2.2.6.5. Tipe-tipe Perataan Laba
Dascher dan Malcolm dalam Belkaoui 2000 membedakan perataan laba ke dalam 2 dua jenis:
1. Perataan ril real smoothing
Perataan laba yang dilakukan melalui suatu transaksi yang aktual atau tidak dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sehingga
perataan jenis ini berkaitan dengan perataan melalui terjadinya peristiwa atau pengakuan. Misalnya perusahaan mengeluarkan sejumlah dana bagi
kepentingan riset dan pengembangan dalam suatu tahun tertentu. Beberapa perusahaan terbukti melakukan perataan laba dengan menggunakan cara ini.
2. Perataan artifisial artificial smoothing
Perataan ini juga sering disebut dengan perataan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari
satu periode ke periode lainnya. Sehingga perataan ini berkaitan dengan perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu. Disamping itu Copeland dalam
Zulkarnaini 2007, juga berpendapat bahwa perataan artifisial merupakan perataan income yang melibatkan pemilihan repetitif pengukuran akuntansi
atau aturan pelaporan dalam pola tertentu, dimana pengaruhnya adalah arus income yang dilaporkan menjadi variasi yang lebih kecil dari kecenderungan
yang akan muncul jika tidak dilakukan perataan. Namun dalam praktik, kedua jenis perataan yang telah disebutkan di atas
seringkali tidak dapat dibedakan. Suatu perusahaan secara bersamaan memutuskan besarnya transaksi perataan ril dan sekaligus bagaimana cara
melaporkannya perataan artifisial.
2.2.7. Alasan Dilakukannya Perataan Laba
Smith dalam Salno et. al. 2000, manajer perusahaan sangat cenderung melakukan perataan laba. Simpulan ini didukung oleh Truemen dan Titman
1988 bahwa secara rasional manajer ingin meratakan laba yang dilaporkan
Universitas Sumatera Utara
dengan alasan memperkecil tuntutan pemilik perusahaan. Menurut Dye 1998 dalam Salno et. al, 2000 pemilik mendukung perataan laba karena adanya
motivasi internal dan motivasi eksternal. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menjelaskan alasan-alasan yang
mendorong manajer untuk melakukan tindakan perataan laba. Menurut Ashari et. al, 1994, bahwa tindakan perataan laba merupakan tindakan yang logis dan
rasional bagi manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu. Beberapa alasan seorang manajer melakukan praktik
perataan laba sebagai berikut: 1.
Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula
sebagaimana yang diinginkan para investor. 2.
Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban
perusahaan secara keseluruhan. 3.
Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan
permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan. 4.
Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan
optimis dapat dikurangi. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi
biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini
untuk mengubah persepsi investor prospektif atau potensial terhadap nilai perusahaan. Borneo et. al, 1976 dalam Assih dan Gudono 2000 menyatakan
bahwa manajer melakukan perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan untuk meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran
kas di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
2.2.8. Keuntungan Adanya Perataan Laba