarya atau studi bersama melainkan adalah doa. Doa membutuhkan pemahaman, keheningan, kemandirian, kemerdekaan untuk
menemukan diri sendiri dengan kekuatan dan kelemahananya Darmawijaya, 198: 15. Rekoleksi merupakan kesempatan untuk merenungkan kembali perjalanan
hidup secara berkala, bertujuan untuk menimba cahaya, kekuatan serta semangat baru untuk melanjutkan perjalanan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Rekoleksi
juga merupakan salah satu upaya untuk melatih hidup rohani dan menumbuhkan rasa ingin tahu kearah yang lebih baik.
Dilihat dari pengertian rekoleksi, dapat dikatakan bahwa rekoleksi memiliki hubungan yang dekat dengan kemampuan memaknai pengalaman hidup secara
spiritual. Rekoleksi membantu manusia mengingat kembali pengalaman hidupnya, kemudian mengolah dan memaknai untuk merubah hidup kearah yang lebih baik.
Melalui latihan rohani dalam rekoleksi membantu peserta mampu memaknai pengalaman hidup dan membangun diri secara utuh.
B. Kemampuan Memaknai Hidup secara Spiritual
1. Makna Hidup
Manusia adalah mahluk hidup yang berakal budi, berkehendak bebas dan berhati nurani. Manusia juga adalah makhluk yang bermartabat yang memiliki nilai-
25
nilai dasar dan hak asasi. Manusia yang memiliki segala kemampuan dan kekayaan senantiasa berusaha untuk memberi arti dan makna hidupnya. Oleh karena itu
manusia harus memahami arti dan makna hidup serta cara memperjuangkannya sehingga hidup manusia itu menjadi sungguh bermakna. Arti hidup berkaitan
dengan arti dunia, karena manusia bersatu dengan alam semesta. Manusia bukan hanya penghuni dunia dan alam semesta, tetapi penanggungjawab agar dunia
senantiasa semakin sesuai dengan tujuan hidup manusia. Hidup adalah suatu misteri, semakin kita bertanya tentang kehidupan
semakin kita tidak menemukan jawaban yang pasti. Hidup mempunyai arti bagi orang yang menghayati hidupnya sendiri. Makna hidup ditemukan bila manusia
mulai sangsi atas kemampuan dirinya untuk menghayati hidupnya sendiri, misalnya bila jatuh sakit, bila mengalami bencana, dan sebagainya. Pada saat itu orang akan
berpikir tentang makna hidup dan bergulat untuk mencoba terus menjalani hidupnya Yosef Lalu, 2010: 93.
2. Relasi-relasi Yang Turut Menentukan Makna Hidup Manusia
Manusia tidak bebas dalam segala hal untuk menentukan makna hidupnya. Ada banyak ikatan hubungan yang turut menentukan makna hidupnya Yosef Lalu,
2010: 93. Ada empat relasi penting yang sangat menentukan makna hidup yaitu :
a. Relasi dengan sesama
Sejak dilahirkan, manusia membutuhkan orang lain yaitu ayah dan ibu. Manusia tidak bisa hidup tanpa saudara, teman, guru dan sebagainya. Kita
26
membutuhkan perawatan, pendidikan, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan sejuta hal lain untuk hidup sebagai manusia. Manusia tidak dapat menutup diri terhadap
orang lain. Manusia harus menjalin solidaritas dan kesetiakawanan dengan sesama. Manusia disebut sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian.
Oleh karena itu manusia perlu saling tolong menolong dan saling memperhatikan satu dengan yang lain. Kehadiran kita dalam hidup bersama dengan orang lain yang
menggerakkan sesama untuk dapat menikmati hidup yang saling mendukung adalah suatu cara yang memberikan makna hidup dalam relasi dengan sesama. Dari
pengalaman hidup manusia sungguh tidak dapat hidup tanpa bantuan, uluran, dan campur tangan orang lain.
Mutu hidup manusia amat ditentukan oleh mutu kestiakawanan, perhatian, dan kasih sayang manusia terhadap satu sama lain. Relasi dengan sesama membantu
manusia bertumbuh dan berkembang serta menjadi pribadi yang sempurna Suparno, 2015: 52. Adanya sikap saling menolong, mendukung, memperkembnagkan satu
sama lain sehingga manusia merasa hidupnya lebih bermakna dengan kehadirannya dan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Manusia yang hidup sendiri dan
tidak memperhitungkan kehadiran orang lain bagina dan kehadirannya bagi orang lain tidak menemukan adanya makna hidup dibalik relasi yang dibina.
b. Relasi dengan Dunia dan Lingkungan
Sejak kecil manusia bertemu dan bertanya tentang alam lingkungan. Manusia menyadari bahwa benda-benda dan mahluk hidup memainkan peranan
penting dalam hidupnya. Manusia mempunyai daya cipta untuk membuat benda- benda sehingga semua alam lingkungannya berarti dan menjadi lebih berarti bagi
27
dirinya. Tuhan menugaskan kepada manusia untuk menguasai alam lingkungan. Menguasai alam tidak berarti menggunakan dan mengekploitasinya secara
sewenang-wenang, tetapi melestarikannya sehingga lebih bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri.
Manusia hendaknya mengolah dan memelihara alam lingkungan secara bertanggung jawab, dengan demikian manusia dapat menjamin serta memberi
makna kepada hidupnya sendiri. Oleh karena itu, orang-orang yang berjasa untuk lingkungan, sepantasnya mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya. Memberi
kehidupan pada orang lain karena memiliki rasa tanggung jawab terhadap pemeliharaan alam semesta. Sikap tanggung jawab yang ditunjukkan oleh manusia
terhadap dunia dan lingkungan merupakan suatu cara yang memberikan makna dalam hidup manusia.
Manusia menemukan arti kehadirannya dalam dunia sekitarnya dan merasakan arti kehadiran dunia dalam bagi hidupnya. Sikap memelihara kehidupan
di dunia menjadi faktor pendukung dalam kebahagiaan orang lain dan alam sekitar. Relasi yang dijalin oleh manusia dengan dunia dan lingkungan menunjukkan
kesejatian dirinya yang memberi makna dalam membangun kehidupan di dunia ini. Kegiatan dan rutinitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang
bersentuhan dengan segala sesutau yang ada di lingkungan dan dunia secara luas membantu manusia untuk menemukan makna dalam hidupnya dan manusia juga
dapat belajar dari lingkungan dan alam sekitar dunia.
28
c. Relasi dengan Dirinya Sendiri
Apabila manusia mengamati dinamika hidupnya, manusia tidak hanya dipengaruhi dan ditentukan oleh sesama dan lingkungannya. Manusia bebas
menentukan sikapnya terhadap sesama, terhadap dunia, terhadap peristiwa-peristiwa dan nilai-nilai, terhadap hal-hal duniawi dan sebagainya. Semuanya itu membentuk
karakter manusia sehingga manusia membutuhkan pendampingan, pendidikan, termasuk pendidikan budi pekerti dan pendidikan agama. Maka manusia harus
berusaha untuk membangun diri dan pribadi supaya semakin menjadi baik dan bermutu dan dalam usaha itu manusia dapat semakin menemukan makna hidup.
Setiap pribadi akan menemukan makna hidupnya dalam setiap aktivitas yang dilakukannya dalam hidup sehari-hari. Manusia yang bekerja, memfungsikan
seluruh bakat yang dimiliki untuk kesejahteraan hidupnya akan menemukan makna hidupnya. Dia tidak bergantung pada hasil kerja keras orang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tetapi mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki demi perkembangan dirinya dalam hidup bersama dengan orang lain. Pemaknaan hidup
dengan diri sendiri dapat ditemukan dengan segala upaya dalam dirinya melalui pekerjaan, cara ia berelasi dengan orang lain, dan menempatkan pribadinya sebagai
orang yang berguna untuk dirinya, orang lain dan alam semesta.
d. Relasi dengan Tuhan
Orang yang beragama menyadari bahwa manusia itu adalah ciptaan Tuhan dan setiap manusia yang diciptakan Tuhan adalah bernilai. Sebagai ciptaan Tuhan,
manusia diharapkan berkembang, mengarah semakin dekat dengan Tuhan, dan menjalin relasi yang akrab dengan Tuhan. Dalam relasi yang akrab dengan Tuhan,
29
menjadikan pribadi manusia itu sendiri semakin disempurnakan. Manusia membangun relasi yang penuh dengan semangat iman, kasih, dan harapan kepada-
Nya. Dalam relasi yang akrab antara manusia dengan Tuhan, manusia akan menemukan arti dan makna hidup yang sedalam-dalamnya Suparno, 2015: 50.
Manusia mengalami dirinya terbatas, karena dalam hidup manusia terdapat banyak pengalaman yang menunjukkan kecenderungan manusia untuk mengatasi
dirinya untuk menggapai yang adikodrati. Menyadari bahwa hidup terkait dengan Sang Pemberi Hidup yang kita sapa dengan nama Allah. Ia adalah asal dan sekaligus
arah gerak hidup manusia. Manusia mewujudkan hubungan dengan Tuhan melalui agama agar dapat lebih menghayati keberadaan-Nya, memahami-Nya dan berbakti
kepada-Nya dalam perilaku, tindakan dan ibadat. Hubungan antara keempat relasi, terkait satu sama lain dan saling
menunjang. Manusia dapat membangun dan mengembangkan diri dalam kesatuan dengan sesama dan lingkungan hidup, serta keterbukaan terhadap Sang Pencipta.
Manusia membangun diri dan memberi makna pada hidup dengan mengembangkan diri, masyarakat, melestarikan alam lingkungan, serta keterbukaan terhadap Allah.
3. Memaknai Hidup secara Spiritual
Spiritual adalah hal-hal yang berhubungan dengan hal-hal kejiwaan : rohani, batin, moral dan mental. Spiritual juga merupakan energi hidup atau roh
yang memberikan pengetahuan yang jelas dan sempurna kedalam keberadaan manusia, hubungan manusia dengan Sang Pencipta, sesama, dan alam semesta.
Pengalaman spiritual diartikan sebagai pengalaman yang berkaitan dengan Sang
30
Pencipta dan menghantar manusia untuk sampai pada yang Yang Maha Tinggi. Hidup rohani atau spiritualitas merupakan cara untuk menetapkan, memupuk dan
mengembangkan hubungan dengan Tuhan. Dengan hidup rohani hubungan dengan Tuhan itu dihayati dan diwujudkan dalam hidup sehari-hari Hardjana, 1993: 74.
Makna hidup tidak tergantung pada kenyamanan, keberuntungan atau keberhasilan. Juga tidak tergantung pada keberhasilan meraih cita-cita atau
mendapat kesuksesan besar dalam usaha atau pendidikan. Apabila manusia berpikir demikian, maka kegagalan dan penderitaan akan kehilangan makna hidup. Hidup
yang semakin bermakna dan sejati dapat mengatasi rasa sakit, derita dan maut
sekalipun Yosef Lalu, 2010 : 90. Memaknai hidup secara spiritual mendorong
manusia untuk memecahkan dan menghadapi persoalan hidup dengan menggali makna dan nilai dari permasalahan hidup melalui terang Ilahi.
Pemaknaan hidup menempatkan individu mampu melihat makna dalam konteks yang lebih luas dan kaya setelah menghubungkan pengalamannya dengan
terang iman Sabda Allah. Selain itu juga, memaknai hidup secara spiritual
memampukan manusia untuk memahami dirinya, makna, dan manfaat segala sesuatu yang ada disekitarnya sebagai pemberian dari yang Allah Zohar Marshal,
2000: 4-13. Seseorang tidak lagi hanya memikirkan kepentingan pribadinya, namun ia akan lebih memikirkan kepentingan diri dalam konteks umum. Ia akan mampu
mengendalikan pikiran, perasaan, dan kehendaknya untuk menghadapi persoalan hidup. Ia tidak lari dari permasalahan hidup namun menghadapinya dengan sikap
dewasa dan matang. Dimensi spiritual adalah inti, pusat hidup manusia pada sistem nilai dan
merupakan hal yang sangat pribadi dan sangat penting. Manusia menggunakan mata
31
roh melalui kontemplasi, meditasi, visualisasi dan lain-lain, untuk mengungkapkan makna yang tertinggi. Banyak hal dalam kehidupan manusia di dunia ini yang tidak
mampu dipikirkan manusia dan hanya dirasakan semata. Melalui pemaknaan hidup secara spiritual, manusia mampu menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan keberadaan atau eksintensi manusia seperti arah tujuan hidup, untuk apa manusia hidup, makna penderitaan dan makna pengorbanan.
Memaknai hidup secara spiritual membuat manusia mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya, apa makna segala sesuatu baginya, dan
bagaimana semua itu memberikan suatu tempat didalam diri kepada orang lain dengan bantuan Roh kebatinan Nggermanto, 2015:147. Manusia juga akan
memandang bahwa ujian penderitaan dan kesulitan bermakna membuat sesutau yang layak menerima karunia yang lebih tinggi.
Pengalaman spiritual yaitu pengalaman yang berkaitan dengan Sang Pencipta, menghantar manusia untuk sampai pada yang Yang Maha Tinggi. Manusia
menggunakan mata rohaninya, untuk mengungkapkan makna terutama makna tertinggi. Segala sesuatu di alam semesta melekat makna yang hanya bisa dilihat
dengan mata rohani Lusi, 2014: 134. Dengan spiritualitas manusia mengkontemplasikan pengetahuan, apa yang dialami, apa yang dipelajari, diamati
dan sebagainya sehingga berasosiasi dengan nilai-nilai dan moralitas.
4. Permasalahan Hidup : Kejujuran, Relasi dan Penderitaan
Manusia yang SQnya tinggi memiliki ciri-ciri antara lain, memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu melihat kesatuan dalam keberagaman, mampu memaknai
setiap sisi kehidupan dan mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan
32
penderitaan. Manusia tidak lekang dari penderitaan, karena penderitaan dan kesulitan mempunyai pengaruh yang menyempurnakan, mengganti dan mengubah
Nggermanto, 2015: 123 Permasalahan hidup yang dialami oleh manusia beraneka ragam:
permasalahan ekonomi, permasalahan politik, permasalahan budaya, permasalahan agama, permasalahan relasi dengan orang lain, permasalahan kejujuran,
permasalahan penderitaan dan banyak permasalahan lainnya. Permasalahan yang sering melanda kaum remaja dilingkup pendidikan dan asrama beraneka ragam
antara lain:
a. Permasalahan Kejujuran
Kejujuran adalah kunci untuk membangun kepercayaan. Manusia yang jujur adalah manusia yang mampu menghargai diri sendiri, orang lain dan takut akan
Tuhan. Bersikap jujur sering menjadi tantangan bagi setiap orang, khususnya dikalangan para pelajar. Para pelajar seringkali mengejar nilai yang tinggi dengan
mengabaikan kejujuran yaitu dengan menyontek saat ujian, berbohong untuk bolos dari sekolah dan lain-lain. Tindakan orang yang tidak jujur merupakan tindakan
yang kurang mampu memaknai hidup. Dalam ajaran Gereja Katolik dalam sepuluh perintah Allah meminta
manusia untuk bersikap jujur yaitu jangan bersaksi dusta. Tindakan tidak jujur adalah sikap menentang Tuhan, merugikan diri sendiri dan sesama. Kejujuran
merupakan karakter dari manusia yang perlu untuk diperjuangkan dan dipertahankan misalkan kejujuran dalam berbicara dan bertindak.
33
b. Permasalahan Relasi dengan Sesama
Manusia adalah mahluk sosial dan tergantung satu sama lain. Manusia perlu membangun relasi yang baik dengan siapapun tanpa membeda-bedakan suku,
budaya, bahasa dan latar belakang keluarga. Kesadaran akan pentingnya relasi yang baik dengan sesama sering diabaikan oleh manusia karena banyak hal. Karena
masalah sepele manusia bisa bersikap tidak saling mengenal, mendendam dan bahkan membunuh. Para pelajar, khususnya mereka yang tinggal di asrama perlu
ditanamkan sikap yang mampu mengatasi permasalahan relasi dengan sesama. Para remaja perlu dibina untuk mampu menjalin relasi yang baik dengan
temannya atau siapapun yang ditemui dalam hidup sehari-hari, meskipun berbeda latar belakang dan budaya. Permasalahan relasi yang kurang baik dengan sesama
akan membawa dampak kurang baik bagi perkembangan remaja dan juga melawan hukum cinta kasih. Ajaran Gereja meminta umatnya untuk saling mengasihi satu
sama lain seperti mengasihi Yesus Kristus. Menjalin relasi yang baik dengan sesama ditandai dengan adanya sikap menghargai, memaafkan dan menerima perbedaan.
Dalam berelasi dengan sesama perlu membina persahabatan yang ditandai dengan 3 unsur keterbukaan, kejujuran, dan kepercayaan. Persahabatan biasanya
menggembirakan dan
membahagiakan, karena
dapat mendorong
orang mengembangkan diri, belajar mencintai orang lain, menghormati, dan menerima
orang lain apa adanya. Dalam membangun persahabatan manusia harus mempunyai spontanitas, kepekaan dan ketulusan Hartana dan Tim, 2008: 121.
34
c. Permasalahan Penderitaan
Hidup manusia tidak lepas dari permasalahan penderitaan. Penderitaan manusia diartikan bermacam-macam menurut permasalahan hidup yang dihadapi
dan cara memaknai seitap permasalahan. Kalangan remaja paling rentan mengalami goncangan iman saat menghadapi penderitaan. Untuk itu para remaja perlu
didampingi agar mampu mengolah dan menerima serta memaknai permasalahan penderitaan agar terlepas dari belenggu penderitaanpermasalahan hidup, diperlukan
sikap memaknai hidup secara spiritual. Orang yang mampu memaknai hidup secara spiritual akan rela mati dan
berani mengorbankan segalanya, misalnya : uang, perasaan, kedudukan, kebebasan, dan sebagainya. Ia juga akan bertakwa pada Tuhan, memiliki komitmen, dedikasi,
dan iman yang kuat sehingga dapat melakukan perintah Tuhan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Bila kita kaji dalam Kitab Suci atau sejarah orang-orang
besar disana, kita menemukan orang-orang besar selalu mendapat kesulitan tetapi berpeganga pada Tuhan. Mereka tergolong sebagai orang yang mampu memaknai
hidup secara spiritual yaitu:
1 Ayub 1:1-20:22
Dalam kitab Ayub, dikisahkan Ayub itu adalah orang yang saleh yang ditimpa oleh kemalangan atau penderitaan. Ayub mengalami penderitaan yang
begitu menyedihkan, kehilangan semua ternaknya, anak dan menantunya meninggal, dan ia ditimpa penyakit barah di sekujur tubuhnya. Sebagai orang saleh Ayub
menanggapi penderitaannya dengan cara, menerima kemalangan yang menimpanya
35
dan menyerahkannya kepada Tuhan. Ayub tidak menyalahkan Tuhan atas penderitaan yang menimpanya melainkan mengakui kebebasan dan kedaulatan
Allah sehingga Allah berhak memberi dan mengambil apa saja yang dimiliki manusia seturut kehendak-Nya Weiden, 1995: 101-103.
Ayub mengakui bahwa manusia harus menerima dengan ikhlas segala sesuatu yang diberikan oleh Allah, baik yang buruk maupun baik. Manusia tidak
boleh menolak apapun yang telah terjadi didalam hidupnya. “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang aku akan kembali ke dalamnya,
Yahwe yang memberi, Yahwe yang mengambil, terpujilah nama Yahwe ”. Ungkapan
ini menandakan bahwa Ayub sungguh memaknai hidupNya secara Spiritual. Ayub telah menggembalikan semuanya kepada Sang Pencipta dan tidak mengutuki Tuhan.
2 Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir Kej : 37-45 : 1-5
Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya karena Yusuf anak yang paling disayang oleh ayahnya. Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya untuk dijadikan
budak. Selama beberapa tahun Yusuf dijadikan kerja paksa dan budak di Istana kerajaan Mesir. Sampai akhirnya dia mendapatkan kedudukan memangku jabatan
kedua setelah Raja Firaun. Pada saat itu terjadi bencana kelaparan yang hebat di daerah saudara-saudara Yusuf. Situasi itu memaksa saudara-saudaranya untuk pergi
ke Mesir untuk mencari makanan agar mereka tidak kelaparan. Melihat saudara- saudaranya datang ke istana,
Yusuf tidak membalas dendam melainkan merasa kasihan dan merasakan kehadiran saudaranya sebagai pelepas rindunya setelah sekian lama berpisah. Dia
juga sangat ingin bertemu dengan adik dan ayahnya Yakub. Yusuf tidak menyimpan
36
dendam justru ia memaknai semua peritiwa yang terjadi padanya sebagai rencana dari Allah sendiri yang diutus untuk mendahului saudara-saudaranya ke Mesir. Hal
ini dapat dilihat dari ungkapannya pada Kej 45: 1- 8 “akulah Yusuf saudaramu yang
kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang janganlah bersusah hati dan menyesali diri karena kamu menjual aku kesini. Allah menyuruh aku mendahului kamu”. Dari
ungkapan Yusuf tersebut dapat kita cermati bahwa Yusuf telah memaknai seluruh pengalamannya secara spiritual. Dia menghubungkan semuanya kepada kehendak
Allah. Yusuf melihat sisi positifnya dan menunjukkan rasa cinta-Nya pada Tuhan dan sesama Bergant dan Robert, J, 2002: 72-79.
5. Pandangan Hidup secara Spiritual
Menghayati makna hidup, sangat tergantung pada cara memandang hidup ini. Orang yang memandang hidup ini secara realistis tanpa menghilangkan
idealisme, tidak hanya melihat kekurangan, kegagalan dan kepahitan dalam hidup, tetapi juga melihat hal-hal yang indah dan menggembirakan. Dengan semangat
kreativitas akan selalu berjuang untuk membangun hidup yang lebih bermakna sehingga merasa bahwa hidupnya dipanggil untuk terus menerus memberi arti dan
makna sejati. Sikap ini mendorong dirinya untuk mempunyai daya cipta dan kreativitas, menyambut semua peluang yang dapat menciptakan hidup yang semakin
bermakna. Menempatkan Tuhan dalam setiap pengalaman hidupnya. Memaknai hidup secara spiritual, menghadapi permasalahan dengan mata
rohani, diluar batas kemampuan pikiran dan perasaan manusia. Manusia yang menggunakan spiritualnya akan mampu menyesuaikan diri dengan orang dan situasi,
bersifat fleksibel, serta memiliki integritas pribadi, kesatuan keinginan, pikiran,
37
ucapan dan perbuatan Riyanto dan Handoko, 2008: 60. Sikap ketakwaan memiliki komitmen dan sikap iman yang kuat, melaksanakan kehendak Tuhan sebagai
kehendak pribadi seperti sikap adil, iklhas, memaafkan, kasih, selalu ingat kepada Tuhan.
C. Tahap-tahap Perkembangan Iman Remaja