E. Kepuasan Kerja Karyawan
Moorse 1953 dalam Panggabean 2002: 128 mengemukakan bahwa pada dasarnya kepuasan kerja tergantung kepada apa yang diinginkan oleh
seorang karyawan dari pekerjaannya dan apa yang mereka peroleh. Karyawan yang paling merasa tidak puas adalah mereka yang mempunyai keinginan paling
banyak dan mendapat paling sedikit. Sedangkan yang merasa paling puas adalah mereka yang menginginkan banyak dan mendapatkannya. Locke 1969 juga
menyatakan hal serupa dalam Panggabean 2002: 129 bahwa kepuasan kerja adalah fungsi dari tingkat keserasian antara apa yang diharapkan dengan apa yang
dapat diperoleh, atau antara kebutuhan dengan penghargaan.
1. Aspek-aspek kepuasan kerja
Blau 1998 dalam Panggabean 2002: 129 mengatakan kepuasan kerja relevan terhadap penilaian prestasi. Hal ini berarti bahwa:
a. Kepuasan kerja adalah kepuasan terhadap setiap perlakuan yang mereka
terima di tempat kerja, termasuk kepuasan terhadap evaluasi pekerjaan,
seleksi, pemberian fasilitas dan tunjangan, insentif, dan pemberhentian.
b. Kepuasan kerja bukan merupakan konsep yang berdimensi tunggal,
melainkan berdimensi jamak. Seorang karyawan bisa saja puas dengan
dimensi yang satu tetapi tidak puas dengan dimensi yang lain. 2.
Faktor-faktor penentu kepuasan kerja
Dalam kaitannya dengan faktor-faktor penentu kepuasan kerja, beberapa peneliti yaitu Glison dan Durick 1998, Rosseau 1978 dalam Panggabean,
2004 mengatakan bahwa variabel-variabel tersebut dapat dikelompokkan ke
Universitas Sumatera Utara
dalam 3 tiga kelompok, yaitu karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi, dan karakteristik individu.
Karakteristik pekerjaan terdiri dari keanekaragaman keterampilan, identitas tugas, dan umpan balik pekerjaan. Karakteristik organisasi mencakup
skala usaha, kompleksitas, formalisasi, sentralisasi, jumlah anggota kelompok, anggaran anggota kelompok, lamanya beroperasi, usia kelompok kerja, dan
kepemimpinan. Sedangakan karakteristik individu terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, masa kerja, status perkawinan, dan jumlah tanggungan.
Panggabean, 2004: 129
3. Pengaruh karyawan yang tidak puas dan yang puas di tempat kerja
Ada konsekuensi ketika karyawan menyukai dan ketika karyawan tidak menyukai pekerjaannya. Empat respon kerangka yang menjadi kensekuensi
ketidakpuasan kerja karyawan yang berbeda satu sama lain bersama dengan dua dimensi: konstruktifdestruktif dan aktifpasif. Respon-respon tersebut
didefenisikan sebagai berikut: a.
Keluar exit. Ditunjukkan dengan meninggalkan organisasi. b.
Aspirasi voice. Secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan atau mendiskusikan masalah dengan atasan.
c. Kesetiaan loyality. Secara pasif tetapi optimis menunggu membaiknya
kondisi, termasuk membela organisasi ketika berhadapan dengan kecaman eksternal dan percaya pada organisasi dan manajemennya.
d. Pengabaian neglect. Secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih buruk,
temasuk ketidakhadiran atau keterlambatan yang terus menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya angka kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah PT Inalum
Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik
mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Tenaga
Listrik Tenaga Air PLTA di sungai tersebut. Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima laporan
tentang studi kelayakan proyek PLTA dan aluminium Asahan dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA
layak untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan- perundingan yang panjang dan bantuan ekonomi dari Pemerintah Jepang untuk
proyek ini, Pemerintah Indonesia dan 12 perusahaan penanam modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium
Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan. Untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta, keduabelas perusahaan
tersebut bersama Pemerintah Jepang membentuk sebuah perusahaan dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd. NAA yang berkedudukan di Tokyo pada
tanggal 25 Novemer 1975. Pemerintah Indonesia mengeluarkan SK Presiden No. 5 pada tahun 1976
untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, yang melandasi
Universitas Sumatera Utara