Upaya mencegah aborsi melalui pelajaran agama dengan audio visual bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
viii ABSTRAK
Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan yang terjadi di dunia dewasa ini khususnya kemajuan dalam bidang teknologi. Kemajuan yang sangat pesat inilah yang mampu membuat masyarakat, khususnya remaja untuk bisa mengakses situs-situs yang menyajikan hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang terjadi di sekitar kita yang diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dan pada akhirnya sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.
Audio visual merupakan sarana yang diharapkan mampu menjadi salah satu alat untuk mencegah aborsi di kalangan remaja karena sarana audio visual berisi video-video yang tentunya akan lebih membuat para remaja tersentuh. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk semakin menghargai hidup sehingga mampu mencegah para siswi melakukan aborsi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian mengenai pelajaran agama dengan audio visual sebagai upaya untuk mencegah aborsi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara
probability sampling dan membandingkan antara 2 (dua) kelas sebagai kelas audio visual dan non audio visual serta didukung dengan studi pustaka.
Keseluruhan isi skripsi ini menunjukkan bahwa pelajaran agama dengan audio visual efektif dijadikan sebagai sarana bagi para siswi untuk lebih mengetahui tentang aborsi sehingga dapat menjadi alat untuk mencegah terjadinya aborsi. Audio visual tidak banyak memberikan doktrin atau ide-ide melainkan ingin merangsang perasaan seorang pribadi. Dengan kata lain, pelajaran agama dengan menggunakan audio visual mampu memberikan pengalaman nyata kepada orang yang melihatnya sehingga menumbuhkan self activity atau suatu tindakan yang menanggapi hal tersebut. Pelajaran agama dengan menggunakan media audio visual mampu menyapa hati seseorang, memanggil untuk bertobat, dan mendorongnya untuk bertindak.
(2)
ix ABSTRACT
The thesis entitles THE EFFORD TO PREVENT ABORTION
THROUGH RELIGION EDUCATION USING AUDIO VISUAL FOR
FEMALE STUDENTS IN STELLA DUCE 2 HIGH SCHOOL YOGYAKARTA was chosen due to the fact happening in the world today, especially the development of technology. This rapid development could make people, especially teenagers, to access websites considered taboo. There were disordered sexual habits that happened around us because of porn films and pictures gotten from the internet or VCD. With this easy access, it was easier for people to play on their sexuality that caused many unwanted pregnancy, and at the end, most cases ended with abortion.
Audio visual was one of the facilities that hoped to be one of the ways to prevent abortion among teenagers because audio visual was about videos that would certainly make them easily touched. Based on that fact, this thesis was aimed to help female students in Stella Duce 2 High School Yogyakarta to appreciate lives so it could prevent them from doing abortion.
In the writing process, the researcher conducted a research on religion school subject using audio visual as an effort to prevent abortion in Stella Duce 2 High School Yogyakarta. The method that was used in this research was qualitative research. The sample was taken with probability sampling technique and comparing 2 (two) classes as an audio visual class and a non audio visual class, and supported by literature study.
This whole research showed that the religion education using audio visual was one of the effective ways for the female students to know more about abortion so it could be made as one means to prevent abortion. Audio visual did not give too much theories orideas, but stimulated personal’s feelings. In other words, religioneducation using audio visual could give experiences to people who watched it so it will create self activity or an action that responded on it. The religion education using audio visual as a teaching media could touch to someone’s heart, call someone to repent his/her sin, and motivate someone to do action.
(3)
i
UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA
DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI
DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh :
Anna Titis Widosari NIM : 081124001
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(4)
SKRIPSI
TIPAYA MENCEGAH ABORSI MELALTII PELAJARAN AGAMA I}ENGAN AUDIO YISUAL BAGI PARA SISWI
I}I
SMA STELLA DUCE ? YOGYAKARTABisusun'oleh: AnnaTitis Widosari
Nllvt O81124001
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
(5)
Kekra Sekretaris Anggota
SKRIPSI
TTPAYA MENCEGAH ABORSI METALUI PELA.IARAN AGAMA
DENGAI{ AAiSIO YLSUAL BAEI TARA SISWI DI S*IA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
Dipersiapkaa dan ditulis oleh Anna Titis \Yidosari
NItuI:081124001
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanegal ?7 Februari 2013
Dat dinyatakaq rnemeuuhi sYarat
SUSUNAN PANMA PENGUJI N+qla
: F,X.
HeryatnoWonoWulung SJ,M.Pd:
Yoseph -Kristianto, SFI! I!'l-Pd : 1. Dr- C.B. Kusnaryanto" SCJ2. Y.I:L Bintang Nusantara" SFK MHum 3. Dr. CB" Putrant4 SJ
YogYakarta, 1?
februarl
2oLZFakulas Keguruan dan Iknu Pendidikan Uaiversias Sanata Dharma
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberiku anugerah cinta yang luar biasa yaitu kehidupan..
Santa Anna, pelindungku yang menjadi inspirasiku untuk selalu berusaha dan tidak berhenti berjuang dalam hidupku ini...
Keluargaku, bapak (Andreas Tukiyo), ibu (Anastasia Sri Sumiyati), dan kakak (Albertus Brian Susanto dan Rosalia Rani Widiastuti), yang selalu mengajariku untuk
mencintai, memaknai, dan menghargai kehidupan…
Keponakan kecilku, Michaela Devina Maharani dan Aloysius Drias Destrama (anak sahabatku) sumber inspirasiku menulis skripsi ini..
Melati-melati Stero dan semua perempuan diluar sana, kita semua adalah boneka porselen, keperawanan adalah titipan TUHAN yang kelak harus
dipertanggungjawabkan, begitu juga dengan hidup, sayangilah kehidupan karena kita hanyalah penjaga kehidupan, bukan pemilik kehidupan…
Aku dan seluruh hidupku
(7)
v MOTTO
Tuhan takkan terlambat, juga tak akan lebih cepat. Semuanya DIA jadikan indah tepat pada waktu-Nya. Tuhan dengar doamu, Tuhan tak pernah tinggalkanmu.
Pertolongan-Nya pasti ‘kan tiba tepat pada waktu-Nya (bdk. Pkh 3:11)
I will maintain the utmost respect for human life from it’s begining
(8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwe skripsi yang saya tulls
ini
tidak memrrat karya atau bagian karya orang lain. kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarla, 2J F ebruari 2013
Penulis
(9)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yarg bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
Nomor Mahasisvra
: Anna Titis Widosari : 081 124001
Demi pengembangan ihnu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaa, Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
:
UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DEI.{GAN
ATIDIO
VISUAL
BAGI
PARA SISWI
DI SMA
STELLA DUCE
2YOGYAKARTA
Beserta perangkat ya-ng diperlukan (bira ada). Dengan ,Jemikian sa)/a ,nem'erikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak-untuk nrenyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media
lain,
mengelolanyadalam bentuk
pangkalan ciata, inendtstribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di interneratau media lain untuk kepentingan akacemis tanpa perlu memiiita izin diri saya nraupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencanfumkan nama saya sebagai parulis
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal2T Februari ZOll Yang menyatakan
Ar,na Titis Widosari
(10)
viii ABSTRAK
Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan yang terjadi di dunia dewasa ini khususnya kemajuan dalam bidang teknologi. Kemajuan yang sangat pesat inilah yang mampu membuat masyarakat, khususnya remaja untuk bisa mengakses situs-situs yang menyajikan hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang terjadi di sekitar kita yang diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dan pada akhirnya sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.
Audio visual merupakan sarana yang diharapkan mampu menjadi salah satu alat untuk mencegah aborsi di kalangan remaja karena sarana audio visual berisi video-video yang tentunya akan lebih membuat para remaja tersentuh. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk semakin menghargai hidup sehingga mampu mencegah para siswi melakukan aborsi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian mengenai pelajaran agama dengan audio visual sebagai upaya untuk mencegah aborsi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara
probability sampling dan membandingkan antara 2 (dua) kelas sebagai kelas audio visual dan non audio visual serta didukung dengan studi pustaka.
Keseluruhan isi skripsi ini menunjukkan bahwa pelajaran agama dengan audio visual efektif dijadikan sebagai sarana bagi para siswi untuk lebih mengetahui tentang aborsi sehingga dapat menjadi alat untuk mencegah terjadinya aborsi. Audio visual tidak banyak memberikan doktrin atau ide-ide melainkan ingin merangsang perasaan seorang pribadi. Dengan kata lain, pelajaran agama dengan menggunakan audio visual mampu memberikan pengalaman nyata kepada orang yang melihatnya sehingga menumbuhkan self activity atau suatu tindakan yang menanggapi hal tersebut. Pelajaran agama dengan menggunakan media audio visual mampu menyapa hati seseorang, memanggil untuk bertobat, dan mendorongnya untuk bertindak.
(11)
ix ABSTRACT
The thesis entitles THE EFFORD TO PREVENT ABORTION
THROUGH RELIGION EDUCATION USING AUDIO VISUAL FOR
FEMALE STUDENTS IN STELLA DUCE 2 HIGH SCHOOL YOGYAKARTA was chosen due to the fact happening in the world today, especially the development of technology. This rapid development could make people, especially teenagers, to access websites considered taboo. There were disordered sexual habits that happened around us because of porn films and pictures gotten from the internet or VCD. With this easy access, it was easier for people to play on their sexuality that caused many unwanted pregnancy, and at the end, most cases ended with abortion.
Audio visual was one of the facilities that hoped to be one of the ways to prevent abortion among teenagers because audio visual was about videos that would certainly make them easily touched. Based on that fact, this thesis was aimed to help female students in Stella Duce 2 High School Yogyakarta to appreciate lives so it could prevent them from doing abortion.
In the writing process, the researcher conducted a research on religion school subject using audio visual as an effort to prevent abortion in Stella Duce 2 High School Yogyakarta. The method that was used in this research was qualitative research. The sample was taken with probability sampling technique and comparing 2 (two) classes as an audio visual class and a non audio visual class, and supported by literature study.
This whole research showed that the religion education using audio visual was one of the effective ways for the female students to know more about abortion so it could be made as one means to prevent abortion. Audio visual did not give too much theories orideas, but stimulated personal’s feelings. In other words, religioneducation using audio visual could give experiences to people who watched it so it will create self activity or an action that responded on it. The religion education using audio visual as a teaching media could touch to someone’s heart, call someone to repent his/her sin, and motivate someone to do action.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Terima kasih Bapa, terima kasih Yesus, terima kasih Roh Kudus, terima kasih Bunda Maria, dan terima kasih Santa Anna! Syukur tiada henti-hentinya keluar di hadapan tahta-Mu atas terselesaikannya skripsi ini. Memang, hidup adalah suatu keindahan yang harus dikagumi dan suatu janji yang harus dipenuhi! Inilah yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan sebuah pemikiran selama penulis belajar kateketik selama 4 tahun. Sungguh suatu anugerah cinta luar biasa yang telah penulis dapatkan dari Tuhan Yesus karena dengan segala jerih payah, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Mencegah Aborsi Melalui Pelajaran Agama Dengan Audio Visual Bagi Para Sisiwi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”.
Skripsi ini ditulis berawal dari keprihatinan penulis akan pergaulan di jaman ini yang terlampau bebas di mana norma-norma pergaulan tidak lagi mampu memberikan acuan dalam menentukan bagaimana seharusnya bergaul. Banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas yang mengarah padafree seks yang berujung dengan kasus aborsi. Hal ini memperlihatkan pada kita semua akan kurangnya penghargaan terhadap hidup manusia, khususnya kehidupan yang berawal dari dalam rahim seorang perempuan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sungguh mengalami kasih Tuhan, meskipun pada kenyataannya penulis juga mengalami begitu banyak tantangan dan hambatan yang cukup melelahkan, namun semuanya itu menyadarkan penulis kembali
(13)
xi
akan penyertaan Tuhan secara khusus dalam panggilan dan penghayatan penulis sebagai calon pewarta yang sejati. Segala tantangan dan hambatan yang penulis rasakan dapat teratasi dengan bantuan, dukungan, kerjasama, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada :
1. Dr. C.B.Kusmaryanto, SCJ, selaku dosen pembimbing utama yang dengan setia dan sabar selalu meluangkan waktu, pikiran, tenaga, doa, dan motivasi kepada penulis. Terima kasih untuk proses bimbingan selama ini, khususnya untuk kritik dan masukannya sehingga penulis merasa semakin mampu mencintai skripsi ini dari awal hingga akhir penulisan.
2. Drs. HJ. Suhardiyanto, SJ, dan Bpk Y.H Bintang Nusantara, SFK M.Hum selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak perhatian dan pendampingan baik selama penulisan skripsi ini maupun selama proses studi di kampus yang penulis cintai ini.
3. Dr. CB. Putranta, SJ, selaku dosen penguji skripsi yang selalu memberi dukungan dan usulan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Sr. Fidelis Budiriastuti, CB selaku kepala SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
5. Bapak Antonius Yogi Nugraha S.Pd dan Ibu Vincencia Siwi Sri Dinarti, S.pd selaku guru Agama dan guru BK di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Terima kasih telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis selama melaksanakan penelitian di sekolah.
(14)
xii
6. Melati-melati Stero angkatan 2012, khususnya kelas XE dan XA yang telah membantu penulis untuk bersama-sama belajar dalam proses penyelesaian skripsi ini. Melalui pengalaman ini, penulis sungguh menerima banyak masukan, saran, serta peneguhan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
7. Segenap staf dosen, sekretariat, perpustakaan, dan karyawan IPPAK-USD dan Kolsani yang telah begitu banyak melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian, dukungan, bimbingan, doa, serta senyuman yang selalu menguatkan penulis menjalani proses studi di kampus IPPAK.
8. Keluarga yang sangat penulis cintai: bapak, ibu, kakak, dan keponakan kecilku, yang semakin hari semakin membuatku mencintai dan mengagumi hidup.
9. Sahabat-sahabatku di IPPAK angkatan 2008 yang selalu memberikan warna, dorongan, dan semangat untuk tidak kenal lelah dalam berjuang terutama dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sampai jumpa di lain kesempatan!
10. Dua sahabat sepanjang masaku : Maria Eka Savitri dan Priscilia Lukma Dihartati yang selalu menjadi tempat berteduh dan selalu memberikan kekuatan serta harapan disaat hati ini mulai merasa lelah, hampir menyerah, dan merasa tak mampu.
11. Para sahabat : Ayu, Iwul, Br. Rony FC, Fr. Dwi OFM, Fr. Charlest OFM, keluargaku di novisiat OP secara khusus Sr. Rosiana OP dan adek Anna OP yang selalu mengingatkanku untuk tidak pernah berhenti berjuang dalam memperjuangkan hidup yang telah diberikan Tuhan serta yang selalu mengingatkanku untuk tidak pernah berhenti berjalan bersama DIA.
(15)
12. Rekan-rekan guru dan murid-muridku di SD Kanisius Kumendaman. Bersama kalian aku semakin mampu melihat bahwa hidup
ini
indah dan layak untuk ciisyukuri.13' Dan siapa saja yang selama ini telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi
ini yang tidak mampu penulis sebutkan satu per satu, tanpa kalian semua aku bukan apa-apa. Terima kasih!
Segala bantuan, duk^ungan, dan doa ini semakin menyadarkan bahwa penulis hanyalah alat Tuhan sehingga pcnulis harus selaiu mengandalkan segala hal kepada
Tuhan,
di
mana semuanyaitu
dilakukan demi kemuliaan narna-Nya ,,Dia harus semakin besar, tapi aku harus semakin kecil". Semoga skripsi ini dapat memberikan insoirasi dan pengetahuan baru bagi siapa saja terutama para remaja untuk semakin mencintai kehidupan yang telah diberikan Tuhan kepada manusia.Yogyakafta,27
Anna Titis Widosari Februari 2C13
Penulis
+
(16)
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO . ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR . ... x
DAFTAR ISI... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penulisan ... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penulisan ... 10
D. Manfaat Penulisan. ... 11
E. Metode Penulisan ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II. ABORSI DAN PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL... 14
A. Aborsi ... 14
1. Pengertian Aborsi ... 14
2. Sejarah Aborsi... 16
3. Macam-macam Aborsi... 18
a. AborsiProvocatus... 19
b. AborsiTherapeutic/ Medicalis... 19
(17)
xv
d. AborsiEugenetik... 20
e. Aborsi Langsung-Tak Langsung ... 20
f. Selective Abortion ... 20
4. Pro dan Kontra Aborsi... 21
a. Pro-life ... 21
b. Pro-Choice... 22
5. Akibat Aborsi ... 22
6. Situasi di Indonesia... 25
a. Kode Etik Kedokteran Indonesia ... 26
b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ... 26
c. UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 ... 27
7. Ajaran Gereja Mengenai Aborsi... 29
a. Gaudium et Spes ... 29
b. Declaratio De Abortu Procurato... 30
c. Kitab Hukum Kanonik... 30
d. KatekismusGereja Katolik ... 32
e. Evangelium Vitae ... 32
B. Pelajaran Agama di Sekolah... 33
1. Hakikat Dasar dan Tujuan PAK di Sekolah ... 33
2. Model PAK ... 34
a. Model Transmisi atau Transfer... 34
b. Model Yang Berpusatkan Pada Hidup Peserta ... 34
c. Model Praksis ... 35
d. Model Pendidikan Yang Bersifat Estetis ... 35
C. Audio Visual... 35
1. Pengertian Audio Visual ... 35
(18)
xvi
BAB III. PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI
DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 40
A. Gambaran Umum Situasi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta... 40
1. Sejarah Singkat SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 40
2. Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 41
B. Metodologi Penelitian... 42
1. Jenis Penelitian ... 42
2. Tempat dan Waktu Penelitian... 43
3. Populasi dan Sampel... 43
4. Teknik Pengumpulan Data... 44
5. Instrumen Penelitian ... 44
6. Teknik Analisis Data ... 45
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 45
C. Hasil Penelitian ... 51
1. Kelas Non Audio Visual ... 51
2. Kelas Audio Visual ... 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 54
A. Pemahaman Siswi Di Kelas Non Audio Visual ... 54
B. Pemahaman Siswi Di Kelas Audio Visual ... 55
C. Rangkuman Hasil Penelitian... 55
BAB V. USULAN PROGRAM PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENCEGAH ABORSI BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 60
A. Latar Belakang Pemilihan Program ... 60
(19)
xvii
C. Uraian Tema dan Tujuan ... 66
D. Penjabaran Program... 68
E. Contoh Persiapan Program ... 75
F. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 85
BAB VI. PENUTUP ... 86
1. Kesimpulan ... 86
2. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN... 177
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)
Lampiran 2 : Kuisioner... (2)
Lampiran 3 : Seksualitas Sebagai Anugerah Allah ... (4)
Lampiran 4 : Aborsi? Gak banget dech! ... (9)
(20)
xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Katolik dengan pengantar dan catatan lengkap. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Katolik). Ende:Arnoldus.2003.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus ke II tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
EN : Evangelii Nuntiandi, Ajakan Apostolik Paus Paulus VI tentang pewartaan Injil dalam dunia Moderen, 8 Desember 1975.
GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember, 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Januari 1983.
(21)
xix
EV : Evangelium Vitae, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang nilai hidup manusiawi yang tak dapat diganggu gugat, 25 Maret 1995.
C. Singkatan Peralatan Media Komunikasi 1. LCD : Liquid Christal Display
2. HP : Hand Phone
3. VCD : Video Compact Disc 4. DVD : Digital Video Disc 5. TV : Televisi
6. AV : Audio Visual
D. Singkatan dalam Dunia Pendidikan
1. RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Wkt : Waktu
3. Idk : Indikator
4. SPG : Sekolah Pendidikan Guru 5. PAK : Pendidikan Agama Katolik
E. Singkatan dalam Dunia Kesehatan 1. KB : Keluarga Berencana
(22)
xx 3. AMA : American Medical Assosiation 4. PAS : Post Abortion Syndrome
5. Kodeki : Kode Etik Kedokteran Indonesia 6. HIV : Human Immunodeficiency Virus
F. Singkatan Lain
1. BKkBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2. Bdk : Bandingkan
3. Art : Artikel
4. KUHP : Kitab Undang Hukum Pidana
(23)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi di dunia ini mengalami kemajuan yang sangat cepat. Penerapan teknologi di setiap aspek kehidupan sudah dianggap sebagai suatu kebutuhan. Manusia hidup dalam jaman komunikasi yang sangat baru dan mempunyai dampak yang permanen dalam cara orang mendengarkan. Menurut Black Jay dan Frederick Whitney sebagaimana dikutip Iswarahadi, komunikasi merupakan proses di mana masing-masing individu terlibat dalam tukar menukar makna. Dalam proses itu seorang individu (komunikator) menyampaikan stimulus (rangsangan) untuk mengubah perilaku individu lain. Komunikasi terjadi apabila informasi beralih dari satu tempat ke tempat lain. Komunikasi tidak hanya terdiri dari penyampaian pesan secara verbal, langsung, dan dengan maksud tertentu, melainkan juga semua proses di mana orang saling mempengaruhi satu sama lain. Kegiatan komunikasi antar manusia harus dimengerti sebagai proses yang membutuhkan setidak-tidaknya dua unsur, yaitu peristiwa di luar individu (stimulus) dan individu yang bereaksi. Ada pengirim dan penerima pesan. Reaksi dari penerima disebut feedback (Iswarahadi, 2010:19-20).
Perkembangan teknologi saat ini sudah dapat dirasakan manfaatnya dalam segala aspek kehidupan, khususnya dalam dunia pendidikan. Jika dulu media mengajar hanya dapat menggunakan papan tulis dan buku panduan, kini sarana LCD,
(24)
laptop, loudspeaker, dan sebagainya sudah bisa digunakan. Tentu hal tersebut sangat membantu siswa untuk lebih memahami suatu materi dalam proses pembelajaran daripada siswa yang hanya mendengarkan dan membaca buku panduan.
Namun tidak bisa dipungkiri perkembangan teknologi sedemikian rupa juga mempunyai dampak negatif. Misalnya saja dengan adanya internet dan hand phone (HP) yang bisa menjelajah dunia maya yang banyak memuat situs-situs porno. Kemudahan ini menjadikan semua orang bisa mengakses dan melihat semua hal yang selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang terjadi diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dan sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.
Kemajuan teknologi dalam setiap aspek kehidupan ini tentunya juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang biasanya hanya diisi dengan bercerita atau ceramah saja kini sudah dapat memakai audio visual. Misalnya saja untuk mengangkat suatu tema tertentu dapat digunakan sarana film atau video yang mengarah ke tema. Tentunya dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan bahwa proses penmbelajaran lebih mudah dipahami dan menarik daripada hanya mendengarkan atau ceramah saja. Gereja Katolik pun juga menyadari bahwa perkembangan alat-alat teknologi ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam hidup manusia. Maka, Gerejapun ingin memanfaatkannya dalam usaha pewartaan
(25)
iman bagi sesama manusia. Gereja justru merasa bersalah jika tidak menggunakan alat-alat yang luar biasa ampuh ini (bdk Evangelii Nuntiandi art. 45).
Untuk memanfaatkan perkembangan jaman yang semakin pesat inilah dapat digunakan audio visual. Audio visual bukan hanya gagasan yang diungkapkan dalam gambar dan musik. Audio visual merupakan perpanjangan elektronik getaran pribadi seseorang, merupakan perpanjangan elektronik seluruh pengalaman seseorang (Adisusanto, 1980:8). Media audio visual merupakan perpaduan antara media audio dan media visual. Media audio adalah media yang hanya bisa dinikmati oleh indera pendengar, sedangkan media visual adalah media yang hanya bisa dinikmati oleh indera penglihat. Yang termasuk dalam audio visual adalah televisi, video, film, dan lain sebagainya. Beberapa media yang dapat digolongkan ke dalam media audio visual antara lain VCD, DVD, televisi, video, kaset, film, dan sebagainya yang dapat mengajak para penonton untuk berimajinasi dan berefleksi.
Di tengah situasi jaman yang semakin mengalami kemajuan yang pesat inilah, sering terdengar dan terlihat pemberitaan di media massa, baik di koran, majalah, radio, dan televisi tentang ditemukannya bayi di tempat sampah, di jalan, di WC umum, sungai, depan rumah atau klinik yang dengan sengaja ditinggalkan. Selain itu juga, ada pula pemberitaan mengenai kematian wanita akibat aborsi yang dilakukannya. Meskipun di Indonesia aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum (ilegal), tidak berarti Indonesia mutlak memberikan aturan untuk tidak boleh sama sekali melakukan aborsi. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Pasal 75 ayat (1) dan (2), mengatakan bahwa aborsi pada dasarnya tidak
(26)
diperbolehkan, kecuali mengancam nyawa ibu atau janin, dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis asal sudah mendapatkan konseling. Selanjutnya dalam pasal 76, dijabarkan kriteria-kriteria dimana aborsi diperbolehkan. Kriteria tersebut antara lain sebelum kehamilan berumur 6 minggu kecuali dalam hal kedaruratan medis, hanya boleh ditangani oleh tenaga kesehatan yang bersertifikat dan diberi kewenangan, kemudian kriteria yang lain harus ada ijin dari wanita yang bersangkutan dan suami (kecuali korban perkosaan).
Berdasarkan data dari BKkBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia, berarti ada sekitar 2 juta nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu (http://www.aborsi.org/statistik.htm). Jumlah aborsi ini tentu saja cukup mencengangkan sebab angka ini hampir mendekati angka aborsi di Amerika Serikat, salah satu negara yang melegalkan aborsi (3 juta aborsi tiap tahunnya dengan jumlah penduduk sekitar 300 juta). Yang lebih memprihatinkan lagi bahwa 30% - 50% dari perempuan yang melakukan aborsi di Indonesia meninggal karenanya (dr Angela N. Abidin, MARS dalam Tolak Aborsi, Kusmaryanto, 2005:163).
Di Indonesia sendiri terdapat obat-obatan (ramuan) tradisional yang berkhasiat untuk menggugurkan kandungan. Saat ini, obat-obatan tersebut diberi merk semenarik mungkin dan didaftarkan di Departemen Kesehatan serta diiklankan dengan terbuka. Misalnya saja jamu pelancar datang bulan dan jamu terlambat datang bulan. Tentu saja ada jamu yang benar-benar memperlancar datang bulan tetapi juga ada jamu yang sebenarnya menggugurkan kandungan. Begitu juga banyaknya dukun dengan
(27)
pengalamannya mengurut wanita hamil untuk menggugurkan kandungan. (Kusmaryanto, 2004:36). Biaya aborsi di beberapa klinik yang masih diilegalkan sekitar 5 juta, sedangkan biaya layanan aborsi yang aman dengan fasilitas pendukung yang memadai hanya membutuhkan biaya sekitar 600 ribu. Praktek aborsi di klinik-klinik tersebut belum terjamin keamanannya karena memang tidak tersedia layanan aborsi.(http://nasional.kompas.com/read/2008/08/29/04170024/biayaaborsisebenarnya .hanya.Rp.600ribu ). Tentu hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Kesehatan no. 36 tahun 2009 pasal 73 dimana dalam pasal ini pemerintah menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman dan bermutu bagi masyarakat. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa dunia saat ini kurang memberikan penghargaan terhadap hidup manusia. Memang frekuensi terjadinya kasus aborsi sangat sulit dihitung secara akurat karena kejadian tersebut sangat sering terjadi tanpa dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi sehingga perlu penanganan di Rumah Sakit.
Aborsi (abortion) berasal dari bahasa latin abortio dimengerti sebagai suatu tindakan pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang melakukan aborsi, seperti misalnya faktor ekonomi. Faktor ekonomi ini menyangkut perkiraan tentang besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memelihara anak. Kemudian faktor yang lainnya adalah kegagalan KB yang meskipun pada awalnya para pelaku aborsi sebenarnya telah berupaya membatasi jumlah anak mereka. Selain faktor ekonomi dan kegagalan KB, ada pula faktor lain yaitu jarak
(28)
kelahiran yang terlalu rapat, jumlah anak yang cukup banyak, merasa terlalu tua untuk melahirkan, dan lain sebagainya. Faktanya yang melakukan aborsi menurut Prof. Dr. Sudraji Sumapraja, seorang ahli kebidanan dan kandungan, sebagian besar pelakunya (99,7%) adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah. Sementara itu menurut Biran Affandi, ketua umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengatakan bahwa 89% yang melakukan aborsi adalah ibu-ibu yang sudah menikah, sedangkan jumlah mereka yang belum menikah hanya 11%. Dari 11% yang belum menikah itu terdiri atas 45% yang akan menikah dan 55% belum berencana menikah. (Kusmaryanto, 2005:45-46).
Seharusnya aborsi tidak layak dilakukan dalam rangka mencegah bertambahnya anak sebab untuk maksud itu ada begitu banyak cara yang sama sekali tidak bersifat menggugurkan. Aborsi tidak layak dilakukan untuk mencegah rasa malu atau kemiskinan, sebab rasa malu dan kemiskinan dapat dipecahkan dengan cara-cara lain yang lebih terpuji, tanpa pengguguran sama sekali. Meskipun demikian, ada jenis aborsi yang diperbolehkan dalam kasus tertentu misalnya konflik frontal antara nyawa ibu dan bayinya. Prinsip dalam aborsi ini adalah menyelamatkan yang paling mungkin diselamatkan. Jika ibunya yang paling mungkin diselamatkan, maka ibunya yang harus diselamatkan, tetapi jika bayinya yang mungkin diselamatkan, maka bayinya yang harus diselamatkan.
Memang keputusan untuk melakukan aborsi atau tidak, bukanlah suatu pilihan yang mudah. Misalnya dalam kasus pemerkosaan atau hamil di luar nikah yang dianggap membawa aib bagi keluarga. Jika dihadapkan pada situasi seperti itu,
(29)
terkadang membuat orang kehilangan akal sehatnya dan merasa bahwa aborsi merupakan satu-satunya cara yang harus dan bisa dilakukan.
Kaum muda memiliki rasa keingintahuan yang besar yang terkadang membuat mereka mencoba melakukan sesuatu karena penasaran tanpa memikirkan akibat atau dampak yang ditimbulkannya. Tidak jarang pula kita menemui kaum muda terjerumus dalam pergaulan bebas, yang mana membuat mereka mengenal narkotika, tawuran, seks bebas, dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kaum muda adalah generasi penerus dan masa depan bangsa dan Gereja. Jika mereka tidak mendapatkan pendampingan dan arahan memadai, masa depan akan hancur bahkan moral bangsa menjadi nol. Dalam Pedoman Pastoral Keluarga KWI 2011 dikatakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dan berkewajiban untuk memberi pendidikan iman dan moral kepada anak-anak mereka (bdk art 30). Tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang tua memberikan pengetahuan moral kepada anak-anak mereka terutama dalam masalah seksualitas. Seksualitas dianggap sebagai hal yang tabu terutama jika dibicarakan secara terang-terangan.
Adapun penulis memilih para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta karena para siswi termasuk dalam kaum muda yang membutuhkan arahan dan dampingan yang mampu membuat mereka menemukan jati diri sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal di atas. Pengetahuan mengenai masalah moral, seks, dan etika pergaulan perlu mereka dapatkan dan ketahui mengingat usia mereka yang sudah pantas dan perlu tahu tentang akibat-akibat dari pergaulan bebas maupun aborsi. Selain hal tersebut juga karena latar belakang para siswi berbeda-beda terutama dalam
(30)
pendidikan seksualitas dalam keluarga. Ada orang tua yang memberikan pendidikan seksualitas kepada anaknya, tetapi juga ada yang menganggapnya sebagai hal yang tabu. Arahan atau pendampingan semacam inilah dirasakan sangat penting untuk mencegah adanya tindakan aborsi bagi para siswi. Jika ada siswi yang melakukan tindak aborsi, maka dia akan menerima sanksi yang cukup berat dari sekolah yakni dikembalikan kepada orang tuanya, atau meminta siswi untuk mengundurkan diri dari sekolah.
Melalui pembelajaran pelajaran Agama dengan menggunakan audio visual, para siswi diberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai aborsi itu sendiri misalnya dengan menggunakan film yang menceritakan tentang aborsi. Dengan pemanfaatan media audio visual inilah, diharapkan ajaran-ajaran iman lebih mudah ditangkap dan dipahami. Tidak hanya terbatas melalui film saja, buku-buku, majalah, dan bacaan-bacaan tentang aborsi dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan sarana untuk memperluas wawasan guna meningkatkan pemahaman mereka terhadap aborsi dan arti dari sebuah kehidupan.
Bahasa audio visual bukan pertama-tama memberikan kesempatan pada kita untuk menyampaikan kata-kata yang teliti, tetapi untuk menyampaikan pengalaman secara menyeluruh. Bahasa audio visual tidak begitu banyak memberikan doktrin atau ide-ide, melainkan ingin merangsang perasaan seorang pribadi. Pendek kata, melalui bahasa audio visual kita tidak mau mengungkapkan suatu ide tetapi mau menyampaikan pengalaman pribadi kepada orang lain. Tetapi harus kita akui bersama bahwa bahasa audio visualpun memiliki keterbatasan. Bahasa audio visual menuntut
(31)
kreatifitas, affektivitas, dan kesadaran yang kritis. Jelas bahwa dalam hal ini unsur subjektifitas sangat besar dan memegang peranan yang pokok.
Pierre Babin OMI, professor komunikasi audio-visual dari Crec AVEX, Catholic University of Lyon, Prancis dalam bukunya The New Era in Religious Communication sebagaimana dikutip oleh Iswarahadi, menegaskan bahwa televisi lebih mengutamakan bahasa simbolis daripada bahasa konseptual. Bahasa simbolis adalah bahasa yang menggoda, menggetarkan emosi sebelum akhirnya ia berfungsi menerangkan. Bahasa simbolis menggerakkan bukan hanya roh, tetapi juga hati dan tubuh kita. Bahasa simbolis adalah bahasa yang penuh resonansi, ritme, cerita, imaginasi, sugesti dan koneksi (Iswarahadi, 2010:23). Dengan pemanfaatan media audio visual inilah diharapkan ajaran-ajaran iman dapat lebih mudah ditangkap dan dipahami oleh para siswi.
Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi “UPAYA MENCEGAH
ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI
PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Keprihatinan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah terjadinya praktek aborsi yang dilakukan anak SMA sebagai akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang menjadi perhatian penulis adalah :
(32)
2. Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai aborsi?
3. Seberapa besar efektivitas audio visual dalam memberi pemahaman dan
pencegahan siswi melakukan aborsi?
4. Program apakah yang dapat membantu para siswi di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta untuk mencegah aborsi?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai pada penulisan ini adalah :
1. Memberikan pengertian dan pengetahuan yang benar mengenai aborsi dengan segala dampak yang ditimbulkannya.
2. Memaparkan ajaran Gereja Katolik mengenai aborsi agar semakin menghormati martabat hidup manusia.
3. Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas audio visual dalam memberi pemahaman dan pencegahan siswi untuk melakukan tindakan aborsi.
4. Mencari program pendampingan yang dapat membantu para siswi di SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta untuk mencegah tindakan aborsi.
5. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) di Program Studi Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
(33)
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang hendak dicapai pada penulisan ini adalah :
1. Akademis
Tulisan ini akan memberikan pengetahuan mengenai aborsi dan seberapa besar efektivitas penggunaan audio visual dalam memberikan pengetahuan dan pencegahan tindakan aborsi.
2. Praktis
Tulisan ini diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi bagaimana mencegah agar tidak terjadi tindakan aborsi serta mampu memberikan usulan pembelajaran yang menarik yaitu dengan menggunakan sarana audio visual untuk mencegah aborsi.
3. Bagi Diri Sendiri
Tulisan ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan dan keterampilan penulis dalam penggunaan sarana audio visual sebagai usaha untuk memberikan pemahaman dan pencegahan tindakan aborsi.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis, di mana metode ini merupakan suatu metode yang menggambarkan, memaparkan, menjelaskan, dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga dapat memperoleh pemecahan masalah yang tepat. Untuk memperoleh data yang lengkap, penulis menggunakan kuisioner. Jenis kuesioner yang digunakan bersifat tertutup dan terbuka.
(34)
Selain itu juga penulis menggunakan sumber-sumber kepustakaan yang dapat mendukung judul skripsi yang ditulis dalam studi pustaka.
F. Sistematika Penulisan
Judul yang dipilih adalah “Upaya Mencegah Aborsi Melalui Pelajaran Agama Dengan Audio Visual Bagi Para Siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”. Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam enam bab. Adapun perincian sebagai berikut : Bab I : Diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang
permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II :Terdiri dari tiga bagian, bagian pertama menguraikan kajian pustaka mengenai pengertian aborsi, macam-macam aborsi, pandangan mengenai aborsi, akibat yang ditimbulkan, dan ajaran Magisterium mengenai aborsi. Bagian kedua berisi tentang Pelajaran Agama di sekolah yang meliputi hakikat dasar Pelajaran Agama di sekolah, metode dan model Pelajaran Agama di sekolah, dan peranan pelajaran Agama di sekolah. Bagian ketiga berisi tentang pengertian audio visual dan contoh-contoh audio visual..
Bab III : Memaparkan hasil penelitian yang penulis peroleh lewat perbandingan kelas audio visual dan non audio visual yang telah dilakukan kepada siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
Bab IV : Pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian. Penulis juga membuat perbandingan pemahaman aborsi para siswi sebelum dan sesudah
(35)
menggunakan audio visual dengan melakukan pre-test dan post-test pada 2 (dua) kelas yang berbeda.
Bab V :Berisi tentang usulan program pendampingan dalam rangka mencegah tindakan aborsi bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang meliputi pemikiran dasar, situasi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, penjabaran program pendampingan bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, dan contoh penjabaran satuan persiapan.
Bab VI : Berisi tentang penutup yang mengemukakan kesimpulan dan saran sebagai masukan.
(36)
BAB II
ABORSI DAN PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL
A. Aborsi
1. Pengertian Aborsi
Aborsi berasal dari bahasa latin abortio yang berarti pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan. Secara medis janin bisa hidup di luar kandungan pada umur 24 minggu. Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian, sedangkan pengeluaran janin sesudah umur 24 minggu dan mati tidak disebut aborsi lagi melainkan pembunuhan bayi (infanticide). Dalam terminologi moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian (Kusmaryanto, 2005: 15). Umur janin bisa hidup diluar kandungan ini ada yang memberi batas 20 minggu tetapi ada pula yang memberi batas 24 minggu atau sampai awal trimester ketiga. Dengan kata lain, “pengeluaran” itu dimaksudkan dengan keluarnya janin dilakukan secara sengaja oleh campur tangan manusia, baik melalui alat mekanik, obat, atau cara lainnya. Oleh karena janin itu dikeluarkan secara sengaja dengan campur tangan manusia, maka aborsi jenis ini biasanya dinamai procured abortion atau abortus provocatus atau aborsi yang disengaja. Sedangkan dalam istilah moral tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah janin bisa hidup di luar kandungan (viabiliti).
(37)
Secara moral, aborsi berarti pengeluaran janin secara sengaja yangmengakibatkan kematian si janin yang terjadi sejak pembuahan sampai pada kelahirannya.
Ada 2 (dua) macam kejadian yang dapat menghentikan kehamilan yakni aborsi spontan (abortus spontaneus) di mana aborsi ini terjadi secara alami tanpa intervensi tindakan medis, dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus) di mana aborsi ini terjadi melalui tindakan medis baik dengan obat-obatan atau tindakan bedah. Dalam bahasa Indonesia, abortus provocatus sering disebut dengan pengguguran kandungan dan abortus spontaneus sering disebut sebagai keguguran. Terkadang abortus spontaneus disebabkan oleh penyakit, sehingga setelah diobati memungkinkan lagi kehamilan baru. Tetapi sering kali abortus spontaneus tidak mempunyai sebab yang jelas. Dengan begitu secara moral abortus spontaneus tidak masalah. Sebaliknya, abortus provocatus adalah pembunuhan terhadap makhluk insani yang dilakukan oleh manusia sehingga hal tersebut sangat berlawanan dengan moral dan hukum.
Aborsi dapat dilakukan dengan cara meminum obat-obatan tertentu dengan tujuan mengakhiri kehamilan, bisa juga dengan mengunjungi para pelaku aborsi seperti dokter atau dukun untuk mengeluarkan janin yang ada di dalam rahimnya baik melalui proses penyedotan atau dengan melebarkan leher rahim dan menguret isinya. Dipandang dari segi medis-teknis, aborsi paling mudah dilakukan dalam trimester pertama kehamilan. Pada usia janin 7-12 minggu metode yang digunakan adalah kuret isap (suction curettage), di sini cukup jika hanya memakai anestesi lokal dalam serviks. Pada umur 12-20 minggu biasanya memakai metode dilatasi (dilation and evacuation atau D & R), Metode ini lebih berat karena harus disertai dengan anestesi
(38)
total. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh klinikus yang terampil. Metode lain lagi yang sering dipakai sesudah minggu ke-20 adalah instillation abortion di mana cairan yang mematikan si fetus disuntikkan ke dalam rongga amnion, lalu isi rahim dikeluarkan secara alami. Aborsi yang dilakukan diatas trimester kedua biasanya dilakukan di rumah sakit agar setiap terjadi komplikasi dapat segera ditangani.
Metode aborsi yang masih agak baru adalah pil aborsi atau RU-486 (mifepristone) yang ditemukan di Perancis dan mulai dipakai di sana sejak tahun 1988. RU-486 ini dianggap efektif guna mengaborsi kehamilan sampai 7 minggu sejak menstuasi terakhir. Perempuan harus mengunjungi dokter sebanyak 3 kali. Pada kunjungan pertama, seorang perempuan mendapatkan obat yang memblokir hormon progesteron sehingga embrio mati. Dua hari kemudian dia harus ke dokter lagi agar memperoleh obat yang mengakibatkan kontraksi dalam rahim, sehingga embrio akan keluar secara alami. Sesudah tiga minggu kunjungan terakhirnya dia harus ke dokter lagi untuk memastikan bahwa aborsi berlangsung dengan lengkap. Metode pil aborsi lebih menjamin privacy bagi si perempuan, karena dia tidak perlu ke klinik untuk menjalani prosedur bedah. Secara psikologis metode ini lebih dekat dengan keguguran yang spontan.
2. Sejarah Aborsi
K. Bertens (2002:4) dalam bukunya Aborsi Sebagai Masalah Etika, mengatakan bahwa aborsi bukanlah masalah baru bagi kita saat ini karena sepanjang sejarah umat manusia, aborsi dan infanticide (pembunuhan anak kecil) sering ditemukan di
(39)
berbagai tempat. Aborsi hampir selalu dipraktekkan di luar profesi medis atau para “dukun”, sebab kondisi kehamilan yang normal saat itu tidak dilihat sebagai wilayah profesi medis. Para dokter hanya menangani orang sakit, sedangkan ibu hamil tidak dianggap sebagai orang sakit. Baru pada abad ke-19 kehamilan mulai diterima sebagai kondisi medis yang perlu ditangani oleh dokter.
Sikap anti aborsi ini berasal dari Sumpah Hippokrates yang kemudian menjadi unsur fundamental dalam etika kedokteran sampai saat ini. Para sejarawan mencatat lagi bahwa dalam hal ini Sumpah Hippokrates jelas berseberangan dengan tata nilai yang menandai masyarakat Yunani pada saat itu. Dalam kalangan Yunani kuno, aborsi dan pembunuhan anak kecil diterima tanpa keberatan dan ramai dipraktekkan. Bagi Hippokrates, kehidupan manusia merupakan suatu nilai yang suci.
Profesi medis sendiri dengan tegas menolak aborsi. Suara para dokter berkumandang dengan lebih jelas sejak mereka berhimpun dalam organisasi profesi yang resmi, misalnya AMA (American Medical Assosiation) yang didirikan pada tahun 1847 mengeluarkan pernyataan anti aborsi yang cukup keras, di mana sikap ini menandai juga ikatan-ikatan dokter yang terbentuk di negara-negara lain dan membawa dampak yang cukup kuat atas kebijakan negara masing-masing. Peraturan hukum anti aborsi di banyak negara baru disusun pada abad ke-19.
Setelah berabad-abad lamanya Sumpah Hippokrates menjadi pegangan etis untuk profesi kedokteran dalam bentuk aslinya, baru sesudah Perang Dunia II Sumpah Hippokrates dirumuskan kembali. Deklarasi Jenewa yang dikeluarkan oleh Asosiasi Kedokteran Dunia (WMA) pada tahun 1948, merupakan upaya untuk menuangkannya
(40)
dalam bentuk modern. Deklarasi ini menjadi sumber bagi semua anggota WMA untuk merumuskan Sumpah Dokter mereka masing-masing, termasuk juga Indonesia (K.Bertens, 2002:7).
Deklarasi Jenewa tetap mempertahankan tradisi anti aborsi dengan menegaskan : I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception yang pada akhirnya kalimat terakhir diganti dengan from it’s beginning. Hal ini dikarenakan WMA menanggap bahwa kapanpun kehidupan manusia dianggap mulai, profesi kedokteran harus menghormatinya sejak saat itu (K.Bertens, 2002:7).
Deklarasi Jenewa diterima oleh Majelis Umum dari Asosiasi Kedokteran Dunia (World Medical Association) pada tahun 1948 di Jenewa dan diperbaiki pada tahun 1968 di Sydney. Deklarasi ini berisi tentang dedikasi para dokter pada tujuan kemanusiaan sebagai reaksi dari tindakan jahat medis yang dilakukan para dokter saat masa Nazi Jerman. Deklarasi ini dapat dianggap sebagai versi modern dari Sumpah Hippokrates. Pada waktu diterima sebagai anggota profesi medis, salah satu sumpah yang diucapkan adalah aku akan mempertahankan rasa hormat setinggi-tingginya untuk kehidupan manusia, mulai dari permulaannya, bahkan bila terancam, dan aku tak akan menggunakan pengetahuan medisku bertentangan dengan hukum-hukum kemanusiaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Jenewa).
3. Macam-macam Aborsi
Kusmaryanto (2004: 11-15) dalam Kontroversi Aborsi, menguraikan beberapa
(41)
a. Aborsi provocatus
Yang dimaksudkan dengan aborsi provocatus adalah pengeluaran janin yang dilakukan dengan sengaja oleh campur tangan manusia baik melalui alat mekanik, obat, atau cara lainnya. Oleh karena janin itu dikeluarkan secara sengaja dengan campur tangan manusia, maka aborsi jenis ini dinamakan dengan “procured abortion” atau “aborsi provocatus” atau aborsi yang disengaja.
b. Aborsi therapeutic/ medicinalis
Aborsi therapeutic adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu si janin, atau menghindarkan si ibu dari kerusakan fatal pada kesehatan atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan (irriversible) lagi. Pada kenyataannya aborsi jenis ini merupakan keadaan sulit dan dilematis karena terpaksa memilih salah satu dari antara hak hidup yang tinggi nilainya. Oleh karena itu, sebelum dilaksanakan aborsi ini perlu dicermati benar-benar apakah memang nyawa ibu hanya bisa diselamatkan dengan cara aborsi.
c. Aborsi kriminalis
Aborsi kriminalis adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutic, dan dilarang oleh hukum. Tentu saja apa yang disebut dengan aborsi kriminalis di suatu negara tidak selalu sama dengan yang berlaku di negara lain. Di beberapa negara, aborsi yang dilakukan sebelum berumur 3 bulan tidak dilarang, sedangkan di Indonesia semua bentuk aborsi, kecuali karena alasan indikasi medis (therapeutic) adalah aborsi kriminalis.
(42)
d. Aborsi eugenetik
Eugenetik berasal dari kata “eu” yang berarti baik dan “gen” yang artinya keturunan. Aborsi eugenetik adalah penghentian kehamilan untuk menghindari kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit genetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan yang baik saja. Jika kriteria eugenetik ini diterapkan pada manusia maka akan menjadi masalah yang besar sebab dengan tindakan tersebut orang-orang cacat, baik secara fisik maupun mental tidak berhak untuk hidup di dunia dan harus dibunuh.
e. Aborsi langsung-tak langsung
Aborsi langsung adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada di dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung adalah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan menjadi tujuan dalam tindakan itu.misalnya seorang ibu yang hamil mengidap penyakit kanker rahim ganas. Maka dokter yang bersangkutan tentunya akan mengambil tindakan untuk mengangkat rahim itu karena jika tidak diangkat akan menjalar ke bagian tubuh lainnya dan mengakibatkan kematian. Maka janin yang ada di dalam rahin ibu tersebut ikut terangkat dan mati. Ini adalah konsekuensi yang tak dapat dihindarkan atas tindakan pengangkatan rahim itu.
f. Selective abortion
Selective abortion adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak memenuhi kriteria yang diinginkan. Selective abortion banyak dilakukan oleh
(43)
wanita yang mengadakan ”pre natal diagnosis” yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan. Tujuannya adalah mendeteksi sejak awal adanya penyakit dan kelainan genetis pada seorang janin supaya bisa diadakannya tindakan pencegahan, pengobatan, dan koreksi gen bila diperlukan. Hanya saja sampai sekarang kemampuan untuk tindakan ini masih sangat terbatas sehingga tidak semua penyakit dan kelainan genetis tersebut bisa diatasi dengan memuaskan. Kalaupun ada pengobatannya pasti mahal sekali. Oleh karena itu jika ada kelainan pada si janin, beberapa wanita akan memilih menggugurkan kandungannya.
4. Pro dan Kontra Aborsi
Christoper Danes, (2000:70-71) dalam bukunya Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman Kristen menguraikan dua macam pandangan aborsi yaitu:
a. Pro-life
Beberapa kelompok yang berada dalam posisi pro-life menyatakan dukungan sepenuhnya untuk menentang aborsi langsung dan menegaskan bahwa tindakan aborsi merupakan sesuatu yang salah dan tidak dapat dibenarkan. Posisi pro-life menegaskan empat alasan pendukung argumentasi mereka yakni:
1) Kehidupan dimulai pada saat terjadinya konsepsi
2) Pemutusan kehidupan manusia yang tak berdosa secara langsung selalu salah 3) Sejak saat terjadinya konsepsi ada kehidupan manusia yang tidak berdosa
4) Karena itu, tindakan-tindakan aborsi secara langsung selalu bertentangan dengan moral.
(44)
Berdasarkan argumentasi di atas, penghargaan atas martabat hidup manusia ditunjukkan dengan klaim bahwa sejak pembuahan sebetulnya dalam rahim seorang perempuan telah ada seorang pribadi manusia. Dengan demikian aborsi secara langsung sama artinya dengan tindakan pembunuhan atas manusia.
b. Pro-choice
Posisi pro-choice pada prinsipnya menerima aborsi sebagai sesuatu yang dapat dilakukan dan dapat dibenarkan. Ada beberapa argumentasi yang pada umumnya selalu bertentangan dengan alasan kaum pro-life, yaitu:
1) Perempuan memiliki hak untuk mengontrol tubuhnya sendiri dan berhak
menentukan apa yang harus mereka lakukan atas tubuh mereka. Janin merupakan bagian tubuh wanita yang mengandungnya.
2) Walaupun janin adalah manusia tetapi dia bisa bisa dianggap sebagai pencuri yang menerobos ke dalam tubuh wanita, sehingga ia bisa dilenyapkan sebagai bentuk tindakan perlawanan wanita atas pencurian yang dilakukan oleh si janin.
5. Akibat Aborsi
Aborsi yang dilakukan secara sengaja tanpa ada indikasi medis atau alasan kesehatan yang jelas, terlebih tidak di tangani oleh medis maka akan memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang perempuan. Tidak benar dikatakan bahwa jika seorang perempuan melakukan aborsi, dia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi
(45)
setiap perempuan, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Para pelaku aborsi mengemukakan bahwa dampak yang mereka rasakan selama dan sesudah melakukan aborsi berupa rasa sakit yang teramat sangat dan berdampak psikologis. Secara jelas perasaan sakit yang dialami oleh para pelaku pada waktu pelaksanaan aborsi terungkap dari pernyataan salah seorang pelaku yang melakukan aborsi dengan cara diurut sebagai berikut :
“Pada saat dukun mulai mengurut perlahan-lahan, keringat dingin saya bercucuran. Makin lama rasa sakitnya seperti tidak tertahankan apalagi pada saat dukun mengepalkan kedua tangannya, menekan dari arah berlawanan ke atas dan ke bawah dengan tujuan memecahkan bakal janin, pada waktu darah mulai keluar pertanda bakal janin sudah pecah, saat itulah puncak kesakitan yang pernah saya alami selama hidup”(Faisal, 1998:29).
Pelaku aborsi lainnya yang melakukan aborsi dengan memasukkan tungkai ke dalam rahim menggambarkan perasaan sakitnya sebagai berikut :
“Pada awalnya perut saya diurut, ditekan dari atas ke bawah perlahan-lahan, semakin lama semakin sakit rasanya. Bersamaan dengan itu tungkai daun jarak dimasukkan ke rahim kemudian diputar-putar untuk mengait janin keluar, rasa sakit seperti sudah tak tertahankan lagi, akibatnya handuk yang disisipkan ke mulut saya gigit keras sekali tanpa sadar, puncak rasa sakit terjadi pada waktu bakal janin ditarik keluar ditambah pijatan menekan perut, rasanya sulit dibayangkan mengapa saya berani menghadapi resiko seperti ini” (Faisal, 1998:29).
Demikianlah beberapa ungkapan perasaan para pelaku aborsi ketika menahan sakit, bahkan beberapa orang diantaranya mengaku sampai mengeluarkan air seni. Perasaan sakit tidak hanya dialami saat aborsi terjadi, namun periodenya bisa dirasakan seminggu sampai satu bulan sesudahnya, tergantung pada usia dan ukuran janin yang dikeluarkannya. Selanjutnya, jika terjadi komplikasi akibat penanganan
(46)
yang kurang baik, rasa sakit dan berbagai keluhan seperti pusing-pusing dan nyeri bagian kandungan akan dirasakan lebih lama lagi.
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap perempuan yang akan melakukan aborsi yaitu resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan resiko gangguan psikologis (http://www.aborsi.org/resiko.htm) :
a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik.
Pada saat dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi oleh seorang perempuan, yaitu :
1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat dan pembiusan yang gagal.
2) Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan.
3) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations)yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
4) Rahim yang sobek (uterine perforation)
5) Kanker payudara karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada perempuan dan
kanker indung telur (Ovarian Cancer) 6) Kanker leher rahim (Cervical Cancer) 7) Kanker Hati (Liver Cancer)
8) Kelainan pada placenta atau ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
9) Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
10) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) 11) Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
(47)
b. Resiko gangguan psikologis
Melakukan aborsi selain membawa dampak atau resiko secara kesehatan dan fisik, juga membawa dampak atau resiko secara psikologis atau dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang perempuan.
“setelah melakukan aborsi, berhari-hari saya mengurung diri. Saya menyesal dan malu mengingat perbuatan saya. Walaupun kejadian itu sudah cukup lama (6 bulan), saya masih sering terbayang jika melihat atau mendengar sesuatu yang ada hubungannya dengan bayi” (Faisal, 1998:30).
Dampak lain yang dirasakan pelaku aborsi adalah timbulnya rasa menyesal, merasa berdosa, dan merasa malu karena melakukan aborsi. Gejala ini dalam dunia psikologi dikenal dengan nama Post-Abortion Syndrome (Sindrom Pasca Aborsi) atau PAS. Gejalanya adalah kehilangan harga diri, berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi, ingin melakukan bunuh diri, mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, tidak dapat menikmati hubungan seksual lagi. Selain hal di atas, para perempuan yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya
(http://www.aborsi.org/resiko.htm).
6. Situasi di Indonesia
Sama seperti di bagian dunia lainnya bahwa masalah aborsi bukanlah masalah yang baru. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2004 tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di Indonesia sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus pertahun, dan 30% dari aborsi tersebut dilakukan oleh remaja di usia 15-24 tahun
(48)
(http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remaja-yang-mengkwatirkan/). Tentu angka ini cukup mencengangkan. Di Indonesia sendiri, masalah aborsi diatur dalam:
a. Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki)
“Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani” (Pasal 10).
Oleh karena itu, baik menurut agama, undang-undang negara, maupun etika kedokteran, seorang dokter Indonesia tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan dan euthanasia. Dalam bagian lain penjelasan pasal 10 dikatakan bahwa aborsi hanya bisa dilakukan jika ada indikasi medis sebagai satu-satunya jalan untuk menolong nyawa ibu.
b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal 299, 346-349
Aborsi secara tegas dilarang oleh hukum, hal ini tercantum dalam KUHP pasal 346-349 :
Pasal 346: perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.
Pasal 347: (1) barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan tidak dengan seizing perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. (2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun.
(49)
Pasal 348: (1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. (2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
Pasal 349: Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam kejahatan yang tersebut dalam pasal 346, atau bersalah atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka hukuman yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu.
Dari pasal-pasal diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aborsi dilarang, selain hal tersebut yang dihukum dalam kasus aborsi ada beberapa pihak yaitu :
1) Pelaksana aborsi yakni tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman
maksimal 4 tahun atau 4 tahun ditambah sepertiganya dan juga bisa dicabut hak prakteknya
2) Wanita yang menggugurkan kandungannya dengan hukuman maksimal 4 tahun
3) Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi itu dihukum dengan hukuman yang bervariasi.
c. UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 75 ayat (1) dan (2) dan pasal 76
UU Kesehatan ini cukup berbeda dengan KUHP di atas. Secara khusus aborsi dibahas dalam pasal 75 ayat (1) dan (2) yang masih memberikan celah untuk boleh
(50)
melakukan aborsi bila ada indikasi medis. Pasal 75 ayat (1) “Setiap orang dilarang
melakukan aborsi”yang dilanjutkan dengan ayat (2)
Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.
Pada ayat (2) diuraikan pengecualian seseorang diperbolehkan untuk melakukan aborsi yaitu jika mengancam nyawa ibu dan/atau anak, menderita penyakit yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi hidup di luar kandungan, dan hamil akibat pemerkosaan. Yang diperjelas oleh ayat (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Seorang wanita yang menjadi korban pemerkosaan diperbolehkan melakukan aborsi asal sudah mendapatkan konseling pra tindakan dan pasca tindakan yang dilakukan konselor yang kompoten dan berwenang.
Meskipun aborsi dalam indikasi medis diperbolehkan, tetap saja ada kriteria-kriteria seorang perempuan untuk boleh menggugurkan kandungannya, sebagaimana di atur di dalam pasal 76, antara lain sebelum kehamilan berumur 6 minggu kecuali
(51)
dalam hal kedaruratan medis, hanya boleh ditangani oleh tenaga kesehatan yang bersertifikat dan diberi kewenangan, kemudian kriteria yang lain harus ada ijin dari wanita yang bersangkutan dan suami (kecuali korban perkosaan).
7. Ajaran Gereja Mengenai Aborsi a. Gaudium et Spes (1965).
Salah satu dokumen resmi yang paling penting di masa Gereja Modern yang dengan tegas mengutuk aborsi adalah Konstitusi Gaudium et Spes yang diumumkan secara resmi pada tanggal 7 Desember 1965.
Apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang manapun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia dan bunuh diri yang disengaja; apapun yang melanggar keutuhan pribadi manusia, seperti pemenggalan anggota badan, siksaan yang ditimpakan pada jiwa maupun raga,.... Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan itu lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, daripada mereka yang menanggung ketidakadilan, lagipula sangat berlawanan dengan kemuliaan Sang Pencipta (GS art 27).
Dengan pernyataan ini, para uskup seluruh dunia secara bersama-sama sekali lagi ingin menegaskan bagaimanakah sikap orang Kristiani berhadapan dengan hidup manusia, di mana setiap orang Kristiani dituntut untuk memiliki suatu sikap penghormatan total dan tanpa syarat terhadap pribadi hidup manusia. Konsili ini begitu tegas menekankan sikap hormat terhadap sesama manusia, sehingga setiap orang wajib memandang sesamanya, tak seorangpun terkecualikan.
(52)
b. Declaratio De Abortu Procurato (1974)
Dalam kongregasi suci ajaran imam mengenai pernyataan tentang aborsi dengan keras menolak aborsi, sesuai dengan yang tertulis di art 7:
“…kehidupan harus dilindungi dengan amat seksama sejak pembuahan; Aborsi dan
pembunuhan anak adalah kejahatan yang durhaka”.
Paus Paulus VI yang sering berbicara tentang tema ini tak ragu-ragu menegaskan bahwa ajaran Gereja ini tak berubah dan tak dapat berubah sebab hak pertama pribadi manusia adalah hak atas hidup yang merupakan dasar bagi semuanya (bdk art 11).
“…Hak ini ada juga pada anak kecil yang baru lahir seperti pada orang yang sudah dewasa. Sungguh, hormat terhadap hidup manusia adalah kewajiban sejak proses hidup mulai. Dengan pembuahan sel telur mulailah hidup baru, yang bukan hidup ayah dan bukan hidup bunda, melainkan hidup makhluk baru, yang tumbuh sendiri. Tak pernah ia menjadi manusia jika ia tidak sudah manusia sejak semula” (art 12).
Harus ditegaskan bahwa tidak ada satu alasanpun yang obyektif memberi hak untuk memutuskan hidup orang lain, juga yang baru mulai (bdk art14), orang tak pernah boleh membenarkan aborsi, tetapi terutama harus diusahakan memberantas penyebab-penyebabnya (art 26).
c. Kitab Hukum Kanonik (1983)
Menurut Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 1398: “Yang melakukan aborsi
(53)
Hukuman ekskomunikasi latae sententiae ini hendak menerangkan bahwa kejahatan aborsi adalah kejahatan yang sangat berat sebab aborsi merupakan
pembunuhan yang dilakukan terhadap manusia yang “lemah, tak dapat membela diri,
bahkan sampai tidak memiliki bentuk minimal pembelaan, yakni kekuatan tangis dan air mata yang dimiliki oleh bayi yang yang baru lahir, yang menyentuh hati. Bayi yang belum lahir sama sekali terserahkan kepada perlindungan dan pemeliharaan wanita yang mengembannya dalam kandungan. Sungguhpun begitu ada kalanya justru ibunya sendirilah yang mengadakan keputusan, dan meminta agar bayi itu disingkirkan, dan merasa enak saja sudah melakukannya” (Bdk EV art 58).
Latae Sententiae bersifat otomatis dan tidak perlu ada pernyataan resmi atau tidak resmi dari otoritas Gereja atau pihak lain. Begitu seseorang terkena sanksi ini dia dikeluarkan dari persatuan dengan Gereja. Dia bukan orang Katolik lagi dan haknya sebagai orang Katolik hilang seketika. Namun tidak hanya seorang perempuan saja yang melakukan aborsi dan berhasil yang dikenakan hukuman ini, tetapi juga dikenakan kepada mereka yang bekerja sama dalam tindakan aborsi itu, misalnya seorang suami atau pacar yang membawa dan menunggui di klinik aborsi, pelaku pembantu (dokter, perawat, bidan), dan para pembantu lain yang tanpa bantuan mereka tindak pidana tersebut tidak akan terlaksana (Kanon 1329 §1 dan §2). Begitu juga dengan calon imam yang bekerja sama dalam aborsi tidak boleh ditahbiskan (Kanon 1041§1), seorang diakon, imam, uskup yang bekerja sama melakukan aborsi dan berhasil tidak boleh melakukan tugas-tugas imamatnya (Kanon 1044§1), dan anggota tarekat hidup bhakti harus dikeluarkan jika melakukan tindak pidana
(54)
pembunuhan, aborsi, menculik dengan paksa atau tipu, membuat cacat, melukai secara berat (Kanon 695).
d. Katekismus Gereja Katolik (1992)
Dalam Katekismus Gereja Katolik art 2272, mengatakan bahwa:
Keterlibatan aktif dalam suatu abortus adalah suatu pelanggaran berat. Gereja menghukum pelanggaran melawan kehidupan manusia ini dengan hukuman Gereja ialah ekskomunikasi. “Barang siapa yang melakukan pengguguran kandungan dan berhasil, terkena ekskomunikasi.” Ekskomunikasi itu terjadi dengan sendirinya, kalau pelanggaran dilaksanakan menurut syarat-syarat yang ditentukan di dalam hukum.
Pernyataan di atas jelas menunjukkan bahwa Gereja menentang adanya tindakan aborsi, bahkan menghukum pelaku aborsi baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan hukuman ekskomunikasi yaitu pengucilan dari Gereja. Maksud dari hukuman ini adalah orang yang bersangkutan dapat mempertanggungjwabkan tindakannya di hadapan Tuhan dengan melakukan pertobatan.
e. Evangelium Vitae (1995)
Evangelium Vitae merupakan ensiklik Paus Yohanes Paulus II yang menentang kejahatan aborsi karena aborsi merupakan perbuatan yang durhaka, sebagaimana diungkapkan dalam art 60 di bawah ini:
Ada yang mencoba membenarkan pengguguran dengan menyebarkan anggapan bahwa hasil pembuahan,- setidak-tidaknya sampai jumlah tertentu hari-hari belum dapat dipandang sebagai hidup manusiawi yang personal, Akan tetapi menurut kenyataan : “dari saat telur dibuahi sudah mulailah suatu kehidupan, yang bukan hidup ayah atau ibunya: melainkan hidup manusia yang baru beserta pertumbuhannya. Tidak pernan itu akan dijadikan manusiawi, kalau bukan
sudah manusiawi sebelumnya….Gereja senantiasa telah dan tetap mengajarkan,
bahwa hasil prokreasi (pengadaan keturunan) manusiawi sejak saat pertama keberadaannya harus dijamin: supaya dihormati tanpa syarat..”.
(55)
Dari pernyataan di atas, jelas terlihat bahwa kehidupan manusia sudah ada sejak pembuahan dan harus diperlakukan sebagai pribadi. Maka dari tu kehidupan manusia harus dihormati sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia dan oleh karena itu hak untuk hidup tidak dapat diganggu gugat.
B. Pelajaran Agama Katolik di Sekolah 1. Hakikat Dasar dan Tujuan PAK di Sekolah
Agama memiliki peran yang cukup penting dalam hidup saat ini karena mampu menjadi pemandu atau acuan dalam upaya mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna dan bermartabat. Oleh karena itulah diperlukan suatu internalisasi agama dalam pendidikan baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau lembaga informal lainnya.
Dalam lingkungan sekolah diadakan suatu pelajaran agama (Pendidikan Agama Katolik) yang berperan untuk membuka jalan selebar-lebarnya bagi setiap peserta didik untuk memiliki akses untuk sampai pada seluruh harta kekayaan iman komunitas atau tradisi (Heryatno. 2008:20). Pelajaran Agama diharapkan tidak hanya menebar informasi melainkan juga memberi ilham dan inspirasi hidup kepeda para peserta didik untuk menghadapi kenyataan hidup di masa sekarang dan menjawab tantangan masa depan. Dengan kata lain, PAK diharapkan mampu membantu naradidik trampil menemukan makna hidup dari kenyataan sehari-hari.
PAK dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu
(56)
naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Sebagai suatu proses hal ini haruslah berkesinambungan.
Ada 3 (tiga) hal yang menjadi orientasi dan tujuan PAK yaitu demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia.
2. Model PAK
Berikut ini akan diuraikan beberapa model pelajaran atau Pendidikan Agama Katolik di Sekolah (Heryatno, 2008:57-68).
a. Model transmisi atau transfer
Dalam model ini pendidik menyampaikan materi atau informasi kepada para peserta didik. Pendidil meyakini bahwa informasi yang diberikan itu sebagai suatu kebenaran yang harus dipelihara dan diteruskan kepada satu generasi ke generasi berikutnya. Kebenaran ini disampaikan dalam bentuk cerita, pengakuan iman yang formal misalnya melalui dogma Gereja, ataupun peribadatan. Karena tekanannya ada pada isi yang harus disampaikan, maka model ini dinamai dengan pendidikan iman yang bersifat dogmatis.
b. Model yang Berpusatkan pada Hidup Peserta
Model pendidikan ini merupakan reaksi eksrim terhadap model pendidikan yang bersufat dogmatis. Sifat yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan subyektif. Model ini melihat secara negatif model pendidikan yang bersifat obyektif
(57)
dan cenderung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi dan materi sebanyak-banyaknya melainkan lebih pada usaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya.
c. Model Praksis
Model ini menekankan pentingnya partisipasi aktif peserta. Peran peserta sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pendidikan sangat digarisbawahi. Partisipasi itu berdasar pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refleksi kritis itu kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi Katolik.
d. Model Pendidikan yang Bersifat Estetis
Model ini menyatukan segi kognitif sekaligus afeksi sekaligus membuka peluang selebar-lebarnya bagi peserta didik untuk berekspresi. Dengan kata lain model ini penuh dengan nilai seni (estetika). Singkatnya kita mengenakan kacamata positif yang memandang mereka sebagai pribadi yang sungguh baik, yang diciptakan oleh Tuhan menurut citra-Nya sendiri.
C. Audio Visual
1. Pengertian Audio Visual
Sebelum kita mencari pengertian audio visual, ada baiknya kita mencari pengertian dari audio dan visual itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, audio berarti alat peraga yang bersifat dapat didengar (KBBI, 2007:76) sedangkan visual dapat dilihat dengan indera penglihat atau mata (KBBI, 2007:1262). Audio
(58)
visual berarti alat peraga yang bersifat dapat didengar dan dilihat, misalnya film dan video
Media audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain audio visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton. Yang termasuk dalam media ini antara lain: sound slide, TV, film, dan sebagainya (Rinanto, 1982: 21).
Media audio visual terdiri dari “software” dan “hardware”. Softwarenya adalah bahan-bahan informasi yang terdapat dalam sound slide, file, kaset, TV, dan
sebagainya. Sedangkan hardwarenya adalah segenap peralatan teknis yang
memungkinkan software bisa dinikmati. Misalnya: tape, proyektor, slide, dan sebagainya. Yang termasuk dalam media audio visual antara lain: sound slide, televisi, dan film.
2. Kelebihan dan kekurangan audio visual
Pada penjelasan di atas, kita telah mengetahui pengertian dari audio visual. Media audio visual sebenarnya lepas satu dengan yang lainnya, tetapi jika media audio visual itu digabungkan menjadi satu, maka kekuatan yang dimilikinya tentu lebih mantap. Kekuatan yang ada tentu lebih mampu membuat orang untuk berpikir secara
(59)
kreatif dan penuh penghayatan. Berikut akan dijabarkan beberapa kelebihan dari audio visual menurut (Rinanto, 1982:49-50) :
a. Mampu menarik perhatian
Dengan munculnya gambar dan suara, perasaan orang yang melihatnya akan tergugah. Terlebih jika gambar yang dimunculkan bersifat ekspresif dan mengena pada kehidupan mereka.
b. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga dengan demikian menghindari pengertian yang abstrak. Pengertian yang semula sulit untuk dibayangkan oleh seseorang karena begitu abstrak kini telah berubah menjadi pengertian yang begitu konkret. Dengan demikian energi otak tidak banyak terbuang.
c. Memberikan pengalaman nyata kepada orang yang melihatnya sehingga
menumbuhkan self activity. Karena pengalaman nyata terungkap dalam suatu media audio visual, maka hal ini akan merangsang perasaan maupun pikiran sehingga timbulah sesuatu yang akan menanggapi rangsangan tersebut.
d. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar sehingga memungkinkan hasil belajar lebih tahan menetap dalam diri orang yang melihatnya.
Audio visual memberikan kesan yang mendalam bagi orang yang melihatnya dan sulit untuk dilupakan oleh orang yang melihatnya. Sebagai contoh dalam suatu pelajaran, seorang murid masih ingat betul dengan sebuah film yang diputar yang menceritakan tentang penderitaan yang dialami sesamanya. Dengan kesan mendalam
(1)
LTl6/2072
Deng"r,r
I'-rn\Al
rdn irri. pard r; ." t1- s1. 1,r ul).,,,r ;s*,dro
ljpr
JlnC SJtno:-k3lr r:c1,1a;nnr e n ega s ka n ba ga r m a n a ka h riflj p,iru,.l g K riri i a r.. r berhadapan dengan hidup ntanusia, di nrana setjap orang Kristiani dituntut untuk merniljki suatu sikap penghorrnatan total rjan tanpa syar.i
te,had"p pr.badr lridup ntanusja
Konsili ini bcgitu tegas menekankan sikao
horni.l
terhaclap sesanra nranusia, seitingga setiap or.:ng walrb morranddng s,5dmJn\,c
tJirp6,
"ngpy6
'
terLerLralrl.; r
Kitab
Hukum
Kanonik
(1933)
.
"Yang melokukon oborsi danberhosil, terkena
e ks ko mu ni ko si ! o toe se ntenti o e,.
.
Lotoe Sententroe bersifat otomatis dan tidakperlu ada pernyataan resmi atau
tidak
resmi dari otoritas Gere.la atau pihak lain.
Yang terkena pelaku Iangsung maupun tidakIangsung
Pernyataan di atas jelas menunjukkan bahwa Gereja menentang adanya tindakan aborsi,
bahkan menghukum pelaku aborsi baik yang
terlibat
iangsung maupun tidak langsung dengan hukuman ekskomunikasiyaitu
pengucilan dari Gereja.
Eva
ngeliu m
Vitae
(1995)
Ado yong menLabo membcnorxon penqququron denoon
me nye b o r k o n o n g,g o po n bo h w o h o t i t p-ek
i*i, i.-' ii
iio t, rsuKnyo sompot Jumloh tpttentu hor i. hari belum domt6Qondonq seboqoi hidup monusiowi ysaq pereonol,' Akon
letopi,menurut kenyotoon
,
oori ,ooi t"tii diOrroii'sriinmulotton suotu kehidupon, yonq bukon hidup ovoh otou
tDunyo: metotnkon hidup monusio y'onq bo(u besedo
ry:t_ut!.buh.oln,yo. .lid.ok pernon ttu okon dijodi*on
omnustowt kolou bukon sudoh monust,t:i
sebel umnyo....G e reja seno nt io so te lo h da n tetap Tengoiorkon. bohwo hosil prokreor, lpergifu[n
R(utunon) monusiowi sejaL soot pertomo kterodoonnuo fic!us d\omtn \upoyo dihatmoti tonpo \votoi..,,.
{oa 60)
Katekisnrus
Gereja Katolik
l1,gg2)
Keterlibaton
oktif
dolomsuotu
aboftus odalohsuotu pelonggoron
berot.
Gereja menghukum pelanggoron melowon kehidupon moiusioinj
dengon hukumon Gereja
iolah
el<skomunikasi. "Borong siapo yong melokukon pengguguron kondungon don berhosil, terkenoe ks kom u n i ko s i." E ks ko m u n i kos
i
itu te rja di d e ngo n s e ri di rinyo, ko lo u pe lo nggoran diloksonokon menurutsyorot
syorot yangditentukon di dolam
hukum
{artZZil)
I
PernV,ri.lrn
lpntar-rq
/ifrorsi
{191A)
iil
rj
I
l.ai .!":
,t., ttetL. .t: .;
.:
t, ):t :trt..tl
Ii
t,I
\\)n)atrptir
ptrt.,!,'rtL:liil:.;.!,::r:it1t;ri
lI
;.. ,nbLtnthct,t ar)oi t.t!.joittl) i..r!.:ta:hi)!.VCtj,
]
1
t,.,n.,;,,,
io,ttl;"
"i
.,.,,t.Porr,u.VJydrif \.,r1.1.:. ii,
urd:.nldn]
:_...
inir,rl. ragu raBU f.ritir.tlla)!.aa bahwa alaranI
,, r,1,,r r,f !,rli .r, i. .: .
J.:;r.r ht,,Ul,rr.I
.
i.ab 1,." Jr,.,1rn,.. Lrrri,Clr.,.,,r,r;,dalah
r, ..I
1,..
hidrriJ y.rng nre;rp.rkan das;r bagi sernuanyaI
lb,ll
arr r 1)I
(l
1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
| '
t.,tr,.;-1.I
i,lr:r,.
|
;:,,,''r
',
I
Lli.;rlr:rr rI
,
,,
,
.l),1:':r:
I
d.:r
tu n'I
:.
l,.:e.l.
I
laren:: rtI
q rpel II
Forsep..
Hasilnya..
Prosesnya..
(3)
(13)
GAMBAR-GAMBAR ABORSI
METODE DILATATION AND CURETTAGE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
(14)
(5)
(15)
FORSEP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)