BAB IV KEPENTINGAN YANG TERMAKTUB MELALUI PELAKSANAAN
GONDANG NAPOSO DI DESA GAJAH
1 Hiburan di saat Liburan Bagi Orang Batak Toba
Sejak tahun 1971 sampai sekarang PERMUSIMDES selalu merayakan pesta ulang tahunnya dengan mengadakan gondang naposo. Gondang naposo
merupakan kekayaan budaya orang Batak Toba. Kekayaan tersebut diperoleh dari nenek moyang orang Batak Toba. Sebagai kekayaan budaya yang diwariskan
gondang naposo harus dijaga kelestariaanya agar tidak punah. Oleh karena itu, orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah selalu melaksanakan gondang naposo
setiap tahunnya. Melalui pelaksanaan gondang naposo orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah khususnya generasi muda dapat belajar menghargai
kebudayaannya. Gondang naposo dilaksanakan selama dua hari dua malam dari hari Sabtu
sampai hari Minggu. Gondang naposo dilaksanakan sebagai sarana hiburan di saat liburan bagi masyarakat di Simpang Desa Gajah khususnya bagi muda-mudi
Simpang Desa Gajah yang telah setahun penuh menjalankan tanggungjawabnya sebagai anggota PERMUSIMDES. Kenyataan tersebut ditegaskan oleh
keterangan salah satu informan yaitu Melita Zebua: “Menurut saya pelaksanaan gondang naposo sangat
menyenangkan karena di saat liburan kita tidak perlu bepergian untuk mencari hiburan. Saat gondang naposo berlangsung banyak
Universitas Sumatera Utara
orang yang datang menghadirinya, tidak hanya masyarakat Desa Gajah, masyarakat dari desa lain juga datang bahkan tak jarang
masyarakat Desa Gajah khususnya para muda-mudi yang merantau juga datang. Semua yang menyaksikan gondang naposo
terhibur karena dapat manortormenari sepuasnya, dapat bertemu dengan teman bahkan ada yang berusaha mencari pacar. Pada
kesempatan ini semua merasa senang khususnya bagi PERMUSIMDES karena pesta gondang naposo tersebut
merupakan pesta perayaan ulang tahun PERMUSIMDES sendiri”.
Sebagai organisasi kepemudaan PERMUSIMDES memiliki tanggungjawab yang besar yaitu membantu setiap orang tua PERMUSIMDES
yang mengadakan pesta. Bantuan yang diberikan seperti membungkus teh, membuat teh manis kopi, memcuci piring, memasang tenda dan lain-lain. Apabila
muda-mudi membantu pelaksanaan pesta para orang tua sangat senang. Saat pelaksanaan gondang naposo berlangsung para orang tua selalu mendukung
dengan memberikan sumbangan, nasehat, dan dengan senang hati meminjamkan ulosnya pada saat gondang naposo dilaksanakan.
Pada saat gondang naposo ini para orang tua, anak-anak sekolah minggu, para undangan secara khusus anggota PERMUSIMDES dapat terhibur karena
pada saat gondang naposo inilah semua orang dapat menari manortor sepuasnya. Terlebih bagi PERMUSIMDES atau muda-mudi Simpang Desa Gajah sangat
senang dan terhibur dengan adanya acara gondang naposo. Kenyataan tersebut
Universitas Sumatera Utara
terlihat pada saat mamungka tua ni gondang membuka gondang Oppung Helen Gultom menyampaikan kepada pargonsi bahwa mereka ingin memberikan
kesempatan kepada anak-anak mereka untuk bergembira http:at3r
wordpress.com20080202. Pada saat gondang naposo dilaksanakan banyak kesempatan muda-mudi
Simpang Desa Gajah untuk mencari teman, pacar maupun pasangan hidupjodoh. Hal ini dikarenakan, pada saat gondang naposo berlangsung banyak undangan
yang berdatangan dari berbagai desa untuk manortor atau menari. Pada saat seperti ini, muda-mudi Simpang Desa Gajah dan muda-mudi dari desa-desa lain
juga dapat saling mengenal bahkan ada juga yang ketemu dengan teman lama pada saat acara gondang naposo tersebut.
Muda-mudi yang sekolah atau bekerja di rantau juga banyak yang datang pada saat pelaksanaan gondang naposo. Pada saat itu mereka dapat melepas rindu
dengan keluarga, teman lama dan pacar. Pada saat inilah para perantau dapat melepas rindunya untuk manortor atau menari sepuasnya karena di tempat
perantauannya kegiatan gondang naposo tidak dapat dijumpainya. Pada saat pelaksanaan gondang naposo PERMUSIMDES kadang
mengalami keuntungan maupun kerugian. Namun, PERMUSIMDES dan para orang tua tidak terlalu kecewa sekalipun gondang naposo mengalami kerugian.
Hal ini dikarenakan, gondang naposo telah memberikan hiburan dan kesenangan tersendiri maka pada pelaksanaan gondang naposo berikutnya para orang tua tetap
mau membantu dana PERMUSIMDES.
Universitas Sumatera Utara
Namun, apabila pelaksanaan gondang naposo mengalami keuntungan dari semua sumbangan yang terkumpul maka hal ini sangat mengembirakan. Hal ini
dikarenakan, apabila gondang naposo PERMUSIMDES mengalami keuntungan maka semua anggota PERMUSIMDES dapat mengajukan permohonan kepada
para orang tua dan pembina PERMUSIMDES agar diberikan kesempatan untuk rekreasi dengan bantuan dana dari keuntungan gondang naposo tersebut. Begitu
juga para orang tua sagat senang apabila PERMUSIMDES mengalami keuntungan karena uang kas dan uang keuntungan dari gondang naposo tersebut
dapat dipakai oleh para orang tua yang membutuhkannya dengan bunga yang rendah.
Pada saat rapat penutupan dengan para orang tua dan pembina PERMUSIMDES disepakati bahwa semua anggota PERMUSIMDES diberi izin
untuk rekreasi. Permohonan semua anggota PERMUSIMDES dikabulkan karena pelaksanaan gondang nasoso memperoleh keuntungan sekitar Rp. 1.758.000.
Oleh karena itu, para orang tua memberikan keuntungan dari gondang naposo tersebut sebesar RP. 1.000.000 kepada PERMUSIMDES untuk rekreasi ke
Parapat dan Tomok. Namun, kekurangannya ditambahi oleh anggota PERMUSIMDES sendiri.
Tepat pada Sabtu malam muda-mudi Simpang Desa Gajah berangkat ke Parapat naik mobil Garuda. Pada saat rekreasi semua anggota PERMUSIMDES
dipantau oleh ketua dan pembina PERMUSIMDES. Selesai rekreasi semua anggota PERMUSIMDES pun kembali pada Minggu malam. Oleh karena itu,
Universitas Sumatera Utara
dapat dipahami bahwa melalui pelaksanaan gondang naposo muda-mudi Simpang Desa Gajah dan semua masyarakat Simpang Desa Gajah dapat terhibur.
2 Sarana Pencarian Jodoh
Menurut Sinaga 2008:2 pelaksanaan gondang naposo merupakan sarana membina hubungan generasi muda, pematangan jiwa kemandirian dan secara
khusus sebagai ajang pencarian jodoh http:at3r
wordpress.com20080202. Demikian halnya gondang naposo yang dilaksanakan di Desa Gajah selain
sebagai hiburan juga sebagai sarana pencarian jodoh. Kesempatan tersebut semakin besar karena anggota PERMUSIMDES telah meyebarkan 50 undangan
ke berbagai organisasi kepemudaan, organisasi sosial, instansi, gereja, dan serikat tolong-menolong yang ada di Simpang Desa Gajah dan yang ada di desa
tentangga. Oleh karena itu, pelaksanaan gondang naposo ramai dengan para undangan yang datang untuk manortor.
Saat acara gondang naposo berlangsung para undangan pun datang untuk manortor atau menari meskipun ada sebagian undangan yang tidak datang. Para
undangan diberi kesempatan 15-20 menit untuk manortor. Pada saat para undangan manortor inilah kesempatan muda-mudi Simpang Desa Gajah
berkenalan dengan muda-mudi dari huta tetangga dan luat yang lebih jauh artinya desa tetangga dan desa-desa yang lebih jauh. Sebagian muda-mudi Simpang Desa
Gajah memperoleh teman dan mungkin sebagian lagi ada yang memperoleh pacar maupun jodoh. Demikian sebaliknya, apabila di desa lain diadakan acara gondang
naposo dan muda-mudi Simpang Desa Gajah diundang maka PERMUSIMDES
Universitas Sumatera Utara
pun akan datang menghadiri undangan tersebut. Hal ini dikarenakan apabila undangan dari desa lain datang pada pelaksanaan gondang naposo
PERMUSIMDES maka sebagai balasannya PERMUSIMDES harus datang keacara gondang naposo yang dilaksanakan oleh desa lain tersebut.
Muda-mudi PERMUSIMDES yang sekolah dan bekerja diperantauan juga datang untuk menyaksikan pelaksanaan gondang naposo tersebut. Suasana
gondang naposo benar-benar menjadi ramai dan ini merupakan kesempatan bagi para muda-mudi yang masih jomlo atau yang tidak punya pacar untuk mencari
pacar. Kesempatan ini tidak akan disia-siakan oleh para muda-mudi, khususnya muda-mudi yang usianya sudah mulai tua. Mereka akan memanfaatkan
kesempatan ini untuk mencari jodoh karena usia mereka telah mendesak mereka untuk cepat-cepat memperoleh jodoh. Maka dari itu, dapat dipahami bahwa
melalui pelaksanaan gondang naposo, para muda-mudi yang ada di Simpang Desa Gajah memiliki kesempatan untuk memperoleh teman, pacar khususnya
jodoh.
3 Pengintegrasian dan Membangun Solidaritas Orang Batak Toba
Di Simpang Desa Gajah terdapat tiga Serikat Tolong Menolong yakni Serikat Jalan Siantar, Serikat Jalan Kisaran dan Serikat Jalan Gereja. Sejak tahun
1971 para orang tua dari ketiga serikat ini bersepakat membentuk organisasi atau perkumpulan muda-mudi yakni Persatuan Muda-mudi Simpang Desa Gajah yang
disingkat dengan PERMUSIMDES. Sejak saat itu PERMUSIMDES selalu merayakan ulang tahun dengan mengadakan gondang naposo. Gagasan untuk
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan ulang tahun PERMUSIMDES dengan melaksanakan gondang naposo diprakarsai oleh orang tua dari Serikat Jalan Gereja, Serikat Jalan Siantar
dan Serikat Jalan Kisaran. Jadi pada dasarnya acara gondang naposo tidak semata-mata urusan muda-mudi saja. Oleh karena itu, peranan orang tua dari
ketiga serikat yang ada di Simpang Desa Gajah sangat besar terhadap pelaksanaan gondang naposo.
Di Desa Gajah, Orang Batak Toba terintegrasi dalam tiga Serikat Tolong Menolong yaitu Serikat Jalan Kisaran , Serikat Jalan Siantar dan Serikat Jalan
Gereja. Orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah juga terintegrasi dalam organisasi PERMUSIMDES. Setiap pendatang yang berniat tinggal
menetap di Simpang Desa Gajah mau tidak mau akan masuk serikat. Secara tidak langsung, anaknya juga akan masuk menjadi anggota PERMUSIMDES dan akan
turut perpartisipasi dalam pelaksanaan gondang naposo. Maka dari itu orang tua dan muda-mudi orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah akan
terintegrasi pada pelaksanaan gondang naposo. Di Desa Gajah juga terdapat beberapa organisasi sosial dan puguan atau
perkumpulan. Pertama, organisasi sosial yakni: Gerakan Muda-mudi Kristen Indonesia GAMKI, Serikat Pekerja Transport Indonesia SPSI, Ikatan Pemuda
Karya IPK, Karang Taruna, Ikatan Pemuda Pancasila IPP, dan LSM Porma Satu. Kedua, puguan atau perkumpulan marga yakni: Perkumpulan Raja Sonang
yang terdiri dari Goltom, Samosir, Pakpahan, dan Sitinjak, Perkumpulan Gultom, Perkumpulan
Patambor Manurung, Perkumpulan Toga Simatupang,
Perkumpulan Borbor Marsada yang terdiri dari Malau, Pasaribu, Lubis,
Universitas Sumatera Utara
Perkumpulan Siagian dan lain-lain. Ketiga, perkumpulan gereja yakni Perkumpulan Jemaat Katholik Desa Gajah, Jemaat HKBP Huria Kristen Batak
Protestan Desa Gajah, Jemaat GMI Gereja Methodis Indonesia, dan lain-lain. Pada saat gondang naposo berlangsung organisasi sosial dan perkumpulan
gereja juga datang . Setiap organisasi sosial dan perkumpulan gereja yang datang, manortormenari dan memberikan sumbangan kepada anggota PERMUSIMDES.
Pada saat gondang naposo berlangsung para undangan yang datang dari organisasi sosial dan perkumpulan gereja manortor sepuasnya.
Pada saat pelaksanaan gondang naposo, orang Batak Toba yang ada di desa-desa lain juga akan datang menghadiri gondang naposo tersebut. Demikian
sebaliknya, jika desa lain mengadakan gondang naposo maka muda-mudi Simpang Desa Gajah juga akan datang ke gondang naposo tersebut. Jadi muda-
mudi orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah dan yang ada di desa- desa lainnya akan terintegrasi melalui pelaksanaan gondang naposo tersebut.
Pada bahwa awalnya gondang naposo dilaksanakan di Simpang Desa Gajah dan di desa lainnya yang ada di Kabupaten Asahan adalah untuk
menyatukan orang-orang Batak Toba yang ada di Asahan khususnya di Desa Gajah. Palaksanaan gondang naposo tersebut dilakukan sebagai usaha untuk
menghidupakan kembali budaya Batak Toba yang di bawa dari daerah asal bona pasogit. Orang Batak Toba merupakan pendatang dan dulunya merupakan
kelompok etnik minoritas di Asahan khususnya di Desa Gajah. Seiring dengan berlalunya waktu jumlah orang Toba juga semakin banyak dan pelaksanaan
gondang naposo juga semakin banyak dilaksanakan diberbagai desa di Asahan
Universitas Sumatera Utara
khususnya di Desa Gajah. Bahkan ada juga desa lain yakni Desa Tano Datar yang terdiri dari orang Jawa, dan Melayu serta orang Batak Toba yang terdiri dari
beberapa orang saja, melaksanakan gondang naposo. Muda-mudi Desa Tano Datar tersebut menamakan perkumpulan mereka dengan sebutan BAJOKA atau
Batak Jawa. Ada juga desa lain seperti Kampung Jati dan Kampung Durian yang
melaksanakan gondang naposo padahal mereka adalah orang jawa. Pada saat pelaksanaan gondang naposo PERMUSIMDES muda-mudi Kampung jati dan
Kampung Durian juga meminta agar PERMUSIMDES mengundang mereka. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa melalui pelaksanaan gondang naposo
orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah dapat terintegrasi. Di samping itu, orang Batak Toba yang ada di desa lain dan kelompok etnik lain juga terintegrasi
dalam pelaksanaan gondang naposo tersebut. Tidak hanya sebagai sarana pengintegrasian, gondang naposo juga berperan
sebagai sarana untuk membangun rasa solidaritas
14
14
Solidaritas kelompokgroup solidarity merupakan rasa bersatu antar warga suatu kelompok dalam suatu masyarakat. Lihat Suyono, Ariyono Aminuddin Siregar. 1985. Kamus
Antropologi. Akademika Pressindo; Jakarta.
orang Batak Toba di Desa Gajah. Sejak dibentuknya PERMUSIMDES tepatnya Juni- Juli tahun 1971 oleh
para orang tua Simpang Desa, PERMUSIMDES membawa dampak positif bagi sesama orang Batak Toba yang ada di Simpang Desa Gajah. Hal ini terbukti saat
ada anggota PERMUSIMDES yang mengadakan pesta pernikahan, baik orang tua maupun muda-mudi bersama-sama membantu kegiatan pesta tersebut. Para orang
tua ikut membantu pesta tersebut karena orang tua dari mempelai tersebut
Universitas Sumatera Utara
merupakan anggota serikat. Sedangkan, PERMUSIMDES ikut membantu pesta tersebut karena mempelai merupakan anggota PERMUSIMDES.
Biasanya PERMUSIMDES memberikan bantuan berupa tenaga dan uang. Bantuan tenaga yang diberikan dapat berupa kegiatan memasang tenda,
membungkus teh, membuat teh maniskopi, mencuci piring dan lain-lain. Sedangkan, bantuan uang yang diberikan PERMUSIMDES berasal dari kas dan
jumlahnya sesuai dengan uang pendaftaran yang diberikan mempelai saat mendaftar sebagai anggota PERMUSIMDES.
Apabila ada orang tua maupun muda-mudi yang sakit, tak lupa anggota PERMUSIMDES juga datang menjenguk dan memberikan bantuan berupa uang
kepada keluarga tersebut. Demikian juga halnya bila ada muda-mudi atau pun orang tua PERMUSIMDES yang meninggal dunia maka muda-mudi Simpang
Desa Gajah PERMUSIMDES akan memberikan bantuan berupa tenaga atau uang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Melalui pelaksanaan gondang naposo rasa solidaritas sesama orang Batak Toba di Desa Gajah dapat terbangun. Rasa solidaritas tersebut tercermin saat
gondang naposo berlangsung. Para muda-mudi Simpang Desa Gajah yang sekolah dan yang bekerja di perantauan menunjukkan keberadaannya dengan
memberikan sumbangan kepada PERMUSIMDES. Oleh karena itu, hubungan baik antara orang tua dan muda-mudi Simpang Desa Gajah yang ada di kampung
dan yang ada di perantauan tetap terjalin. Melalui acara gondang naposo, sesama muda-mudi Simpang Desa Gajah dapat saling mengenal sehingga terjalin
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang baik diantara mereka sehingga saat ada masalah mereka dapat saling membantu.
Pada saat gondang naposo berlangsung, muda-mudi yang ada di desa lain juga datang untuk manortor
dan memberikan sumbangan kepada PERMUSIMDES. Demikian sebaliknya, apabila desa lain mengadakan gondang
naposo maka PERMUSIMDES juga akan datang dan memberikan sumbangan. Orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah dan yang ada di desa lain mewujudkan
rasa solodaritasnya dengan memberikan sumbangan dana kepada masing-masing desa yang melaksanakan gondang naposo secara timbal balik.
Kenyataan tersebut dikuatkan oleh pendapat Koentjaraningrat 1972:165 bahwa dalam masyarakat kecil prinsip timbal balik merupakan penggerak
masyarakat dalam melakukan tindakan tolong-menolong. Dasar dari tindakan tolong-menolong tersebut rupanya suatu perasaan saling butuh-membutuhkan
yang ada dalam jiwa masyarakat. Malinowski juga menjelaskan bahwa penduduk Kepulauan Trobriand dalam kehidupannya melakukan sistem tukar-menukar
benda maupun tenaga. Sistem menyumbang yang dilakukan merupakan upaya untuk menimbulkan kewajiban untuk membalas. Demikian halnya yang terjadi
dalam pelaksanaaan gondang naposo di Desa Gajah bahwa setiap undangan yang berasal dari berbagai desa datang manortor dan memberikan sumbangan,
demikian sebaliknya. Pemberian sumbangan oleh undangan yang datang dari berbagai desa dilakukan dalam rangka saling membutuhkan. Hal ini disebabkan,
para undangan yang memberikan sumbangan kepada PERMUSIMDES juga
Universitas Sumatera Utara
mengharapkan sumbangan dari PERMUSIMDES pada saat para undangan melaksanakan gondang naposo.
4 Komunikasi Orang Batak Toba di Desa Gajah Terhadap Tuhan, dan Sesamanya.
Gondang dan tortor dalam sebuah upacara adat maupun dalam suatu acara pesta sangat erat kaitannya bagi masyarakat Batak Toba. Demikian halnya dengan
gondang naposo yang dilaksanakan di Desa Gajah tidak terlepas dengan yang namanya gondang dan tortor. Saat gondang naposo berlangsung kehadiran
gondang tidak akan sempurna tanpa adanya tortor. Tortor juga tidak akan dipagelarkan apabila gondang tidak dimainkan. Jadi bagi orang Batak Toba
gondang dan tortor tidak dapat dipisahkan Malau, 2007:2. Menurut keterangan salah satu informan yaitu Oppung Helen Gultom
bahwa tortor merupakan perwujudan rasa hormat kepada Tuhan, dan kepada khalayak ramai na liat na lolo yang hadir pada oleh pelaksanaaan gondang
naposo dan disampaikan dengan perantaraan gondang. Penjelasan di atas dikuatkan oleh pendapat s.m.n bahwa fungsi gondang dalam upacara adat Batak
Toba adalah sebagai suatu media komunikasi antar manusia dan Tuhan Pencipta http:kairo.nainggolan.net?p=38
. Informasi yang diperoleh dari informan tersebut, terbukti pada saat pelaksanaan gondang naposo, tepatnya sebelum
membuat tua ni gondang terlebih dulu si peminta gondang meminta pargonsi memainkan gondang. Hal ini dilakukan, agar melalui gondang tersebut dapat
disampaikan rasa hormat dan sembah kepada Tuhan Pencipta bahwasanya muda-
Universitas Sumatera Utara
mudi Simpang Desa Gajah hendak melaksanakan suatu acara yakni gondang naposo.
Pada saat si peminta gondang meminta gondang somba atau gondang sembah, si peminta gondang terlebih dahulu mengatakan “Saonari Bahen amang
majo gondang somba-somba i, Asa isomba hami Amatta Debata dohot naliat nalolo. Artinya, sekarang musisi mainkanlah dulu gondang sombagondang
sembah itu, Biar kami sembah dulu Tuhan Pencipta bersama para hadirin. Pada saat pargonsi memainkan gondang mula-mula, sipeminta gondang
manortor. Menurut informan yaitu Sari Simangunsong bahwa gondang mula- mula tersebut merupakan tanda penghormatan kepada Tuhan, dan sesamanya. Hal
ini dikarenakan, gondang mula-mula dimainkan untuk menyampaikan rasa hormat, sembah dan menyampaikan kabar kepada Tuhan bahwasnya
PERMUSIMDES hendak melaksanakan gondang naposo. Gondang hasahatan sendiri merupakan perwujudan rasa terima kasih kepada Tuhan atas kesehatan
yang telah mereka terima. Melalui gondang hasahatan PERMUSIMDES hendak menyampaikan keinginan dan permintaan kepada Tuhan dengan harapan bahwa
permintaannya akan dikabulkan. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa gondang naposo merupakan wujud komunikasi PERMUSIMDES dengan Tuhan
dan sesamanya yang menyaksikan gondang naposo tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5 Ekspresi Idenditas dan Kesinambungan Budaya Batak Toba di Luar Daerah Asal
Orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah bukanlah penduduk lokal melainkan pendatang. Orang Batak Toba bermigrasi ke Desa Gajah sejak tahun
1952 dengan tujuan membuka lahan untuk persawahan atau manombang. Menurut keterangan informan orang pertama yang datang ke Desa Gajah adalah Pasaoran
Samosir. Beliaulah yang pertama membuka hutan menjadi lahan persawahan di Desa Gajah. Sejak saat itu arus migrasi dari bona pasogit ke Desa Gajah semakin
pesat. Sebagai pendatang, Orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah mau tidak
mau harus beradaptasi. Proses adaptasi yang dilakukan terkait dengan lingkungan sosial budaya yang berbeda dari daerah asalnya yaitu bona pasogit. Oleh karena
itu, agar dapat bertahan hidup survive orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah membentuk kelompok baru dengan tinggal bersama warga kelompok asalnya
yang lebih dulu bermigrasi ke Desa Gajah. Dengan berlalunya waktu jumlah orang Batak Toba yang ada di Desa
Gajah semakin banyak. Oleh karena itu, mereka mulai membentuk perkumpulan berdasarkan marga, Serikat Tolong Menolong STM, perkumpulan gereja,
perkumpulan muda-mudi dan lain-lain. Adapun perkumpulan tersebut merupakan suatu sarana dalam rangka usaha untuk saling menolong di antara sesama anggota
perkumpulan tersebut. Namun, perlu dipahami bahwa kehidupan orang Batak Toba di bona
pasogit sangat berbeda dengan kehidupan orang Batak Toba yang ada di Desa
Universitas Sumatera Utara
Gajah. Kehidupan orang Batak Toba di bona pasogit itu bersifat homogen dan monoton sehingga perkumpulan marga jarang ditemukan, jadi berhadapan dengan
orang-orang yang semarga sudah biasa. Sedangkan, orang Batak Toba di Desa Gajah bersifat heterogen dan bertemu dengan orang yang semarga merupakan hal
yang menyenangkan sehingga hubungan marga tersebut harus tetap dijaga. Oleh karena itu, orang Batak Toba di Desa Gajah mengembangkan perkumpulan-
perkumpulan khususnya perkumpulan marga di tempat yang baru. Orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah juga mulai menyusun dan
menegaskan idenditas
15
15
IdenditasIdentity merupakan tanda khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau Negara
sendiri. Lihat Suyono, Ariyono Aminuddin Siregar. 1985. Kamus Antropologi. Akademika Pressindo; Jakarta.
kelompoknya melalui kebudayaannya yaitu gondang naposo. Hal tersebut ditegaskan oleh pendapat Koentjaranigrat 1974:104 bahwa
kesenian dalam hal ini seni musik yaitu gondang merupakan satu-satunya unsur kebudayaan dari tujuh unsur kebudayaan universal yang dapat menonjolkan sifat
khas idenditas dan mutu. Di samping sebagai penegasan idenditas pelaksanaan gondang naposo
juga menunjukkan suatu proses reproduksi kebudayaan yang oleh Irwan Abdullah dalam Ermansyah, 2005:26 dapat dipahami dari 3 aspek, yaitu:
Pertama, aspek kognitif. Dalam hal ini, orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah melihat kebudayaan atau gondang naposo sebagai sistem gagasan yang
merupakan pedoman hidup mereka di tempat yang baru. Hal ini, tercermin melalui pelaksanaan gondang naposo di Desa Gajah.
Universitas Sumatera Utara
Kedua, aspek evaluatif. Aspek evaluatif merupakan standar nilai yang masih direproduksi dan digunakan untuk menilai kehidupan ditempat yang baru.
Melalui aspek evaluatif ini dapat dipahami bahwa orang Batak Toba di Desa Gajah masih mereproduksi nilai-nilai budaya yang terdapat pada pelaksanaan
gondang naposo. Artinya dalam pelaksanaan gondang naposo nilai gotong royong masih tetap diterapkan dalam kehidupan orang Batak Toba di Desa Gajah. Nilai
gotong-royong tersebut tercermin pada saat para undangan datang manortor dan memberikan sumbangan dana kepada PERMUSIMDES. Demikian sebaliknya,
apabila desa lain mengundang PERMUSIMDES pada palaksanaan gondang naposo mereka, maka PERMUSIMDES juga harus datang menghadiri dan
memberikan sumbangan dana kepada mereka. Melalui pemberian sumbangan dana tersebut menggambarkan aturan atau norma-norma bahwa saat kita memberi
maka kita juga mengharapkan diberi. Ketiga, aspek simbolik yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi
kebudayaan yang dapat dilihat dari berbagai upacara. Melalui aspek simbolik ini, dapat dipahami bahwa melalui pelaksanaan gondang naposo orang Batak Toba
yang ada di Desa Gajah ingin menunjukkanmengekspresikan kebudayaannya kepada kelompok etnik lain yang ada di Desa Gajah maupun yang ada di desa
tetangga. Pada saat gondang naposo dilaksanakan para undangan manortor dan melalui musik gondang dan tortor atau tarian, orang Batak Toba yang ada di Desa
Gajah secara simbolik mau menunjukkan atau mengekspresikan idenditas dihadapan kelompok etnik lain yang ada di Desa Gajah. Melalui pelaksanaan
gondang naposo tersebut etnik lain juga akhirnya dengan mudah mengetahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa PERMUSIMDES adalah orang Batak Toba yang tetap melestarikan kebudayaannya.
Selain kelompok etnik Batak Toba kelompok etnik lainnya seperti etnik Jawa juga datang pada pelaksanaan gondang naposo PERMUSIMDES. Menurut
mereka gondang naposo sangat menarik dan menghibur sehingga mereka sendiri minta kepada anggota PERMUSIMDES agar mereka juga diundang. Kelompok
etnik Jawa yang datang pada saat pelaksanaan gondang naposo PERMUSIMDES menyebut kelompok mereka dengan Muda-mudi Kampung Jati, Batak Jawa
BAJOKA, dan Muda-mudi Kampung Durian. Jadi melalui pelaksanaan gondang naposo ini orang Batak Toba yakni para orang tua, Pembina maupun anggota
PERMUSIMDES ingin menunjukkan inilah kebudayaan kami. Di samping sebagai sarana ekspresi idenditas gondang naposo juga
dilaksanakan dalam rangka kesinambungan budaya. Oleh karena itu, untuk dapat memahami pelaksanaan gondang naposo sebagai kesinambungan budaya terlebih
dahulu saya jelaskan bahwa menurut Nainggolan 1979:77 bahwa dulunya gondang tunggal gondang naposo merupakan pesta muda-mudi yang
dilaksanakan di halaman rumah selama tujuh hari tujuh malam. Acara ini merupakan hiburan muda-mudi yang mana muda-mudi memainkan lagu dengan
gondang sabangunan.
Pendapat Nainggolan tersebut didukung oleh informasi yang diperoleh peneliti dari informan yakni M. Simanjuntak bahwa dulunya gondang naposo itu
dilaksanakan selama tujuh hari tujuh malam dengan menggunakan gondang sabagunan dan gondang naposo tersebut dilaksanakan di halaman rumah.
Universitas Sumatera Utara
Perangkat alat musik yang digunakan dalam gondang sabangunan terdiri dari 5 buah taganing atau gendang, ogung, sarune, dan hesek. Saat memainkan gondang
sabagunan juga harus memenuhi syarat tertentu. Penggunaan gondang sabangunan tidak dapat dilepaskan dengan
kepercayaan masyarakat tradisional Batak Toba. Gondang sabangunan dalam agama tradisonal Batak Toba, di tempatkan sebagai media komunikasi antar
manusia dan Tuhan Pencipta Debata Mulajadi Na Bolon. Menurut Jending Jerman hal ini merupakan adat hasipelebeguan
16
Namun, tidak semikian halnya dengan Orang Batak Toba bermigrasi ke Desa Gajah sejak tahun 1952 tak lupa membawa kebudayaannya yaitu gondang
Batak khususnya gondang naposo. Pada tahun 1971 para orang tua Simpang Desa Gajah membentuk Persatuan Muda-mudi Simpang Desa Gajah atau
PERMUSIMDES. Untuk pertama kali tepatnya Juni-Juli 1971 Permusimdes dan para orang tua merayakan ulang tahun PERMUSIMDES dengan mengadakan
. Sejak Jending Jerman masuk ke tanah Batak untuk menyebarkan agama kristen, maka penggunaan gondang
sabagunan dilarang. Penggunaan gondang sabagunan tersebut diganti dengan penggunaan
musik Brass Band atau ensambel musik tiup yang dikombinasikan dengan perangkat alat musik tradisi. Misalnya, seruling, taganing, drum dan keyboard.
Sejak saat itu sampai sekarang penggunaan gondang sabangunan sudah jarang ditemukan akan tetapi praktek gondang ini masih dapat dijumpai dalam konteks
upacara yang dilakukan oleh komunitas agama Parmalim Hutajulu, 2006:6.
16
Haipelebeguan adalah kepercayaan pada dewa dalam mitologi Batak Toba, pada roh nenek moyang yang mendiami tempat-tempat sakral.
Universitas Sumatera Utara
gondang naposo. Pelaksanaan gondang naposo diupayakan dalam rangka kesinambungan budaya Batak Toba di luar daerah asal bona pasogit. Hal ini
dikarenakan, dimanapun orang Batak Toba berada mereka selalu membawa budayanya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup di tempat yang baru. Oleh
karena itu, melalui penjelasan sebelumnya dapat dipahami bahwa pelaksanaan gondang naposo merupakan sarana pengintegrasian orang Batak Toba yang ada di
Desa Gajah sekaligus sarana melestarikan kebudayaan Batak Toba.
6. Sarana Bagi Kepentingan Politik
Pelaksanaan gondang naposo dapat dipahami sebagai sarana bagi kepentingan politik. Hal ini terbukti, dimana hampir setiap pelaksanaan gondang
naposo selalu saja ada rombongan dari sebuah partai datang dalam rangka meminta dukungan kepada masyarakat Simpang Desa Gajah. Demi memperoleh
dukungan, para tokoh politik tersebut memberikan banyak sumbangan kepada anggota PERMUSIMDES. Namun, perlu dipahami bahwa para tokoh politik
tersebut titak saja berasal dari etnik Batak Toba akan tetapi ada juga yang berasal dari etnik lain seperti etnik Melayu.
Salah satu contoh pada pelaksanaan gondang naposo tahun 2007 OK. Karya dari partai Golkar yang berencana mencalonkan diri sebagai Bupati di
Kabupaten Batu Bara. Beliau berasal dari kelompok etnik Melayu. Namun, demi memperoleh dukungan beliau tetap mau datang ke acara gondang naposo yang
dilaksanakan oleh orang Batak Toba yang ada di Desa Gajah. OK. Karya telah berjuang memperoleh simpati masyarakat Desa Gajah dengan memberikan
Universitas Sumatera Utara
sumbangan sebesar RP.3.000.000. Namun, pada saat Kabupaten Batu Bara dibentuk masyarakat Desa Gajah tetap memilih berada dalam naungan Kabupaten
Asahan bukan Kabupaten Batu Bara. Pada pelaksanaan gondang naposo pada tahun 2008 tokoh politik dari
partai Golkar yakni Esmar Siagian juga datang ke Simpang Desa Gajah. Esmar Siangian manortor menari dengan rombongannya. Beliau menyumbang anggota
PERMUSIMDES sebasar Rp. 1650.000. Namun, dibalik itu semua Esmar Siagian berharap masyarakat Simpang Desa Gajah mendukungnya sebagai calon
Legislatif atau DPR tingkat II di Asahan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa terdapat berbagai kepentingan yang termaktub melalui pelaksanaan gondang
naposo tersebut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN