Rekoleksi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI SISWA-SISWI KELAS XI DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta bahwa siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat penting untuk memahami dan mengerti suara hati secara lebih jelas dan mendalam serta perlu mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk mendidik atau membina suara hati. Karena suara hati memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam mengambil keputusan. Dalam realita ketika siswa-siswi dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup dan harus mengambil keputusan, mereka belum mampu mengambil keputusan secara benar berdasarkan penilaian suara hati, sering kali mengambil keputusan karena pengaruh orang-orang terdekat seperti teman sebaya maupun orang tua dan sebagainya. Hal ini menjadi keprihatinan penulis untuk mengetahui seberapa besar kegiatan rohani, seperti rekoleksi yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat membantu siswa-siswi dalam memahami pengertian suara hati serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yakni gabungan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah mengikuti kegiatan rekoleksi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah sebanyak 145 orang. Namun pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu teknik yang digunakan apabila anggota sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitiannya. Instrumen yang digunakan ialah skala likert. Skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang pengetahuan mengenai pengertian remaja, pengertian suara hati, cara membina suara hati, pengalaman selama mengikuti rekoleksi, pengalaman setelah mengikuti rekoleksi dan harapan siswa-siswi mengenai kegiatan rekoleksi kedepannya yang dikembangkan dalam 25 soal kuesioner dan 5 soal dalam wawancara.
Hasil penelitian melalui kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi masih sangat kurang memahami pengertian suara hati serta cara-cara mendidik suara hati. Untuk itu Penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program pendampingan bagi siswa-siswi dalam bentuk rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan harapan melalui serangkaian kegiatan rekoleksi dapat membantu siswa-siswi semakin memahami pengertian suara hati serta cara membina suara hati, sehingga dapat mengambil keputusan dengan benar berdasarkan penilaian suara hati yang benar.
(2)
ABSTRACT
The title of this small thesis is RECOLLECTION AS AN EFFORT TO IMPROVE LISTENING SKILLS OF CONSCIENCE FOR STUDENTS IN XI GRADE OF PANGUDI LUHUR SENIOR HIGH SCHOOL IN SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA. I chose this title based on the fact that the students XI grade of Pangudi Luhur Senior High School in Sedayu, Bantul, Yogyakarta of need to understand and to know the conscience more clearly and deeply, and need to find ways to educate or to develop conscience. It is very important, because conscience has a function and a very important role in making decisions. In reality when students face the life choices and have to make decisions, they have not been able to take the right decisions based on assessment of conscience, they often make decisions under the influence of the people surround, such as peers and the parents and so on. This is a my concern to know how far spiritual activities, such as recollections are implemented in Pangudi Luhur Senior Hhigh School in Sedayu Luhur, Bantul, Yogyakarta can assist students in understanding the sense of conscience and the ways that can be done to improve the ability to listen to the their conscience.
This research uses descriptive research that is a combination of qualitative and quantitative research, with data collection through interviews and questionnaires. The samples were 145 students of XI grade of Pangudi Luhur Senior High School in Sedayu, Bantul, Yogyakarta who have been attending the recollection run by the school. A purposive sampling technique is used. The sample members are selected based on the research goals. The instrument used is a Likert scale. Likert scale was used to measure attitudes, opinions, and perceptions of a person or a group of people about the meaning of adolescence, conscience, how to develop conscience, their experience during the recollections, recollections and experiences after attending the recollection and the expectations of the students regarding the future activities of recollection, developed in the 25 questionnaire items and five questions in the interview.
The results of the study meaning showed that most of the students still do not understand the meaning of conscience and the ways to educate the conscience. Therefore, I propose a mentoring program for students in the form of recollection in effort to improve the ability to listen to the conscience for the students of XI grade of Pangudi Luhur Senior High School in Sedayu, Bantul, Yogyakarta. I hope a series of recollections can help students to understand the notion of conscience better and how to develop a conscience, so that they can make decisions based on a correet assessment of conscience.
(3)
REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI SISWA-SISWI KELAS XI DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Adriana NIM: 091124029
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria
Kedua orang tuaku: Bpk. Cornelius Mandor & Ibu Kristina Selenyik.
Abangku sekeluarga: Marselinus Sarsono dan istri serta kedua anak tercinta Alfonsius Rizky & Stefania Riska Putri.
Kakaku sekeluarga: Maria Petronela dan suami serta ketiga anak tercinta Hariyati, Silverius Miky & Glowriya.
Adikku tersayang Cornelius Andy Guntur
Marcelinus Vonidy tercinta beserta kedua orang tua bpk. Petrus Man & ibu Minah sekeluarga.
Kalian semua adalah salah satu alasanku untuk tetap bertahan dan terus berjuang sampai saat ini.
.
Para Romo, dosen yang dengan penuh kesabaran telah mendampingi dan membimbingku serta seluruh staf, karyawan-karyawati Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharama
(7)
v MOTTO
Kerjakanlah keselamatanmu sebab Allahlah yang membangkitkan di dalam kamu baik kemauan maupun usaha menurut kerelaanNya
(Flp 2:12-13)
Dalam setiap penundaan pasti ada hikmahnya (Blooch, 2002: 116 )
Selalu bersabar, iklas dan selalu bersykur karena segala sesuatu akan tiba saatnya, segala sesuatu akan indah pada waktunya.
(Penulis )
Hasil orang benar adalah pohon kehidupan. (Ams: 11:30)
Tak ada sesuatu pun yang baik maupun buruk, tetapi pikirkanlah apa yang membuatnya demikian.
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 23 Februari 2015 Penulis,
(9)
vii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Adriana
No Mahasiswa : 091124029
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI SISWA-SISWI KELAS XI DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 23 Februari 2015
Yang menyatakan,
(10)
viii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI SISWA-SISWI KELAS XI DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta bahwa siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat penting untuk memahami dan mengerti suara hati secara lebih jelas dan mendalam serta perlu mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk mendidik atau membina suara hati. Karena suara hati memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam mengambil keputusan. Dalam realita ketika siswa-siswi dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup dan harus mengambil keputusan, mereka belum mampu mengambil keputusan secara benar berdasarkan penilaian suara hati, sering kali mengambil keputusan karena pengaruh orang-orang terdekat seperti teman sebaya maupun orang tua dan sebagainya. Hal ini menjadi keprihatinan penulis untuk mengetahui seberapa besar kegiatan rohani, seperti rekoleksi yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat membantu siswa-siswi dalam memahami pengertian suara hati serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yakni gabungan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah mengikuti kegiatan rekoleksi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah sebanyak 145 orang. Namun pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu teknik yang digunakan apabila anggota sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitiannya. Instrumen yang digunakan ialah skala likert. Skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang pengetahuan mengenai pengertian remaja, pengertian suara hati, cara membina suara hati, pengalaman selama mengikuti rekoleksi, pengalaman setelah mengikuti rekoleksi dan harapan siswa-siswi mengenai kegiatan rekoleksi kedepannya yang dikembangkan dalam 25 soal kuesioner dan 5 soal dalam wawancara.
Hasil penelitian melalui kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar siswa-siswi masih sangat kurang memahami pengertian suara hati serta cara-cara mendidik suara hati. Untuk itu Penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program pendampingan bagi siswa-siswi dalam bentuk rekoleksi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan harapan melalui serangkaian kegiatan rekoleksi dapat membantu siswa-siswi semakin memahami pengertian suara hati serta cara membina suara hati, sehingga dapat mengambil keputusan dengan benar berdasarkan penilaian suara hati yang benar.
(11)
ix
ABSTRACT
The title of this small thesis is RECOLLECTION AS AN EFFORT TO IMPROVE LISTENING SKILLS OF CONSCIENCE FOR STUDENTS IN XI GRADE OF PANGUDI LUHUR SENIOR HIGH SCHOOL IN SEDAYU, BANTUL, YOGYAKARTA. I chose this title based on the fact that the students XI grade of Pangudi Luhur Senior High School in Sedayu, Bantul, Yogyakarta of need to understand and to know the conscience more clearly and deeply, and need to find ways to educate or to develop conscience. It is very important, because conscience has a function and a very important role in making decisions. In reality when students face the life choices and have to make decisions, they have not been able to take the right decisions based on assessment of conscience, they often make decisions under the influence of the people surround, such as peers and the parents and so on. This is a my concern to know how far spiritual activities, such as recollections are implemented in Pangudi Luhur Senior Hhigh School in Sedayu Luhur, Bantul, Yogyakarta can assist students in understanding the sense of conscience and the ways that can be done to improve the ability to listen to the their conscience.
This research uses descriptive research that is a combination of qualitative and quantitative research, with data collection through interviews and questionnaires. The samples were 145 students of XI grade of Pangudi Luhur Senior High School in Sedayu, Bantul, Yogyakarta who have been attending the recollection run by the school. A purposive sampling technique is used. The sample members are selected based on the research goals. The instrument used is a Likert scale. Likert scale was used to measure attitudes, opinions, and perceptions of a person or a group of people about the meaning of adolescence, conscience, how to develop conscience, their experience during the recollections, recollections and experiences after attending the recollection and the expectations of the students regarding the future activities of recollection, developed in the 25 questionnaire items and five questions in the interview.
The results of the study meaning showed that most of the students still do not understand the meaning of conscience and the ways to educate the conscience. Therefore, I propose a mentoring program for students in the form of recollection in effort to improve the ability to listen to the conscience for the students of XI grade of Pangudi Luhur Senior High School in Sedayu, Bantul, Yogyakarta. I hope a series of recollections can help students to understand the notion of conscience better and how to develop a conscience, so that they can make decisions based on a correet assessment of conscience.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Limpahan rasa syukur dan terimakasih penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus Sang Guru Ilahi dan Bijaksana, yang telah membimbing, memberi penulis inspirasi, memunculkan ide-ide cermerlang dalam menyusun skripsi yang berjudul REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI SISWA-SISWI KELAS XI DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Penulisan skripsi ini sebagai kepedulian sekaligus keprihatinan terhadap permasalahan yang ada pada siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum memiliki pemahaman secara luas dan mendalam tentang suara hati serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati dalam upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati. Melihat kenyataan yang terjadi, bahwa siswa-siswi belum memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang suara hati dan belum mengerti cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati dalam upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati.
Penulis merasa tergerak untuk membantu dalam memberikan pemahaman mengenai suara hati supaya siswa-siswi mampu meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati melalui program rekoleksi. Siswa-siswi perlu memahami pengertian suara hati, cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati, sehingga mereka dapat mengambil keputusan berdasarkan penilaian suara hati yang benar. Suara hati memiliki peranan yang amat penting dalam
(13)
xi
menentukan sikap dan perbuatan serta pengambilan keputusan. Adapun skripsi ini bertujuan untuk memahami pengertian suara hati dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati, dalam upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya penulis akan memberikan solusi berupa program rekoleksi.
Melalui rekoleksi diharapkan dapat membantu siswa-siswi untuk memahami pengertian suara hati lebih jelas dan mendalam serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan suara hati. Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang mendalam penulis menghaturkan terimakasih kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno W.W., S.J., M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. selaku dosen pembimbing Akademik dan sekaligus dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian sepenuhnya dan dengan penuh kesabaran telah membimbing, memberikan perhatian, memberikan sumbangan pemikiran, serta memotivasi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar mendampingi, membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini, dan
(14)
xii
memberikan bantuan dengan segenap hati, sumbangan pemikiran berupa masukan dan saran yang bermanfaat selama proses penyusunan skripsi ini, memberikan dukungan, serta memotivasi kepada penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. YH. Bintang Nusantara, SFK. M.Hum. selaku dosen penguji III yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan, masukan dan saran yang berarti dan bermanfaat untuk perkembangan skripsi dan penulis. 5. Br. Agustinus Mujiya, S.Pd, FIC selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur
Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah membantu, memberikan motivasi dan memberikan dukungan serta memberikan izin kepada penulis untuk meneliti siswa-siswi khususnya kelas XI IIS 2 dan kelas XI MIA 1 tentang kemampuan mendengarkan suara hati.
6. Sr Cornelia, HK selaku Guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah membantu, mendukung, memotivasi, memberikan kesempatan serta meluangkan waktu untuk penulis selama mengadakan penelitian di kelas XI IIS 2 dan kelas XI MIA 1 mengenai kemampuan mendengarkan suara hati.
7. Kedua Orang tuaku tercinta: Cornelius Mandor dan Christina Selenyik dan kedua kakakku: Marselinus Sarsono dan istri tercinta sekeluarga, Maria Petronela dan suami serta keluarga dan adikku Cornelius Andy Guntur yang teristimewa penuh kasih dan cinta, yang selalu memberikan dukungan lewat
(15)
xiii
doa-doa, menyemangati dan menginspirasi penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Suster Maria Gratia, OSF yang telah menghantar perjalanan hidup penulis hingga saat ini, lewat doa, dukungan dan bimbingan berupa nasehat-nasehat, masukan yang membangun dan memperkembangkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Belasius Yohanes, ST (Om) sekeluarga tercinta yang turut serta dalam membimbing, mendampingi, mendoakan dan memotivasi serta memberikan nasehat-nasehat yang berguna demi perkembangan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10.Seluruh keluarga besar dari kedua orang tua penulis yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut berperan serta mendukung, mendoakan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 11.Marchelinus Vonidy tercinta dan keluarga yang penuh kasih sayang dan cinta
dengan penuh kesetian selalu mendoakan, menyemangati, memberikan dukungan sekaligus menjadi inspirasi dalam hidupku sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman-teman siswa-siswi kelas XI IIS 2 dan kelas XI MIA 1 di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah bersedia membantu, meluangkan waktunya untuk mengisi angket penelitian dari penulis.
13.Para sahabat terbaikku dan teman-teman terbaikku yang luar biasa yang selalu ada dan setia bersamaku dalam suka dan duka: Sr. Patrisia, SSpS, Hana
(16)
xiv
Puspita Chanti, Faola Sulistiana, Christina Jeany Ardilla, Franciska Wayan Meila Candraningsih, Monalisa Essy, Franciska Heny Lestari, Anastasia Ria Indrasworo, Mega Oktiana, Ratna Sefiana yang telah membantu, memberikan dukungan dan menyemangati penulis sehingga akhirnya penulis biasa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
14.Mahasiswa IPPAK USD khususnya teman-teman seperjuangan angkatan 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah dengan tulus mendoakan, memotivasi dan mendukung penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
15.Semua pihak baik langsung maupun tidak langsung telah mendoakan, menyemangati dan mendukung penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
Besar harapan penulis supaya skripsi ini bermanfaat bagi siswa-siswi di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta atau para remaja pada umumnya dan bagi siapa saja yang membaca dalam meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati. Rekoleksi bisa dipilih sebagai salah satu cara atau upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
Yogyakarta, 23 Februari 2015 Penulis,
(17)
xv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR TABEL ... xxi
DAFTAR SINGKATAN ... xxii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Pembatasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penulisan ... 9
E. Manfaat Penulisan ... 10
F. Metode Penulisan ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II. REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI REMAJA ... 13
A. Rekoleksi ... 13
1. Pengertian Rekoleksi ... 13
2. Tujuan Rekoleksi ... 15
a. Tujuan Umum ... 15
(18)
xvi
3. Manfaat Rekoleksi ... 16
4. Metode Kegiatan Rekoleksi ... 17
5. Pembimbing Rekoleksi ... 17
B. Remaja ... 19
1. Pengertian Remaja ... 19
2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 20
a. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting ... 20
b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan ... 20
c. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan ... 21
d. Masa Remaja sebagai Periode Bermasalah ... 23
e. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas ... 23
f. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan ... 24
g. Masa Remaja sebagai yang tidak Realistik ... 24
h. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa ... 25
3. Perkembangan Remaja ... 25
a. Perkembangan Emosi ... 25
b. Perkembangan Hubungan Sosial ... 26
c. Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap ... 27
d. Perkembangan Religius ... 28
e. Tugas-tugas Perkembangan Remaja... 29
C. Suara Hati ... 30
1. Pengertian Suara Hati ... 30
2. Sifat-sifat Suara Hati ... 32
a. Suara Hati Bersifat Subjektif ... 32
b. Suara Hati Bisa Keliru ... 33
c. Suara Hati Bersifat Mutlak ... 34
d. Suara Hati Bukan Suara Tuhan ... 36
3. Peranan Suara Hati ... 37
4. Fungsi Suara Hati ... 38
5. Pembinaan Suara Hati ... 39
(19)
xvii
7. Tiga Tingkat Suara Hati ... 44
8. Suara Hati dan Gereja ... 44
9. Menuju Suara Hati yang Dewasa ... 45
10.Menuju Suara Hati Dewasa yang Kristiani ... 46
D. Rekoleksi Sebagai Salah Satu Cara Membina atau Mendidik Suara Hati... 47
BAB III. PENELITIAN REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI SISWA- SISWI KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 51
A. Gambaran Umum Keadaan SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta. ... 51
1. Sejarah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Perkembangannya ... 51
2. Visi Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 54
3. Misi Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 55
4. Tujuan Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 56
5. Ciri Khusus Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 58
6. Letak dan Batas-batas Geografis SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta. ... 58
7. Keadaan dan Situasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 60
8. Kegiatan Rekoleksi di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 64 B. Penelitian Tentang Rekoleksi dan Pengaruhnya Terhadap
Kemampuan Mendengarkan Suara Hati Bagi Siswa-Siswi Kelas XIdi SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul
(20)
xviii
Di Daerah Istimewa Yogyakarta ... 66
1. Latar Belakang Penelitian ... 66
2. Tujuan Penelitian ... 67
3. Manfaat Penelitian ... 68
4. Jenis Penelitian ... 68
5. Desain Penelitian ... 69
6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 70
a. Teknik ... 71
b. Alat Pengumpulan Data ... 71
7. Tempat dan Waktu Penelitian ... 72
8. Populasi dan Sampel ... 73
a. Populasi ... 73
b. Sampel ... 74
9. Identifikasi Variabel ... 74
a. Rekoleksi ... 75
b. Kemampuan Mendengarkan Suara Hati ... 76
10.Definisi Overasional Variabel ... 77
11.Instrumen Penelitian ... 78
C. Laporan Hasil Penelitian dengan Kuesioner ... 79
1. Pemahaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur, Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Pengertian Remaja ... 79
2. Pemahaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur, Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Rekoleksi ... 81
3. Pemahaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Suara Hati ... 84
4. Pengalaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Mengikuti Rekoleksi ... 87
(21)
xix
5. Pengalaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Setelah Mengikuti Rekoleksi ... 89
D. Laporan Hasil Penelitian dan Wawancara ... 91
E. Pembahasan Hasil Penelitian Kuesioner dan Wawancara ... 96
1. Pemahaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Pengertian Remaja ... 96
2. Pemahaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Rekoleksi ... 97
3. Pemahaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Suara Hati ... 99
4. Pengalaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Mengikuti Rekoleksi ... 101
5. Pengalaman siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta Setelah Mengikuti Rekoleksi ... 103
6. Pembahasan Hasil Wawancara ... 105
F. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 106
G. Refleksi Kateketis Hasil Penelitian ... 108
BAB IV.USULAN PROGRAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SURA HATI DALAM BENTUK REKOLEKSI ... 111
A. Kegiatan Rekoleksi Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Suara Hati bagi Siswa-Siswi di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta. ... 112
B. Program Rekoleksi Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Suara Hati Siswa-siswi Kelas XI ... 115
(22)
xx
1. Latar Belakang Pemilihan Program ... 115 2. Tujuan Pemilihan Program ... 119 C. Usulan Program Rekoleksi ... 119 1. Tema: “Mendidik Suara Hatiku” ... 120 2. Tujuan ... 120 3. Peserta ... 121 4. Tempat dan Waktu ... 121 5. Bentuk Rekoleksi ... 121 6. Metode Rekoleksi ... 121 7. Sarana ... 122 8. Tim Pendamping ... 122 9. Susunan acara ... 122 D. Matrik Program Rekoleksi ... 125 E. Contoh Salah Satu Persiapan Sesi I ... 129 BAB V. PENTUP ... 141 A. Kesimpulan ... 141 B. Saran ... 144 DAFTAR PUSTAKA ... 146 LAMPIRAN ... 148 Lampiran 1: Suarat Izin Penelitian ... (1) Lampiran 2: Pedoman Kuesioner ... (2) Lampiran 3: Pedoman Wawancara ... (5) Lampiran 4: Hasil Wawancaea dengan Responden ... (6) Lampiran 4: Contoh Salah Satu Persiapan Sesi I ... (11)
(23)
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel Penelitian ... 72 Tabel 2 Contoh Pertanyaan Wawancara ... 73 Table 3. Pemahaman Tentang Remaja ... 74 Table 4 Pemahaman Tentang Rekoleksi ... 76 Table 5 Pemahaman Tentang Suara Hati ... 79 Table 6 Pengalaman Rekoleksi ... 81 Table 7 Pengalaman Setelah Rekoleksi ... 84 Table 8 Hasil Wawancara ... 86 Table 9 Jadawal Acara Rekoleksi Remaja ... 119 Table 10 Matrik Program Rekoleksi ... 123
(24)
xxii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Kej : Kejadian
Kor : Korintus
Mrk : Markus
Rom : Roma
Sam : Samuel
Yer : Yeremia
Yoh : Yohanes
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965 KGK : Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 20 Maret 2005
C. Singkatan Lain-lain
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
BK : Bimbingan & konseling Dst : Dan seterusnya
Dikdasmen : Pendidikan Dasar dan Menengah
(25)
xxiii
FIC : Kongregasi Para Bruder Santa Prawan Maria Yang Dikandung Tak Bernoda
HK : Hati Kudus
IPTEK : Ilmu Pengembangan Teknologi dan Komunikasi KK : Kepala Keluarga
Km : Kilo Meter
LCD : Liquid Crystal Display
M : Meter
NDS : Nomor Data Sekolah
No : Nomor
OSF : Ordo Santo Fransiskan PL : Pangudi Luhur
PR : Pekerjaan Rumah SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas SPG : Sekolah Pendidikan Guru Vat : Vatikan
(26)
BAB I
PENDAHULUHAN
A.Latar Belakang
Setiap hari manusia melakukan pemilihan dan juga mengambil keputusan, entah tentang hal yang kecil maupun besar misalnya kita mau memilih bangun pagi atau siang, mau makan nasi dengan lauk daging atau sayur saja, mau masuk sekolah atau membolos, mau menolong orang yang butuh atau tidak, mau bertindak jujur atau tidak, mau berteman dengan baik atau tidak, dan lain-lain. Hampir tidak ada waktu yang tidak memerlukan suatu pemilihan dan pengambilan keputusan. Ada pemilihan dan pengambilan keputusan yang sudah agak otomatis sehingga tidak perlu dipikir panjang lebar dan mendalam. Hal ini terjadi karena bahannya memang sederhana dan sudah biasa diputuskan misalnya, untuk pergi ke sekolah atau tidak, sudah tidak pikir panjang karena sudah biasa memutuskan pergi ke sekolah bila tidak sakit.
Beberapa orang secara otomatis langsung memutuskan makan apa yang dihidangkan karena sudah biasa begitu. Namun dalam hidup ini kadang ada suatu persoalan yang relatif besar, yang membutuhkan pengambilan keputusan secara lebih matang agar keputusan itu benar. Kalau tidak dipikirkan dengan matang, keputusan dapat salah dan akibatnya dapat sangat merugikan. Pengambilan keputusan di sini lebih menyangkut hal yang besar, yang resikonya besar bila tidak tepat. Jadi, bukan hal-hal yang kecil seperti makan, minum, atau belanja barang harian.
(27)
Persoalan seperti memilih jurusan di perguruan tinggi, tempat tinggal, memilih pacar atau jodoh, memilih profesi yang mau ditekuni, memilih ikut suatu organisasi apa, memilih tujuan hidup dan lain-lain, merupakan bahan pilihan yang penting yang perlu dipikirkan secara matang. Banyak orang kecewa besar karena dalam melakukan pemilihan dan pengambilan keputusan tidak dengan kematangan berfikir dan pertimbangan. Seringkali siswa-siswi mengalami kekecewaan karena memilih jurusan pada waktu mau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak sesuai dengan minatnya, atau kesulitan menentukan pilihan dan dalam mengambil keputusan, sehingga akhirnya yang penting diterima di fakultas atau universitas tersebut.
Kemudian masih ada juga kasus-kasus atau masalah-masalah yang dialami siswa-siswi yang masih tergolong usia remaja ini, seperti menikah di usia remaja karena satu dan lain hal. Sebenarnya mereka ini belum mampu bertanggungjawab untuk membangun rumah tangga. Mereka masih sulit membedakan mana yang baik atau buruk, mana yang benar atau salah. Ada kemungkinan besar bahwa apa yang dialami beberapa orang siswa-siswi atau remaja ini adalah masalah pergaulan yang terjadi di luar lingkungan sekolah. Kurangnya pengawasan dari orang tua, kurangnya pembinaan iman, keputusan yang dipengaruhi orang lain seperti teman sebaya, orang tua, orang-orang yang berpengaruh terhadap dirinya. Bukan hanya terjadi di kalangan siswa-siswi atau remaja saja, di kalangan masyarakat pada umumnya juga sering ditemukan hal yang serupa.
(28)
Orang kecewa setelah menikah, memilih pekerjaan dan masih banyak lagi yang lain. Dengan demikian perlulah kita melakukan pemilihan dan pengambilan keputusan dengan baik. Suparno (2011: 159) mengatakan bahwa “sebelum mengadakan suatu pilihan kita perlu melihat kembali sejenak tujuan hidup kita. Apa tujuan hidup kita diciptakan? hal ini penting agar dalam memilih sesuatu, kita
tidak lepas dari tujuan hidup kita yang utama”. Dalam hal ini Suparno (2011:
159) mengutip ungkapan Santo Ignatius yang mengatakan:
Bahwa tujuan hidup kita adalah untuk mengabdi, meluhurkan, dan memuji Tuhan; dan dengan demikian kita mengalami kebahagiaan. Hal yang jahat tidak prnah boleh dijadikan pilihan. Yang jahat hanya boleh langsung ditolak karena tidak sesuai dengan tujuan hidup manusia sebagai ciptaan Allah. Unsur hati, jiwa, rohani lebih menunjukkan dari segi batin kita, apakah pilihan yang didasarkan kepada unsur objektif dan rasional di atas memang juga mendamaikan hidup kita dan membahagiakan.
Pengambilan keputusan sering kali membuat sebagian orang menjadi bimbang dan ragu. Terlebih pada usia-usia remaja yang masih duduk di bangku sekolah, mereka sangat rentan mengikuti arus zaman. Masa remaja adalah suatu masa di dalam perkembangan yang menantang anak dengan banyak persoalan di bidang pemahaman diri dan di dalam penyesuaian terhadap lingkungannya. Mengenal persoalan-persoalan tersebut akan dapat membantu para pendidik dan pembimbing di dalam memahami pergumulan yang sering dihadapi usia remaja. Untuk itu sebagai pendamping atau pendidik remaja harus mengetahui pertumbuhan, perkembangan serta situasi yang dialami oleh remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan di antara masa anak dan masa dewasa, di mana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang, mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir serta
(29)
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Manifestasi peningkatan cara perkembangan inilah yang sering kali dipandang orang sebagai masa pancaroba, masa badai dan gelora.
Remaja sering dilanda kegelisahan karena mereka tidak mengerti akan pertumbuhan yang sedang mereka alami, dan tidak ada pengertian dari orang tua. Akibatnya tidak jarang remaja menunjukkan sikap menantang, kurang menghiraukan petunjuk-petunjuk dan nasihat dari orang tuanya. Dalam masa ini remaja masih harus menerima banyak dari orang lain, tetapi dari dirinya sendiri juga ingin memberi, untuk itulah ia harus mengembangkan dirinya agar maju dan menjadi dewasa. Menjadi dewasa adalah suatu proses perkembangan, yaitu belajar menemukan dirinya sendiri, dan kemudian dapat menilai kemampuan-kemampuannya dalam bidang jasmani, pikiran, perasaan dan dalam bidang susila serta bidang rohani.
Dengan mengetahui situasi dan keadaan remaja diperlukan bimbingan dan arahan yang sesuai serta dapat menjawab permasalahan yang mereka hadapi. Kebutuhan akan bimbingan adalah hal yang universal, tidak terbatas pada masa anak dan masa remaja. Bimbingan terdapat di mana-mana pada setiap umur perkembangan anak dan manusia dewasa. Bimbingan sangat diperlukan dalam mengadakan pilihan-pilihan dan penyesuaian atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia.
Dalam hal pengambilan keputusan tidak terlepas dari peranan suara hati. Suara hati sangat menentukan apakah keputusan yang diambil itu benar atau salah berdasarkan penilaian suara hati yang benar. Sebagian besar remaja mungkin
(30)
masih kurang terbiasa mendengar istilah suara hati, pengertian suara hati, fungsi dan peranannya serta sifat-sifat suara hati. Namun ada beberapa yang memiliki pemahaman mengenai suara hati, sekalipun tidak secara mendalam. Kurangnya pemahaman mengenai suara hati inilah yang membuat kebanyakan orang bertindak dan berbuat tidak berdasarkan kebenaran hati. Kieser (1987: 148)
mengatakan “suara hati dibina berhadapan dengan Allah. Pembinana religius
mesti melibatkan kepribadian paling intim. Pembinaan hati orang beriman ditekan dalam keterbukaan dan harapan hati manusia pada pada Allah. Keputusan suara
hati semakin dialami sebagai hasil sentuhan Allah pada hati manusia”.
Untuk itu remaja harus diberi pemahaman mengenai pengertian suara hati serta cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati. Sangat mungkin sekali bagi orang Kristiani bahwa tindakkan dan perbuatan yang didasari oleh hati nurani atau suara hati merupakan perwujudan iman. Perwujudan iman yang baik berasal dari suara hati yang baik dan benar juga. Mengingat remaja sangat perlu untuk diberi pendampingan atau pembinaan secara rohani. Dengan demikian remaja dapat terbantu untuk memahami suara hati dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hatinya, sehingga dapat membentuk suara hati dan pada akhirnya dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan secara benar berdasarkan penilaian suara hati yang benar.
Salah satu usaha yang sudah dilakukan oleh pihak sekolah di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya meningkatkan hidup rohani dan mengembangkan iman adalah rekoleksi.
(31)
Rekoleksi menjadi saat untuk berhenti sejenak dari aktivitas rutin dan merefleksikan hidup untuk menemukan kehendak Tuhan (Subiyanto, 1997: 96). Rekoleksi juga merupakan salah satu upaya untuk melatih hidup rohani dan mengembangkan iman seseorang. Pada waktu rekoleksi dibutuhkan suasana hening serta dibutukan ketenangan. Oleh karena itu rekoleksi biasanya dilakukan ditempat yang sunyi jauh dari keramaian, supaya dapat membantu orang masuk dalam suasana hening. Dalam hal ini mangunhardjana (1985: 19) mengatakan:
Dalam rekoleksi kita juga mengamati roh-roh apa yang menggerakkkan hati kita selama ini, roh baik atau roh jahat?. Bagaimana tanggapan kita positif atau negatif?, apa gejala-gejalanya? Bagaimana hasil gerak roh itu pada diri kita pada saat ini, dalam rekoleksi kita juga mengadakan latihan kepekaan kita terhadap macam roh yang menggerakkan hati dan jawaban kita terhadap gerak roh itu.
Keheningan sangat diperlukan dalam rekoleksi, dalam keheningan itu pula orang memfokuskan diri untuk dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam diri peribadi. Dengan demikian orang dapat berkomunikasi dan lebih dekat dengan Allah. Kila (1996: 5) mengatakan bahwa “Rekoleksi sebagai latihan rohani mau membantu orang khususnya kaum muda memperteguh iman Kristianinya”. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pada masa remaja sangat rentan dengan berbagai masalah, remaja mengalami banyak pergulatan batin, sehingga tidak jarang membuat remaja merasa bimbang dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan.
Oleh karena itu khususnya remaja Kristiani sangatlah penting dibimbing dan diarahkan, agar mereka dapat menentukan sikap dengan pikiran yang jernih berdasarkan iman akan Yesus Kristus yang menjadi teladan kebenaran. Dengan sering mengadakan latihan rohani, diharapkan remaja lebih mengenal iman akan
(32)
Yesus Kristus, semakin diteguhkan dan dikuatkan. Sikap dan tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari merupakan cerminan dari iman
SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu sekolah yang berciri khas Katolik. Seluruh kegiatan belajar mengajar di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, Di Daerah Istimewa Yogyakarta berada di bawah tanggung jawab Yayasan Pangudi Luhur Pusat Semarang. Yayasan Pangudi Luhur ini bergerak dibidang pendidikan dan sosial, bidang pendidikan yang terdiri dari sekolah tingkat SD, SLTP dan SMA sederajat. Sedangkan dibidang sosial yaitu Panti Asuhan.
Yayasan ini ditangani oleh Kongergasi Para Bruder Santa Maria Yang Dikandung Tak Bernoda (Martin dan Riyanto: 2004). Yayasan Pangudi Luhur (YPL) berakar pada semangat para pendiri Kongergasi FIC Mgr. Rutten dan Br. Bernardus. Karya para pendiri ini berawal dari keprihatinan terhadap anak-anak, remaja yang terlantar karena ditinggal orang tuanya bekerja sebagai buruh pabrik. Hal ini merupakan dampak dari Revolusi Prancis yang ditandai dengan perkembangan industri yang sangat modern dengan ditemukannya mesin uap yang berguna untuk perkembangan industri. Pabrik-pabrik didirikan dimana-mana, tenaga manusia digunakan untuk melayani mesin-mesin produksi. Orang tua mereka sibuk bekerja sebagai buruh pabrik sehingga anak mereka menjadi kurang diperhatikan. Melihat keadaan dan situasi anak-anak itulah, Rutten dan Bernardus merasa tergerak hatinya untuk mendirikan sebuah sekolah yang sangat kecil guna menampung anak-anak tersebut. Dengan adanya sekolah yang kecil inilah anak-anak mendapatkan perhatian dan terurus, mendapatkan bimbingan dan
(33)
pembinaan baik secara rohani maupun jasmani serta pendidikan formal (Martin dan Riyanto: 2004).
Dalam perkembangannya Yayasan Pangudi Luhur sebagai sekolah Katolik sangat memperhatikan pendidikan iman yang dilaksanakan disekolah-sekolah. Yayasan Pangudi Luhur pusat memberikan kewenangan kepada tiap cabang Yayasan Pangudi Luhur. Termasuk sekolah Pangudi Luhur cabang Yogyakara juga membuat program pembinaan iman di sekolah-sekolah Pangudi Luhur di seluruh Yogyakarta. Salah satu sekolah Pangudi Luhur yang memiliki program pembinaan iman adalah SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rekoleksi tahunan bagi kelas X dan kelas XI untuk retret bagi kelas XII. Kegiatan rekoleksi dan retret biasanya diadakan di luar sekolah.
Penulis merumuskan judul skripsi sebagai berikut: “REKOLEKSI
SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI SISWA-SISWI KELAS XI DI SMA PENGUDI LUHUR SEDAYU, BANTUL, DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.”
Bertolak dari uraian mengenai permasalahan yang dihadapi kaum muda, dan pandangan Gereja terhadap kaum muda, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai rekoleksi sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh dapat menjadi inspirasi baru untuk semakin mampu menemukan metode-metode baru dalam rekoleksi yang semakin kreatif.
(34)
B. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya topik dan keterbatasan penelitian, penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Penelitian ini hanya akan ditujukan kepada siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi siswa-siswi dalam membantu mereka memahami suara hati dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati. Di sini penulis hanya akan membahas bagaimana memahami suara hati dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Bagaimana membina suara hati siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Rekoleksi seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta?
D.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini sebagai berikut:
1. Mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan dalam membina suara hati.
(35)
hati bagi siswa-siswi di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta?
E.Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Bagi siswa-siswi menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang baru tentang suara hati dan dapat membina suara hati, sehingga mampu mengambil keputusan dengan baik, berdasarkan penilaian suara hati yang benar.
2. Bagi para guru pendamping di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta, setelah membaca skripsi ini diharapakan para guru semakin menyadari pentingnya memberikan pembinaan dan pendampingan kepada siswa-siswi mengenai suara hati, sehingga mampu mengambil keputusan berdasarkan penilaian suara hati yang benar.
3. Bagi Penulis
Mendapat pengetahuan dan pengalaman baru, semakin mendalami rekoleksi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati. Sehingga penulis dapat membantu para kaum muda dalam membina suara hati.
4. Bagi Pembaca
Mendapat masukan pentingnya upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi di SMA PL Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta dan menemukan cara-cara yang dapat dilakukan
(36)
untuk membina suara hati, sehingga dapat mengambil keputusan berdasarkan penilaian suara hati yang benar.
F. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
Deskriptif Analitis. Penulis menggambarkan bagaimana pemahaman siswa-siswi
mengenai suara hati dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk membina suara hati bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur, Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga siswa-siswi dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati. Penulis kemudian mengusulkan program kegiatan pendampingan yang dapat membantu siswa-siswi dalam upaya meningkatkan kemampuan mendengarkan suara hati bagi siswa-siswi kelas XI di SMA Pangudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
G.Sistematika Penulisan
Judul dari skripsi ini adalah ”Rekoleksi Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Suara Hati Bagi Siswa-siswi Kelas XI di SMA Pengudi Luhur Sedayu, Bantul, di Daerah Istimewa Yogyakarta”, yang dipaparkan dalam lima bab berikut:
Bab I dengan judul “Pendahuluan” Bab ini merupakan pendahuluan yang
terdiri dari Latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
(37)
Bab II dengan judul “Rekoleksi sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Suara Hati” Dalam bab ini disajikan mengenai pengertian Rekoleksi, tujuan rekoleksi, manfaat rekoleksi, model-model rekoleksi, langkah-langkah rekoleksi, metode rekoleksi, pendamping rekoleksi. Pengertian suara hati, sifat-sifat suara hati, peranan suara hati, fungsi suara hati, pembinaan suara hati. penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis
Bab III Dalam bab ini disajikan mengenani metodologi penelitian yang meliputi: Jenis penelitian, desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional, teknik dan instrument pengumpulan data, teknik uji hipotesis. Hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: gambaran umum tempat penelitian, analisis hasil penelitian dan laporan hasil penelitian.
Bab IV : Usulan Program BabV: Kesimpulan dan Saran
(38)
BAB II
REKOLEKSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN SUARA HATI BAGI REMAJA
A. Rekoleksi
1. Pengertian Rekoleksi
Rekoleksi berasal dari bahasa Latin “recollect” yang berarti mengingat kembali atau mengumpulkan kembali. Rekoleksi adalah khalwat pendek selama beberapa hari. Khalwat adalah pengasingan diri untuk menenangkan pikiran atau mencari ketenangan batin (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat). Rekoleksi juga merupakan salah satu upaya untuk melatih hidup rohani dan menumbuhkan rasa ingin berubah ke arah yang lebih baik. Dalam kehidupan kita sehari-hari, peristiwa-peristiwa seringkali berlalu begitu saja. Tanpa sempat kita refleksikan sehingga kita tidak mengetahui makna di balik setiap peristiwa yang di alami. Sementara iman kita mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam peristiwa-peristiwa yang kita alami setiap harinya.
Rekoleksi menjadi saat bagi kita untuk berhenti sejenak dari aktivitas rutin dan merefleksikan hidup kita untuk menemukan kehendak Tuhan (Subiyanto, 1997: 96). Rekoleksi bukan sekedar mendengarkan ceramah agama atau moral, juga bukan renungan panjang atau ceramah Kitab Suci dan teologi. Pengalaman hidup yang dirasakan oleh peserta rekoleksi itu sendiri yang menjadi objek yang ditelusuri dalam rekoleksi, artinya bahwa pengalaman peserta sebagai bahan dasar yang diolah selama rekoleksi.
(39)
Rekoleksi mengajak orang sejenak menjenguk dan mereguk sumber spiritualitas yakni Allah sendiri yang bersemayam dalam lubuk hati yang terdalam. Kesadaran bahwa Allah punya maksud dengan hidup kita. Betapa penting dan berharganya kita di mata Allah di tengah bentangan semesta yang bertabir misteri ini, akan menjadi kekuatan sekaligus visi sebagai pemandu jalan menapaki peziarahan di muka bumi ini.
Rekoleksi juga ibarat “mendulang emas”. Sungai kehidupan terus
mengalir dengan membawa berbagai muatan, yang kemudian mengendap di dasarnya. Seorang pendulang akan mengambil endapan lalu mengentaskannya dan ia pun mulai mengirik dan menampinya. Setelah terpisah antara pasir yang tidak berguna, tinggallah beberapa endapan yang barangkali mengandung logam mulia. Ketika ditetesi air keras barulah bijih-bijih emas itu terkumpul.
Dalam rekoleksi pun kita mencoba menampi endapan-endapan peristiwa yang terhanyut oleh aliran hidup kita, dan dari situ kita akan menemukan makna hidup yang kemilau setelah ditetesi sabda Ilahi. Para pesertalah yang mendulang bijih-bijih emas dari serpihan dan bongkahan hidupnya agar maknanya berkilauan dan layak untuk menghiasi hidupnya. Rekoleksi sebagai salah satu usaha untuk memperkembangkan kehidupan iman atau rohani, sudah merupakan hal yang lazim dilingkungan Gereja Katolik Indonesia.
Kegiatan rekoleksi sudah umum dijalankan oleh setiap organisasi yang ada dalam Gereja Katolik seperti biarawan/biarawati, para imam diosesan dan religius. Rekoleksi dilaksanakan pada beberapa hari tertentu, umumnya pada hari Sabtu dan Minggu. Waktu digunakan untuk bersemedi, mendengar ceramah serta
(40)
berdoa yang mendukung dan berguna untuk memperoleh kembali semangat semula dengan mendalami iman untuk membaharui cara hidup sehari-hari (Heuken, 2005: 114).
2. Tujuan Rekoleksi a. Tujuan umum
Tujuan umum rekoleksi terdiri dari segi operasional atau segi formatif. Segi operasional merupakan cara untuk meningkatkan cara, metode, teknik, kecakapan, ketrampilan para peserta rekoleksi dalam bidang pengembangan hidup pribadi, hidup bersama orang lain dan dalam bidang pelaksanaan tugas pekerjaan baik pribadi maupun kerja sama dengan orang lain. Agar para peserta menemukan cara yang epektif untuk mengembangkan diri.
Tujuan yang bersifat formatif atau edukasional untuk meningkatkan kualitas para peserta baik secara pribadi maupun secara bersama sebagai kelompok, kualitas yang ditingkatkan spritualitas, sikap, pandangan, perasaan, pengetahuan, motivasi, cita-cita, panggilan hidup, gaya hidup, atau singkatnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan jiwa, hati visi manusia dan gaya bertindak serta gaya hidup yang dipengaruhi oleh unsur-unsur itu. contohnya: agar para peserta mempunyai pengertian yang benar tentang mengembangkan diri serta arahnya juga berani mengambil sikap dan langkah yang sesuai (Mangunhardjana, 1985: 78-80).
(41)
b. Tujuan Khusus
Tujuan umum yang telah dirumuskan, lalu dirumuskan tujuan khusus yang lebih spesifik dan tetap mengacu pada tujuan umum. Yakni menguraikan tujuan acara pembuka, tujuan acara pokok pertama, kedua dan selanjutnya. (Mangunhardjana,1985: 78-80). Sebagian dari unsur-unsur tujuan retret juga merupakan unsur-unsur tujuan rekoleksi, namun rekoleksi dilangsungkan lebih sering dan dalam waktu jauh lebih pendek, maka komponen-komponen rekoleksi juga lebih sedikit dan lebih sederhana. Tujuan rekoleksi dapat dirinci menurut maksud atau tujuan penyelenggaraannya.
Sehubungan dengan retret, rekoleksi dapat menjadi momen untuk evaluasi dan penyegaran berkala peroses dan hasil retret dengan merenungkan kembali perjalanan hidup secara berkala, menimba cahaya, kekuatan serta semangat baru untuk melanjutkan perjalanan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Sehubungan dengan suatu persiapan, rekoleksi juga sering diadakan sebagai persiapan untuk lebih menghayati misteri iman yang dirayakan menurut tahun liturgi (misalnya lingkaran Adven-Natal, Prapaskah-Paskah) atau untuk menghayati peristiwa penting kehidupan pribadi, keluarga, komunitas atau kelompok (Institut Karmel Indonesia & Kuskupan Malang, 1998: 5-6).
3. Manfaat Rekoleksi
Dari tujuan dan makna rekoleksi kiranya nyata manfaat rekoleksi untuk hidup manusia seutuhnya, khususnya hidup kaum beriman. Dari buah-buah yang diharapkan dihasilkan rekoleksi, baik bagi diri sendiri maupun bagi hidup dunia
(42)
kiranya juga nyata manfaat rekoleksi (Institut Karmel Indonesia & Keuskupan Malang, 1998: 6).
4. Metode dalam Kegiatan Rekoleksi
Metode adalah cara untuk menciptakan hubungan antara para peserta dan sumber pembinaan. Tujuannya membantu para peserta mendapatkan pengetahuan atau kecakapan dalam situasi pembinaan itu. Pengembangan bahan ataupun materi di dalam setiap model masih diperlukan pendekatan maupun metode yang akan digunakan. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi peserta demi tercapainya tujuan rekoleksi. Adapun metode-metode yang dapat digunakan antara lain: Metode informasi, metode sharing kelompok, metode dinamika kelompok, metode diskusi kelompok, dan metode refleksi.
5. Pembimbing Rekoleksi
Pembimbing memegang peranan sentral, karena seluruh proses kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari persiapan sampai pelaksanaan kegiatan semua dilakukan oleh pembimbing. Pembimbing sebagai pemimpin yang menentukan isi acara, cara pengelolaan, metode dan teknik, arah acara yang dituju dan mengatur kegiatan para peserta. Pembimbing mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatur keseluruhan kegiatan. Letak keberhasilan suatu kegiatan rekoleksi sangat tergantung dari pembimbing. Dalam hal ini pribadi dan sikap-sikap pembimbing sangat menentukan warna dan arah atas pendampingan yang dilakukan.
(43)
Pembimbing rekoleksi berperan sebagai fasilitator yang mendampingi dan mempermudah peserta berefleksi. Pembimbing diharapkan memberi masukan yang menolong peserta agar dapat merumuskan jawaban pribadi. Seorang pembimbing juga harus memiliki kewibawaan dan kerendahan hati yang mau terus melayani, mencintai, melindungi, mengayomi. Kewibawaan status, pribadi, personal, yang bersumber pada kematangan pribadi dan semangat cinta dilengkapi dengan kewibawaan moral yang berdasar pada integritas pribadi, didukung juga oleh kewibawaan profesional yang berpangkal pada keahliannya sebagai pendamping dan disempurnakan dengan kewibawaan religius karena pengetahuan dan penghayatan religiusnya yang mendalam.
Sebagai pribadi seorang pembimbing mengenal dirinya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihan, segi positif dan negatifnya sendiri, sehingga mampu bertindak secara tepat dan mengurangi akibat-akibat negatifnya dari kelemahan, segi negatif dan kekurangannya. Merasa aman dan nyaman dengan diri sendiri, mantap dengan diri sendiri, sehingga dapat tampil dengan penuh percaya diri dan menarik.
Lemah lembut, bertutur kata yang sopan sehingga menunjukkan seorang pendamping yang berkualitas. Kreatif dan trampil dalam mengolah bahan, beserta metode-metode yang digunakan, sehingga suasana tidak membosankan. Bersikap ramah tamah dan bersahabat dengan peserta, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik selama proses kegiatan rekoleksi berlangsung. Menempatkan peserta sebagai subjek yang utama dan pertama. Adanya komunikasi yang baik antara pembimbing dan peserta (Mangunhardjana, 1986: 131-143).
(44)
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita. Sedangkan bagi pria 13-22 tahun. Usia remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 sampai dengan 21/22 adalah remaja akhir. Tetapi menurut hukum di Amereika Serikat saat ini, seseorang dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun dan bukan 21 tahun seperti ketentuan yang dikemukakan sebelumnya oleh (Hurlock, 1991). Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut
adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa
“secara psikilogis remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi
kedalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk kegolongan orang dewasa. Remaja ada di antara anak dan
orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati
(45)
Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Masa remaja adalah masa peralihan di antara masa anak dan masa dewasa, di mana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang, mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berpikir serta bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Peningkatan cara berkembang inilah yang sering kali dipandang orang sebagai masa pancaroba, masa badai dan
gelora” (Ali & Asrori, 2005: 9).
2. Ciri-ciri Masa Remaja
a. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Pada dasarnya semua aspek bagi perkembangan remaja itu adalah penting. Namun kadar kepentingan tersebut berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting dari pada beberapa periode lainya, karena akibatnya langsung terhadap sikap dan perilaku dan juga akibat-akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu memerlukan penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Periode peralihan pada masa remaja merupakan sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap perkembangan selanjutnya. Maksudnya bahwa
(46)
ketika memasuki masa remaja seseorang harus meninggalkan masa kanak-kanaknya, dan apa yang terjadi di masa kanak-kanak akan selalu diingat. Dengan meninggalkan masa kanak-kanak, remaja mau tidak mau harus mempelajari pola prilaku dan sikap baru untuk menggantikan prilaku dan sikap ketika masih kanak-kanak.
Namun pola prilaku dan sikap pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi pola prilaku dan sikap yang baru. Seperti dijelaskan oleh Osterrieth, Struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi perilaku, sehingga di perlukan penilaian atau peninjauan kembali terhadap nilai-nilai yang telah bergeser.
Pada periode peralihan satus dan peran yang harus dilakukan belum jelas, karena pada masa ini remaja bukan lagi anak-anak dan juga bukan orang yang sudah dewasa. Namun status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan bagi remaja karena memberi peluang bagi remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, serta nilai dan sifat yang paling sesuai bagi remaja.
c. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Selama masa awal remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan
(47)
sikap dan prilaku menurun juga. Menurut Hurlock, 1980: 207 terdapat empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal antara lain:
1) Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama masa awal remaja. Emosi tampak meninggi dan sangat menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja.
2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapakkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu remaja mersa banyak masalah, sehingga akhirnya remaja menyelesaikan masalah tersebut sendiri dan menurut kepuasannya sendiri.
3) Adanya perubahan minat dan pola prilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Ketika masih anak-anak ada yang dianggap penting, namun ketika sudah hampir dewasa hal tersebut tidak lagi penting. Sebagian remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting daripada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebaya. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas.
4) Sebagian besar remaja menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
(48)
d. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Hal ini dikarenakan sepanjang masa kanak-kanak masalah yang dihadapi masa anak-anak sebagian besar diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakkan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Remaja juga merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan para guru. Namun sebenarnya mereka tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan yang mereka yakini, akibatnya banyak masalah yang diselesaikan dengan cara tragis dan tidak masuk akal.
e. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas
Sepanjang usia geng pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak yang lebih besar daripada individualitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama seperti dengan teman-teman dalam segala hal seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan
“krisis identitas” pada remaja.
Remaja mencari identitasnya berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat dan banyak hal yang dipertanyakan mengenai dirinya. Remaja menggunakan simbol diri dalam bentuk benda ataupun
(49)
barang-barang yang mudah terlihat. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian dan dipandang sebagai individu, tetapi remaja tetap mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya. Simbol status bagi remaja itu merupakan usaha untuk menunjukkan identitas remaja dan simbol satus penting bagi remaja.
f. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak di antaranya yang bersifat negatif. Ada pandangan dari sisi budaya yang sudah melekat pada remaja, bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak dapat dipercaya dan cenderung menganggu dan berprilaku merugikan bagi masyarakat. Dalam hal ini diperlukan orang dewasa yang dapat membimbing dan mengarahkan kehidupan remaja.
Pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan masa remaja kemasa dewasa menjadi sulit, sehingga menimbulkan banyak pertentangan antara orang tua dan anak, terdapat jarak yang menghalangi anak untuk bersikap terbuka terhadap berbagai masalah yang mereka hadapi kepada orang tua yang seharusnya dapat membantu untuk mengatasi berbagai masalahnya (Hurlock, 1980: 208).
g. Masa Remaja sebagai yang tidak Realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca mata mereka sendiri. Melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita remaja biasanya tidak realistik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain. Hal ini
(50)
menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil.
h. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan pada remaja akan membuat mereka menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Sekedar berpenampilan dari gaya berpakaian dan gaya bahasa seperti orang dewasa tidaklah cukup untuk membuktikan bahwa remaja sudah dewasa. Oleh karena itu remaja masih merasa perlu untuk menetapkan status mereka supaya diakui benar-benar dewasa dengan sikap dan prilaku yang mereka tunjukkan seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan mulai mengenal seks dan bahkan terlibat dalam hubungan seks (Hurlock, 1980: 209).
3. Perkembangan Remaja a. Perkembangan Emosi
Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Karakteristik perkembangan emosi remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri. Di mana perubahan fisik tahap awal pada periode pra remaja disertai sifat kepekaan terhadap situasi dari luar menyebabkan mereka mudah tersinggung, namun juga cepat merasa senang yang berlebihan. Perubahan fisik yang semakin jelas pada
(51)
periode remaja awal sangat mereka sadari, hal ini tidak jarang membuat mereka merasa seperti terasing, kurang perhatian dari orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
Dalam periode ini remaja sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh, sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan adanya ketidakcocokan dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja seringkali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa di sekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya.
Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap dan prilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga menjadi semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penuh serta emosinya pun mulai stabil (Ali & Asrori, 2005: 76).
b. Perkembangan Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya. Hubungan sosial dimulai dari lingkungan rumah, lalu lingkungan sekolah kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya. Tetapi yang sering terjadi adalah bahwa hubungan sosial anak dimulai
(52)
dari rumah, dilanjutkan dengan teman sebaya, baru kemudian dengan teman-temannya di sekolah. Karakteristik yang menonjol dari perkembangan hubungan sosial remaja yaitu berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan untuk bergaul, adanya upaya memilih nilai-nilai sosial, meningkatnya kesadaran akan lawan jenis, mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier tertentu Ali & Asrori (2005: 12).
Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan hubungan sosial. Masalah-masalah penting yang dihadapi sehubungan dengan perkembangan sosial adalah masalah pergaulan mereka dengan teman-teman seperti bagaimana cara masuk dalam kelompok, bergaul dengan kelompok, sikap serta cara menghadapi pengaruh-pengaruh kelompok, peranan dalam kelompok misalnya penerimaan dari oleh kelompok, penghargaan kelompok dan macam keterlibatan yang diberikan kepada mereka dalam kelompok.
c. Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
Nilai adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tatacara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Sedangkan sikap adalah kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu (Ali & Asrori, 2005: 134-152).
(53)
Adanya perubahan sikap ingin mengetahui dasar-dasar baik atau buruknya suatu tindakkan seseorang. Dengan meluasnya pergaulan remaja melihat bahwa pandangan tiap orang mengenai apa yang baik dan benar berbeda. Hal ini akan mempengaruhi sikap dan tindakan yang berbeda-beda pada remaja. Masalah tersebut membuat remaja mencari patokan moral yang dapat menjadi pegangan sebagai pedoman hidup, sehingga mereka dapat memahami mana yang baik dan benar dan mana yang tidak baik dan tidak benar. Masalah moral bukan hanya sebatas pada diri remaja saja namun masalah moral yang ada dalam masyarakat juga mempengaruhi remaja. Menghadapi berbagai kenyataan hidup harus mengambil keputusan moral tersebut sering kali membuat remaja bimbang.
d. Perkembangan Religius
Perkembangan religius menyangkut hubungan dengan Tuhan. Ketika masih anak-anak kegiatan keagamaan karena meneladani orang tua atau diperintah orang tua serta tokoh yang mempunyai pengaruh. Pada umur menjelang dewasa masalah keagamaan yang mereka jalani selama masih usia anak-anak dipertanyakan. Mereka ingin tahu kejelasan iman yang mereka jalani. Mereka ingin mengetahui bagaimana bisa menjadi orang religius sejati. Mempertanyakan fungsi dan peranan beragama dalam kehidupan.
Remaja mengalami proses pertumbuhan diberbagai segi. Remaja memiliki cara tersendiri dalam mengatasi masalahnya, selain itu keluarga, sekolah dan masyarakat juga memiliki peranan dalam membantu remaja mengatasi masalah.
(54)
terarah dan pengatasan masalah akan dapat lebih baik, kalau bagi mereka tersedia pelayanan pendampingan yang memadai dari segi tujuan, materi program, serta
bentuk, metode dan tekniknya”.
e. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Dalam perkembangannya remaja mempunyai tugas, apabila tugas-tugas tersebut dapat berjalan dengan baik akan menimbulkan kebahagiaan dan akan membawa remaja pada suatu keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Namun jika tugas-tugas tersebut tidak berhasil dijalankan oleh remaja maka, akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya. Dalam ha ini Ali & Asrori (2005: 165-170) mengatakan:
Remaja mempunyai tugas perkembangan yang sangat penting diantaranya mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara epektif, mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mencapai jaminan kebebasan ekonomis, memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi kewarganegaraan dan memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.
Masa remaja adalah masa yang penuh pergolakan, masa pengidentifikasian jati diri, sehingga banyak mengalami perubahan, yang dialami secara sadar dan tidak sadar, yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Remaja juga memiliki rasa keingintahuan yang amat besar terhadap segala sesuatu, tetapi juga diliputi keragu-raguan. Adapun masalah remaja meliputi ada rasa kekhawatiran mengenai kehidupan beragama, studi dan karir, hubungan keluarga, perilaku dan seks, cinta, asmara, sosial dan lingkungan.
(55)
Kesulitan dalam mengambil keputusan berdasarkan logika, etika dan estetika, kesulitan dalam menghadapi masalah, kesulitan dalam mengendalikan diri, serta sikap terhadap pengaruh luar yang mempengaruhi remaja. Remaja juga memiliki harapan yang positif agar berhasil dalam studi, mendapatkan pasangan yang ideal, dapat diterima di masyarakat, taat beragama, dan berada dalam keluarga yang bahagia (Gusti, 1995: 63).
C. Suara Hati
1. Pengertian Suara Hati
Banyak tulisan yang berhubungan dengan suara hati, dan sederetan ungkapan, istilah kata-kata sebagai sinonim. Seperti kata hati, suara batin, hukum batin, hati nurani, jiwa rohani, (scintilla animae), terang Ilahi, suara Tuhan,
daimonion (Sokrates), superego (Freud), conscience dst. Dari sekian banyak
istilah suara hati ada pun salah satu pengertian atau definisi yang dikemukakan
oleh Martin Heidegger: “Suara hati adalah panggilan yang datang dari aku, akan
tetapi mengatasi aku” atau suara itu datang dari diriku, tetapi juga diatas diriku
(Yulaman, 1980: 18).
Suara hati adalah suatu keinsyafan batin yang mempengaruhi hati kita masing-masing serta menyatakan kepada kita entah suatu keinginan yang telah muncul itu baik atau tidak baik bagi manusia sebagai manusia. Suara hati adalah kompas menuju pemanusiaan sejati, memperlihatkan serta mendorong manusia menuju pemanusiaannya yang tulen. Nama lain dari suara hati seperti yang terdapat dalam (Katekismus Gereja Katolik, art. 472), suara hati dinamakan hati
(1)
(14)
Dalam Surat-surat Santo Paulus hati nurani (=sineidesis;Yunani) berarti kesadaran akan baik/buruknya perbuatan orang maupun kesadaran diri orang yang bertindak (bdk Rom 2,15; 2 Kor 1,12).
Kitab Suci Perjanjian Baru (Mrk 7,20-23), dalam hati itu timbullah yang baik dan yang jahat.
Suara hati (dalam arti sempit) adalah keputusan tentang baik/buruknya suatu perbuatan, yang mau atau harus diambil atau tidak diambil.
7) Permainan Balon Meletus untuk pengakraban peserta
Pendamping menyediakan 5-10 balon yang di dalamnya di isi dengan pernyataan yang harus dilakukan oleh peserta misalnya:
a) Meniru 5 jenis suara burung
b) Menyatakan cinta pada orang yang disukai.
c) Bermain peran menjadi seorang motivator (Gaya bebas)
d) Permainan drama mengenai pengambilan keputusan (menyangkut keputusan suara hati).
Aturan permainan: Peserta membentuk sebuah lingkaran, peserta berkeliling dengan menyanyikan lagu “ We are in the train of love”.
“We are in the train of love” We are in the train of love We are in the train of love We are in the train of love fantastis
We are in the train of love
Refren : When I say chaka, when I say chiki. When I say chaka-chaka chiki chaka.
(2)
(15)
When I say chiki, when I say chaka. When I say chiki-chiki chaka chiki.
(Keterangan: Chaka bergerak maju, chiki bergerak mundur. Refren dengan kata chaka ataupun chiki dapat diganti oleh pendamping).
Peserta harus mendengarkan intruksi lagu dari pendamping, jika terdapat peserta yang melakukan kesalahan harus menerima hukuman mengambil balon yang telah disedakan pendamping, lalu dipecahkan. Di dalam balon tersebut terdapat sebuah tulisan yang isinya adalah perintah dan memperagakan apa yang tertulis di dalam balon tersebut. Hal itu dilakukan sebagai bentuk hukuman dari kesalahan selama permainan berlangsung.
b. Sifat-sifat Suara Hati
Suara Hati Bersifat Subjektif:
Pertimbangan akal budi menunjuk pada aspek pribadi, karenanya subjektif. Subjektif bukan berarti perbuatan yang dilakukan bernilai individual, melainkan membuat pelaku tindakan itu menjadi subjek. Pelaku tindakan dengan pertimbangan suara hati akan dapat menyebut tindakan tersebut adalah tindakanku. Akulah yang melakukan. Adapun nilai dari tindakan atas pertimbangan suara hati, jika suara hati tersebut terbina dengan baik, akan selaras dengan norma objektif. Tindakan atas dasar suara hati yang lurus dan benar bernilai objektif.
Suara Hati Bisa Keliru
(3)
(16)
atas apa yang harus dilakukan. Kesalahan itu dapat muncul karena kesalahan orangnya. Kesalahan juga dapat muncul karena ketidaktahuan yang tidak di sengaja, ketidaktahuan yang tidak teratasi. Dalam hal tindakan buruk karena ketidaktahuan yang tak di sengaja tersebut, pelaku tidak dapat dipersalahkan, meskipun tindakan itu tetap dinilai buruk secara objektif.
Suara Hati Bersifat Mutlak
Mutlak di mana ketika seseorang memeriksa pengalaman dengan sungguh-sungguh yaitu pada saat berhadapan dengan suara hati dalam menentukan atau memutuskan untuk melakukan yang baik atau yang buruk, seseorang akan merasa bahwa suara hati akan bersifat mutlak. Tuntutan suara hati tidak dapat dilakukan secara tawar-menawar dan tidak dapat diganggu gugat.
Suara Hati Bukan Suara Tuhan
Mengingat kemutlakkan tersebut orang sering menghubungkan dengan suara Tuhan, bahkan menyebutkan sebagai suara Tuhan. Namun jelas di atas, bahwa suara hati dapat keliru, sedangkan suara Tuhan tidak dapat keliru. Allah tidak langsung membisikkan suaraNya kepada manusia, melainkan manusia harus mencari kebenaran moral. Dialah yang mempertimbangkan entah keinginannya cocok dengan norma/kaidah moral atau tidak, bukannya Allah yang mempertimbangkannya. Namun, sesudah manusia sampai pada kesimpulan bahwa keinginannya baik atau buruk, maka Allah merestui dan mendukung hasil penilaian atau keputusan suara hati tersebut. Dengan demikian, keputusan suara
(4)
(17)
hati manusia naik pangkat menjadi suara Allah, tetapi bukanlah suara Tuhan sejak permulaan
c. Fungsi Suara Hati
Suara hati berfungsi sebagai kesadaran
Memberikan informasi tentang perbuatan baik dan tidak baik dalam situasi kongkret. Informasi tersebut selanjutnya menjadi pertimbangan akan apa yang harus dilakukan.
Suara hati berfungsi sebagai pertimbangan mengapa seseorang melakukan tindakkan tertentu dan bukan tindakkan yang lain.
Dengan pertimbangan suara hati, subjek mampu memilih, memutuskan hal yang harus dilakukan. Memilih berarti berkehendak. Berkehendak menunjukkan bahwa seseorang bebas menentukan. Dengan kehendak bebas itu, suara hati memungkinkan orang untuk mengambil tanggung jawab khususnya kesiapan menanggung resiko dari tindakannya. Jadi suara hati moral sangat berhubungan dengan kemampuan seseorang mengambil tanggung jawab atas tindakannya. Suara hati sebagai pengadilan keputusan atas tindakan yang sudah dilakukan.
Tindakan seseorang dapat menyimpang dari suara hati. Setelah seseorang\bertindak, suara hati mengambil peranan menjadi pengadil apakah tindakan seseorang sesuai atau bertentangan dengan suara hati. Jika tindakan seseorang sesuai dengan suara hati, suara hati akan memberikan pujian, peneguhan yang berupa ketenangan batin.
(5)
(18)
d. Peranan Suara Hati
Suara hati berperan sebagai Moral Sense (kesadaran moral)
Membuat orang mampu membeda-bedakan antara yang baik dan yang jahat. Berperan juga sebagai “guru moral” karena memberikan kejelasan tentang baik atau buruknya suatu tindakan sebelum dilakukan.
Berperan sebagai Sense of Duty (Kesadaran Akan Kewajiban)
Membut kita mampu melakukan apa yang baik dan menolak (tidak melakukan) apa yang jahat. Suara hati memerintahkan supaya perbuatan baik dilakukan dan perbuatan jahat ditolak. Terhadap sense of duty ini, kita selalu harus tunduk kapan dan dimana saja.
Suara hati berperan sebagai saksi tindakkan kita atau sebagai hakim atas perbuatan kita (2 Kor 1:12).
Dalam melakukan suatu perbuatan, suara hati selalu melihat dan memperhatikan kita. Perbuatan yang baik dipuji dan terus diberi semangat untuk melaksanakannya. Hati kita diberi “kebahagiaan murni”, kebahagiaan yang sungguh-sungguh diperoleh atas perbuatan itu, dan bukan karena di puji orang lain. Sedangkan perbuatan yang jahat dicela, dan hati kita menjadi tidak tenang dan damai.
8) Tanya Jawab
Peserta dipersilahkan bertanya sehubungan dengan materi yang disampaikan apabila masih ada hal-ahal yang perlu ditanyakan.
(6)
(19)
9) Gerak dan Lagu
Ku daki-daki, daki-daki Gunung yang tinggi Ku turun-turun, turun-turun lembah yang dalam Ku terbang-terbang luar angaksa
Yesus bersertaku
Di kanan kau ada, di kiri kau ada Di atas dan di bawah kau ada
Di luar kau ada, di dalam pun kau ada Karena Engkau Yesusku.
10)Makan Malam
Peserta bersama pendamping menikmati makan malam yang telah disediakan di ruang makan.