Pengawasan Represif PENGAWASAN BADAN KOORDINASI PROMOSI DAN PENANAMAN MODAL DAERAH (BKPPMD) PROVINSI JAWA BARAT DALAM KEGIATAN INVESTASI PENANAM MODAL ASING (PMA) DAN PENANAM MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DI PROVINSI JAWA BA.

89

4.2 Pengawasan Represif

Pengawasan Represif merupakan salah satu bagian lainnya dari pengawasan yang ditinjau dari segi waktunya. Pengawasan represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif dimaksud untuk mengetahui apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Apabila dikaitkan dalam dunia pemerintahan, Pengawasan a-posteriori atau pengawasan represif merupakan suatu pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah yang lebih tinggi terhadap keputusan aparatur pemerintah yang lebih rendah. Pengawasan dilakukan setelah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah atau sudah terjadinya tindakan pemerintah. Tindakan dalam pengawasan represif dapat berakibat pencabutan apabila ketetapan pemerintah tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam keadaan yang mendesak tindakan dapat dilakukan yaitu salah satunya dengan cara menangguhkan ketetapan yang telah dikeluarkan sebelum dilakukan pencabutan. Dalam pembahasan ini, menjelaskan mengenai Pengawasan Represif oleh Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam kegiatan investasi bidang Penanaman Modal Asing PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN supaya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya Provinsi Jawa Barat. 90 4.2.1 Perbandingan Hasil Kegiatan dengan Rencana dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan PMDN Pengendalian merupakan kegiatan untuk melakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan agar pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Penanaman Modal yang berlaku. Pengendalian yang dimaksud yaitu pengendalian terhadap Penanaman Modal baik Penanaman Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri dilakukan terhadap proyek PMA dan PMDN mulai dari tahap perencanaan, tahap pembangunan dan tahap produksi atau komersil. Berdasarkan sumber data BKPPMD Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun yaitu sejak tahun 2005-2009 total proyek PMA dan PMDN yang harus dikendalikan adalah 1649 proyek, jumlah tersebut merupakan target pengendalian. Untuk mendapatkan gambaran secara rinci penulis sajikan data perusahaan atau proyek-proyek PMA dan PMDN sebagai target kegiatan pengendalian yang direncanakan oleh Bidang Pengendalian selama 5 tahun adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Proyek PMA dan PMDN yang Dijadikan Target Pengendalian Selama 5 tahun 2005-2009 Tahun PMA PMDN Jumlah 2005 281 69 350 2006 245 36 281 2007 286 39 325 2008 322 65 387 2009 255 51 306 Sumber: Subbidang Pengendalian,2011 Dari gambaran table diatas setiap tahun target pengendalian bersifat flukfulatif berdasarkan hasil wawancara dan informasi yang diterima dari pejabat 91 yang bersangkutan sebagai pemangku kewenangan pengendalian hal tersebut dikarenakan bersumber pada Surat Persetujuan Penanaman Modal SP.PMA dan SP.PMDN yang diterbitkan oleh pemerintahan baik yang berstatus PMA maupun PMDN secara kuantatif setiap tahun berbeda jumlahnya tergantung pada minat Investor yang akan menanamkan modalnya di Provinsi Jawa Barat. Dari jumlah 1649 proyek PMA dan PMDN secara sektoral lebih banyak atau dominan minat Investor lebih tertarik pada sektor sekunder sektor Industri dibanding sektor primer Pertanian dalam arti luas dan sektor tersier perdagangan dan jasa hal ini dikarenakan sektor sekunder secara ekonomis lebih prospektif, marketabel, dan profitabel. Dari aspek lokasi yang dipilih tentu daerah yang dianggap strategis yaitu daerah kabupaten dan kota yang dekat dengan ibu kota Negara yaitu Jakarta dengan motif adannya dukungan fasilitas yang memadai baik infrastruktur maupun fasilitas lainnya sebagai penunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal. Kabupaten dan Kota yang dimaksud seperti halnya; Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Sukabumi serta Kabupaten dan Kota lainnya. Selama 5 tahun 2005-2009 dari target program kegiatan pengendalian investasi PMA dan PMDN se Jawa Barat sebanyak 1649 proyek terealisasi 767 proyek atau sekitar 47. Adapun ratio perkembangan kegiatan pengendalian oleh Bidang Pengendalian BKPPMD Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun tersebut dapat digambarkan pada tabel dibawah ini, adalah sebagai berikut: 92 Tabel 4.3 Realisasi capaian target pengendalian Tahun Jumlah Target Proyek Jumlah Realisasi Tingkat Capai 2005 350 138 47 2006 281 137 47 2007 325 156 47 2008 373 182 47 2009 306 154 47 1649 767 47 Sumber: Sub Bidang Pengendalian, 2011 Dari aspek perencanaan program pengendalian nampaknya dilapangan masih banyak kelemahan yaitu: dalam proses pendataan baik PMA maupun PMDN belum memenuhi kebutuhan tugas pokok dan fungsi kegiatan pengendalian seperti halnya belum tersedianya data berupa jumlah Perusahaan PMA dan PMDN yang dikategorikan tahap perencanaan, Perusahaan PMA dan PMDN yang dikategorikan tahap pembangunan serta Perusahaan PMA dan PMDN tahap produksikomersil. Kondisi tersebut menyulitkan untuk mendapatkan informasi atau untuk mengetahui jumlah perusahaan atau proyek PMA dan PMDN secara kongkrit yang bertahap perencanaan, jumlah perusahaan PMA dan PMDN yang bertahap pembangunan dan jumlah perusahaan PMA dan PMDN bertahap produksikomersil padahal menurut hemat penulis instrument data merupakan alat yang sangat vital dan urgen bagi sebuah proses penyusunan perencanaan program kegiatan pengendalian agar hasilnya dapat dijadikan sebuah pedoman yang akurat dan dapat dievaluasi secara tepat tanpa data yang informatif tentu hasil kegiatan pengendalian tidak akan terlaksana secara efektif. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan nampaknya fungsi koordinasi masih lemah karena proses penyusunan perencanaan masih didominasi oleh unit 93 kerja Bidang Pengendalian belum melibatkan Stakeholder yang terkait khususnya Lembaga Teknis Penanaman Modal yang berada di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat, demikian juga dengan Instansi Teknis terkait tentu hal ini tidak sejalan dengan nomenklatur lembaga teknis BKPPMD Provinsi Jawa Barat yang berfungsi sebagai Badan Kordinator kegiatan Promosi dan Penanaman Modal di daerah. Implikasinya terhadap hasil penyusunan perencanaan program pengendalian yang belum mengakomodir masukan-masukan dan pandangan- pandangan dari setiap Stakeholder sehingga perencanaan program kegiatan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan PMA dan PMDN belum sinergis dengan perencanaan program pengendalian Lembaga Teknis Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Menurut hemat penulis seharusnya untuk mendapat hasil penyusunan program kegiatan pengandalian terhadap pelaksanaan kegiatan PMA dan PMDN proses penyusunannya sebaiknya melibatkan Stakeholder atau Lembaga Teknis Penanaman Modal yang ada di Kabupaten dan Kota yang wilayahnya dijadikan tempat berinvestasi dengan harapan diperolehnya sinergitas, keserasian program yang dirumuskan. Sehingga sesuai dengan kedudukan dan peran BKPPMD Provinsi Jawa Barat sebagai unit organisasi kordinator Promosi dan Penanaman Modal Peraturan Gubernur No 50 Tahun 2009. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa dalam hal pengawasan BKPPMD terhadap kegiatan investasi PMA dan PMDN dengan cara membandingkan hasil kegiatan dengan rencana yang sudah di rencanakan 94 sebelumnya, pencapaiannya belum maksimal dan sesuai dengan target yang diharapkan dikarenakan permasalahan dalam hal seperti halnya belum tersedianya data berupa jumlah Perusahaan PMA dan PMDN yang dikategorikan tahap perencanaan, tahap pembangunan, dan tahap produksikomersil, lalu fungsi koordinasi masih lemah karena proses penyusunan perencanaan belum melibatkan Stakeholder yang terkait khususnya Lembaga Teknis Penanaman Modal yang berada di Kabupaten dan Kota. 4.2.2 Penyebab Terjadinya Penyimpangan dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan PMDN Dalam setiap tindakan baik itu pengawasan maupun pengendalian terhadap suatu organisasi maupun perusahaan tidak akan pernah luput dengan namanya mencari penyebab dari suatu hasil yang tidak diharapkan. Hal tersebut penting untuk melakukan perbaikan kearah yang lebih baik. Dalam hal ini tim pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiataan penanaman modal yang dilakukan oleh BKPPMD terhadap baik PMA maupun PMDN di daerah, mereka harus siap bertanggungjawab dengan cara memberikan laporan berupa hasil pelaksanaan baik hasilnya baik maupun buruk. Penulis dalam hal ini melakukan wawancara dengan Staf Subbidang Pengendalian BKPPMD, bermaksud untuk menanyakan soal permasalahan yang terjadi terhadap pengendalian yang bersifat administratif maupun lapangan adalah sebagai berikut: 95 1. Perusahaan PMA dan PMDN tidak menyampaikan alamat yang sebenarnya atau pinjam alamat khususnya bagi perusahaan PMA dan PMDN yang tahap perencanaan. 2. Pengisian LKPM belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan penyampaian yang terlambat. 3. Penggunaan tenaga kerja asing melebihi perencanaan. 4. Pemilikan ijin daerah yang belum lengkap. 5. Melaksanakan perluasan baik fisik maupun peningkatan produksi belum melaksanakan pengurusan ijin usaha tetep IUT. 6. Belum tercapainya kapasitas produksi atau melebihi kapasitas produksi. 7. Mesin dilapangan belum sesuai dengan master list yang dimiliki 8. Pembangunan proyek belum sesuai dengan jadwal kegiatan proyek 9. Water treatment belum sesuai dengan amdal. 10. Dalam rangka alih teknologi tenaga kerja asing tidak menyampaikan job diskripsi, sehingga tenaga pendamping tidak mengetahui uraian tugas yg sebenarnya. Gambaran tersebut di atas menurut hemat penulis merupakan kondisi permasalahan dilapangan yang terjadi pada unit kerja bidang pengendalian BKPPMD Provinsi Jawa Barat bahwa tugas-tugas kegiatan pengendalian dan pengawasan Investasi PMA dan PMDN dari mulai perencanaan program dan pelaksanaan kegiatan program pengendalian dan pengawasan belum efektif hal ini dikarenakan lemahnya fungsi koordinasi baik pada pelaksanaan pengendalian dan pengawasan secara preventif maupun pengendalian secara represif. 96 Dalam hal ini juga diperlihatkan adanya gambaran secara ril dilapangan berdasarkan obeservasi, bahwa jumlah perusahaan PMA dan PMDN yang memiliki kewajiban sesuai dengan Amanah Undang Undang No 25 tahun 2009 tentang Penanaman Modal baru mencapai 10 artinya sebagian besar masih terdapat perusahaan PMA dan PMDN dalam mengelola kegiatan operasional proyek PMA dan PMDN di daerah belum memenuhi amanah Peraturan Perundang-undangan Penanaman Modal yang berlaku. Kondisi ini berarti hasil tujuan pengendalian dan pengawasan belum optimal padahal berdasarkan teori tujuan dari kegitaan pengendalian dan pengawasan yang dikemukakan oleh masri pada bab I hal 8 adalah: Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Masry,2004:61 Sejalan dengan konsep tujuan pengawasan yang dikemukakan masri, BKPPMD Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan upaya pencegahan dan upaya mengeliminasi atau mengurangi penyimpangan-penyimpangan kegiatan Investasi PMA dan PMDN di daerah melalui kegiatan sosialisasi Peraturan Perundang- undangan Penanaman Modal dan pembinaan penanaman modal kepada perusahaan PMA dan PMDN selama 3 tiga kali dalam satu tahun, akan tetapi hasilnya belum optimal oleh karena itu guna tercapainya efektifitas kegiatan perlu kegiatan pengendalian dan pengawasan Investasi PMA dan PMDN baik yang bersifat preventif maupun refresif perlu dievaluasi guna untuk meningkatkan 97 perusahaan PMA dan PMDN yang berkembang di Jawa Barat dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh BKPPMD terhadap kegiatan investasi PMA dan PMDN belum efektif dan oftimal, hal ini dikarenakan lemahnya fungsi koordinasi baik pada pelaksanaan pengendalian dan pengawasan secara preventif maupun pengendalian secara represif yang dilakukan oleh BKPPMD terhadap perusahaan PMA dan PMDN, sekaligus lemahnaya kordinasi antara pihak yang terkait dalam kegiatan investasi baik itu di Pemerintah Provinsi maupun dengan Pemerintah kabupaten atau kota. 4.2.3 Penilaian Terhadap Hasil Kegiatan dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan PMDN Setiap tim pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiataan penanaman modal baik PMA maupun PMDN di daerah, mereka harus menyampaikan laporan hasil tugas lapangannya sebagai bukti bahwa tim telah melaksanakan tugasnya. Laporan merupakan informasi yang disampaikan oleh tim pengendalian dan pengawasan yang memuat data perusahaan dan hasil-hasil temuan yang terjadi dilapangan sebagai pertanggungjawaban tim kepada pimpinan dalam hal ini Kepala BKPPMD Provinsi Jawa Barat sebagai pemberi tugas. 98 Hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap salahsatu pekerja yang berada di BKPPMD Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa proses penilaian terhadap kegiatan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh BKPPMD pertama menerima hasil laporan yang disampaikan, yang kedua sekaligus tindak lanjut dari laporan tersebut dilakukan suatu tindakan pengecekan terhadap pelaporan tersebut. Laporan yang disampaikan dilengkapi dengan berita acara pemeriksaan terhadap perusahaan PMA dan PMDN, yang selanjutnya sebagai bahan pokok bahasan rapat untuk menghasilkan putusan sebagai langkah tindak terhadap perusahaan atau proyek PMA dan PMDN yang telah melakukan penyimpangan- penyimpangan atau pelenggaran ketentuan yang berlaku. Untuk mengkonfirmasikan kebenaran pelaksanaan tim pengendalian dan pengawasan terhadap proyek PMA dan PMDN di daerah, biasanya pimpinan meminta penjelasan kepada ketua tim agar menyampaikan penjelasan tentang kondisi proyek-proyek PMA dan PMDN yang telah diperiksa di dalam rapat. Penjelasan yang disampaikan oleh ketua tim merupakan alat cros check yang dilakukan pimpinan terhadap laporan hasil pengendalian dan pengawasan dilapangan sebagai bukti bahwa tim benar-benar telah melakukan kegiatan pengendalian dan pengawasan terhadap proyek PMA dan PMDN di daerah Kabupaten dan Kota yang bersangkutan. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa pengendalian dan pengawasan yang dilakukan oleh BKPPMD Provinsi Jawa Barat terhadap kegiatan investasi PMA dan PMDN yaitu dalam segi proses kegiatan penilaian 99 terhadap hasil kegiatan dalam pengawasan kegiatan investasi sudah sesuai dengan prosedur. Dari pimpinan BKPPMD tidak hanya menerima hasil laporan semata, namun dilakukan suatu tindakan pengecekan langsung atau cros check sehingga hasil laporannya bisa dipertanggungjawabkan. 4.2.4 Sanksi yang Dilakukan Terhadap Pembuat Kesalahan dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan PMDN Sanksi merupakan hal yang harus selalu ada didalam suatu kegiatan baik itu kegiatan yang dilakukan dalam suatu pemerintahan maupun swasta berupa tindakan tegas karena melanggar peraturan atau perjanjian yang sebelumnya telah disepakati bersama. Hasil wawancara didapatkan informasi mengenai Permasalahan yang menimbulkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan PMA dan PMDN adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya pemahaman Peraturan Perundang-undangan Penanaman Modal. 2. Rendahnya tingkat kesadaran para investor baik PMA maupun PMDN dalam memenuhi kewajibannya. 3. Terbatasnya kemampuan dari para aparatur pemerintah penanaman modal di daerah tentang pengetahuan teknis penanaman modal. 100 4. Motif perusahaan baik asing maupun lokal dalam melakukan kegiatan investasinya masih berorientasi profit orientit dan kurang memperhatikan sosial motif. 5. Sering terjadinya mutasi jabatan dilingkungan instansi penanaman modal di daerah, menyebabkan terjadinya stagnasi pegawai baru yang menguasai pengetahuan teknik penanaman modal. 6. Perusahaan PMA dan PMDN kurang memperhatikan program penempatan pegawai yang khusus menangani tugas-tugas yang berhubungan dengan pengelolaan administrasi kegiatan usahanya yang harus selalu diinformasikan kepada pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf Subbidang Pengendalian dan pengawasan di BKPPMD Provinsi Jawa Barat, menyatakan bahwa dari adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut, Pegawai Subbagian Pengendalian BKPPMD Provinsi Jawa Barat melakukan cross chek kelapangan yang selanjutnya memberikan surat peringatan kepada Perusahaan PMA dan PMDN, biasanya surat peringatan ini diberikan sebanyak 3 kali, apabila setelah surat peringatan sanksi dilakukan dengan cara diajukan rekomendasi oleh BKPPMD Provinsi Jawa Barat berupa jenis-jenis pelanggaran yang telah dilakukan oleh perusahaan PMA dan PMDN kepada BKPM RI dalam menindak atau memberikan sanksi lebih lanjut terhadap perusahaan PMA dan PMDN. Namun dalam inplementasinya pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas yang dilakukan oleh perusahaan PMA dan PMDN penerapan sanksi belum begitu 101 tegas yang dilakukan oleh BKPM RI. Hal ini karena adanya faktor pertimbangan politis yang menjadi permasalahan. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa Kegiatan pengawasan Represif yaitu pengawasan yang dilakukan oleh BKPPMD dalam kegiatan investasi oleh PMA dan PMDN dalam hal pemberian sanksi terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran belum dilakukan secara tegas oleh pihak BKPPMD Provinsi Jawa Barat. Alasannya sama dengan penjelasan alasan sebelumnya dalam pembahasan sanksi dalam pengawasan preventif yaitu alasan faktor pertimbangan politis yang menjadi permasalahannya. 4.2.5 Pengecekan Kebenaran Laporan yang Dibuat oleh Para Petugas Pelaksana dalam Pengawasan BKPPMD Provinsi Jawa Barat dalam Kegiatan Investasi PMA dan PMDN Kegiatan pengecekan merupakan pemeriksaan kembali, kegiatan pengecekannya dilakukan secara langsung atau bisa saja dilakukan dengan cara meminta laporan dari pihak yang berbeda. Pengendalian penanaman modal atau pelaksanaan kegiatan investasi PMA dan PMDN lebih banyak dilakukan secara preventif dari pada pengendalian atau pengawasan yang bersifat represif. Pengawasan yang bersifat represif biasanya dilakukan bagi proyek-proyek PMA dan PMDN yang melakukan pelanggaran berat seperti halnya terjadi pencemaran atau kurang memperhatikan aspek lingkungan dan biasanya terjadi karena adanya pengaduan-pengaduan masyarakat setempat yang merasa dirugikan karena dampak polusi tanaman di daerah sekitarnya mati, ikan-ikan terdapat di kolam 102 juga mati, dan biasanya terjangkitnya penyakit kulit atau pernapasan yang di derita oleh mereka. Apabila terjadi peristiwa tersebut di atas BKPPMD Provinsi Jawa Barat mengundang mitra kerja terkait untuk membahas permasalahan- permasalahan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan proyek PMA dan PMDN di Kabupaten atau Kota dimana proyek tersebut dioperasikan. Dalam rapat koordinasi pembahasan masalah, biasanya di bentuk tim untuk melakukan peninjauan lapangan di daerah Kabupaten dan Kota dimana perusahaan PMA dan PMDN dibangun dalam rangka pencarian atau penggalian informasi baik dari perusahaan itu sendiri atau dari pihak masyarakat di daerah sekitar industri yang didirikan, untuk mendapatkan kebenaran informasi. Untuk memperoleh informasi dari perusahaan dapat dikaji secara administrasi dapat dilihat dari jenis perizinan yang dimiliki baik perizinan pusat maupun perizinan daerah. Sehingga secara legalitas dapat diketahui apakah perusahaan tersebut telah melanggar aturan atau tidak disamping secara administrasi juga diperiksa, dikaji, dievaluasi secara fisik tentang bangunan water tritmen yang dimiliki sudah sesuai dengan rencana amdal atau tidak. Apabila terjadi pelanggaran tim pengendalian akan melakukan langkah-langkah tindak dengan protap-protap yang telah dilakukan dalam ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hasil dari pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh tim pengendalian biasanya dibuat dalam Berita Acara Pemeriksaan BAP yang ditandatangani oleh pihak tim pengendalian dan pihak perusahaan yang bersangkutan. Dalam Berita Acara Pemeriksaan juga dimuat temuan yang terjadi dalam operasional kegiatan 103 perusahaan PMA dan PMDN tersebut. Salah satu contoh pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan, misalnya pencemaraan lingkungan tercemarnya air dilingkungan sekitar perusahaan. Bukti pelanggaran tersebut contoh air yang tercemar di bawa bersamaan dengan Berita Acara Pemeriksaan BAP oleh tim pengendalian. Kemudian tim pengendalian merumuskan rekomendasi yang ditandatangani oleh Kepala BKPPMD Provinsi Jawa Barat untuk disampaikan kepada kepala BKPM RI sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah- langkah kebijakan lebih lanjut. Dengan melihat hasil penelitian dan penjelasan di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BKPPMD provinsi Jawa Barat dalam hal ini pengecekan kembali terhadap hasil laporan yang diterima sudah diterapkan didalam program kerja dari BKPPMD provinsi Jawa barat, disamping itu.kegiatan pengecekaan kembali sudah sesuai dengan prosedur yang di tetapkan oleh BKPPMD provinsi Jawa Barat. 104 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan