berdasarkan akuntansi, dan untuk mengurangi risiko fluktuasi laba yang tak terkendalikan di masa depan maka perusahaan melakukan praktik perataan. Hasil
ini mendukung pernyataan Key 1997 tentang adanya hubungan antara pertumbuhan dengan perataan laba. Dari uraian diatas dapat disimpulkan makin
konsisten dan stabil laba yang diperoleh per lembar sahamnya, maka akan semakin besar indikasi manajemen dalam melakukan perataan laba.
Besarnya earning per share suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi keuangan yang diterbitkan perusahaan atau dapat diproksikan dengan
membagi keuntungan yang diperoleh setelah pajak laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Kallapur dan Mark, 1999 menyatakan pertumbuhan
perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size, dan tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dari beberapa variable seperti
priceearning ratio price per shareearning per share, pricecash flow ratio price per sharecash flow per share, marketbook ratio market price per
sharebook value per share.
2.3. Kerangka Konseptual
Masalah perataan laba income smoothing merupakan aspek yang sangat penting dari manajemen laba earnings management, karena hal tersebut sangat
sulit dipisahkan dalam upaya manajemen untuk mengukur income yang dilaporkan dari tahun ke tahun Wolk et. al, 2004. Lebih jauh konsep yang
mendasari manajemen laba dengan menggunakan pendekatan teori keagenan agency theory menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh
konflik kepentingan antara manajemen agent dan pemilik principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang diinginkannya. Anuar et. al, 2000 melakukan pengujian terhadap perusahaan kecil yang
memiliki kecenderungan lebih besar untuk pemerataan laba smaller firms have greater propensity to smooth income. Hasil pengujian tersebut menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa perusahaan kecil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecendrungan manajemen melakukan perataan laba.
Faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah salah satunya profitabilitas perusahaan yang akan diukur dengan menggunakan Return
on Assets ROA atau Return on Investment ROI. Profitabiltas merupakan salah satu ukuran penting dari rasio keuangan perusahaan yang sering dijadikan acuan
oleh investor dalam membeli atau menjual saham suatu perusahaan. Bagi investor perlu membuat perbandingan antar perusahaan dari waktu ke waktu
dengan tujuan agar dapat mengendalikan perbedaan sumber daya yang dimiliki Foster, 1986. Dilain pihak profitabilitas penting bagi kreditor untuk
memutuskan apakah sebuah perusahaan wajar menerima pinjaman atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Ashari et. al, 1994, menemukan hasil
bahwa perataan laba yang dilakukan di perusahaan yang terdaftar di Singapore Stock Exchange cenderung dilakukan oleh perusahaan yang memiliki
profitabilitas rendah dan kurang menguntungkan. Jatiningrum 2000 juga mengemukakan bahwa fluktuasi laba yang cenderung menurun akan memberikan
dampak tersendiri bagi profitabilitas perusahaan, dimana dampak krisis moneter yang terjadi di Indonesia merupakan salah satu penyebab manajemen melakukan
perataan laba. Financial leverage merupakan faktor lainnya yang berpengaruh dalam
perataan laba. Financial leverage perusahaan diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio DER yaitu menunjukkan perbandingan utang dan modal.
Timbulnya manajemen laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Watt dan Zimmerman 1986, salah satunya rasio hutang terhadap aktiva debt to equity
hypothesis atau leverage hypothesis. Adanya indikasi perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat
melalui kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi utangnya dengan menggunakan modal yang dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
Faktor pertumbuhan perusahaan adalah variabel independen yang ketiga yang diproksikan dengan pertumbuhan earning per share akan diuji melalui
variable dummy. Pertumbuhan Earnings Per Share merupakan alat analisis tingkat pertumbuhan perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional
atau juga dimamfaatkan oleh investor untuk mengestimasi nilai instristik saham. Menurut Meilani dan Baridwan 2000, laba bersih per saham adalah jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya
dividen yang akan dibagikan. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan diatas, maka
kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti yang disajikan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis Penelitian