Manajemen Keamanan Pangan
18.5 Manajemen Keamanan Pangan
Untuk meningkatkan daya saing dalam perdagangan global, diper- lukan penguasaan standar yang dapat diterima oleh semua ne- gara yang terlibat didalamnya. Standar keamanan pangan yang Sudah dapat diterima oleh hampir semua negara di dunia telah di- keluarkan oleh Codex Alimenta- rius Commission (CAC), yaitu
komisi yang didirikan oleh Orga- nisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food Agriculture Organization (FAO) dan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Pe- nyusunan standar dalam CAC melibatkan beberapa komite yang anggotanya adalah anggota FAO dan WHO (Food Agriculture Or- ganization/ World Health Organi- zation 2000). Codex Committee melakukan sidang secara berkala untuk menetapkan standar, atur-n ode of practice), dan pedoman (guidelines) dalam bidang pa- gan.
Sebagai negara penghasil bahan pangan, Indonesia juga telah memunyai standar nasional ya-ng berkaitan dengan keamanan pangan, yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar ini diantaranya memuat bagaimana memproduksi bahan pangan ya- ng benar, bagaimana mengukur cemaran, dan menyajikan batas maksimum cemaran yang diper- kenankan. Standar ini diharapkan dapat memberikan jaminan kea- manan produk pangan Indonesia.
Sejumlah kebijakan dan peratur- an, baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah, surat ke- putusan menteri serta perangkat lainnya. Peraturan Pemerintah No 22 tahun 1982 tentang kesehatan masyarakat veteriner merupakan salah satu perangkat dalam pelaksanaan Undang- Undang No 6 tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pe- ternakan dan Kesehatan Masya- rakat Veteriner. Keamanan pa- ngan juga merupakan bagian penting dalam Undang-Undang Pangan No 7 tahun 1996. Di samping itu juga telah ada Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang dapat menjadi landasan hukum bagi pemberdayaan dan perlindungan konsumen dalam memperoleh haknya atas pangan yang aman.
Keamanan pangan juga meliputi bahan pangan hasil rekayasa genetik atau genetic modified organism (GMO). Sebagian ma- yaakat merasa khawatir bahwa gen yang dimodifikasi akan me- yeabkan alergi, keracunan atau penurunan nilai gizi.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam menentukan keamanan pangan adalah kehalalan. Ini penting terutama bagi bahan pangan yang berasal dari ternak. Untuk mendapatkan jaminan kea- manan pangan, banyak hal yang perlu diperhatikan karena banyak pihak yang terlibat. Pembahasan unsur-unsur yang terlibat dalam menciptakan jaminan keamanan pangan diharapkan dapat mem- berikan gambaran kontribusi pi- ak yang terkait dalam mem- peroleh jaminan keamanan pa- ngan.
Sebagai negara berkembang, In- donesia mengalami kesulitan un-
tuk menerapkan standar nasional yang ditetapkan oleh Codex. Ten- tu saja ini menyulitkan Indonesia dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) yang memiliki stan- dar berdasarkan Codex.
Indonesia memiliki SNI yang me- ngacu ke standar yang ditetapkan Codex. Berdasarkan kesepaka- tan Sanitary and Phytosanitary (SPS), setiap negara diperkenan- kan menentukan standarnya ma- sing-masing. Standar Codex bo- leh tidak digunakan apabila hal tersebut tidak memenuhi kepen- tingan perlindungan kesehatan nasional yang diinginkan. De- ngan kata lain, penyesuaian stan- dar tersebut dilakukan berdasar- kan kondisi setempat namun te- tap harus memiliki dasar ilmiah yang kuat dan proses dan hasil- nya dapat dipertanggungjawab- kan.
Sebagai standar yang ditetapkan sendiri, SNI sudah diinformasikan (notification) ke negara lain, khu- susnya yang memiliki hubungan kerjasama perdagangan.
Untuk mengontrol penerapan ma- najemen keamanan pangan, International and Standardisation Organization (ISO) telah menge- uran standar manajemen ke- amanan pangan beserta petun- juknya, yaitu :
a. ISO 22000 Food Safety
Management System; Management System;
ce on the application of ISO 22000-2005.
Untuk mempertahankan hubung- an kerjasama dengan sesame anggota Codex, setiap Negara memiliki Codex country point atau National Food Codex. Indonesia memiliki Codex Pangan Indone- sia yang beranggotakan perwak- ilan instansi pemerintah, lembaga penelitian, industri, asosiasi pro- dusen dan konsumen, serta pakar dibidang terkait. Codex Pangan Indonesia dibentuk ber- dasarkan kesepakatan instansi pemerintah yang memiliki kewe- nangan dalam bidang keamanan pangan dan perdagangan pa- ngan. Adapun tugas pokoknya adalah mengidentifikasi, memba- has, dan menetapkan kebijakan serta posisi Indonesia di forum CAC.