Pengertian Asuransi Syariah Sekilas Tentang Asuransi Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

A. Sekilas Tentang Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi Syariah

Definisi asuransi bisa meliputi lima aspek yaitu aspek ekonomi, hukum, social, bisnis dan matematika, sehingga asuransi dikatakan suatu bisnis yang unik karena menghimpun lima aspek tersebut sekaligus 9 . Adapun kata “Asuransi” berasal dari bahasa Belanda Assurantie yang kemudian menjadi Asuransi dalam bahasa Indonesia, namun istilah Assurantie itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah ahli bahasa Belanda akan tetapi dalam bahasa Latin yaitu Assecurare yang berarti meyakinkan orang. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis Assurance demikian pula dengan istilah Asseradeur yang berarti penanggung dan Geassureende yang berarti tertanggung, keduanya berasal dari perbendaharaan bahasa Belanda. Sedangkan dalam bahasa Inggris istilah pertanggungan dapat diterjemahkan menjadi Insurance dan Assurance kedua kata ini sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda, Insurance mengandung arti menanggung arti menanggung sesuatu yang tidak mungkin terjadi, sedangkan Assurance berarti 9 Muha m m a d Sya kir sula , Asura nsi Sya ria h Ko nse p d a n Siste m O p e ra sio na l, Ja ka rta : G e m a la Insa ni, 2004, h.27 14 Dalam ekonomi Islam, asuransi syariah merupakan lembaga keuangan syariah non bank yang bergerak dibidang jasa pinjaman atau pertanggungan risiko. Karenanya asuransi syariah dapat dilihat sebagai lembaga keuangan non bank yang beroperasi dalam bidang pertanggungan atau pinjaman risiko kepada nasabah 11 . Menurut Dewan Fatwa Syariah National No. 21DSN-MUVIII2002 tentang asuransi syariah yaitu usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi untuk menghadapi risiko tertentu melalui perikatan yang sesuai dengan syariah 12 . Sedangkan pada pasal 26 KUHD asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian timbal balik, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin atau dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu 13 . Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung tiga unsur, yaitu : 10 Da hla n Sia m a t., Ma na je me n Le mb a g a Ke ua ng a n., Ja ka rta ; Pe ne rb it Fa kulta s Eko no m i, VI, 2004, e d isi-4, ha l 419 11 He nd i Suhe nd i Da n De nik., Asura nsi Ta ka fu; Da ri Te o ri Ke p ra ktis., Ba nd ung ; Mim b a r Pusta ka , 2005, ha l 3 12 DSN Ma je lis Ula m a Ind o ne sia ., Himp una n Fa twa De wa n Sya ria h Na tio na l., Ja ka rta ; Inte rm e sa , 2003, e d isi-2, c e t-1, ha l 135 13 Purwo sutjip to ., Pe ng e rtia n Po ko k Hukum Da g a ng Ind o ne sia 6., Ja ka rta ; Dja m b a ta n, 1996, c e t-4, ha l 1 15 a. Pihak Tertanggung insured yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung secara sekaligus atau angsuran. b. Pihak Penanggung insurer yang berjanji akan membayar sejumlah uang santunan kepada tertanggung apabila terjadi sesuatu risiko yang mengandung unsur ketidak pastian. c. Suatu Peristiwa accident yang tidak diketahui sebelumnya. Dalam undang-undnag No. 2 tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yana terdapat dalam pasal 246 KUHD. Definisi asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasransian bab I pasal 1 menyebutkan bahwa “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengingatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung kepada kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang akan mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang di dasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan” 14 . Jadi asuransi syariah adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yaitu tertanggung dan penanggung, dimana tertanggung berkewajiban membayar premi yang telah disepakati sebelum adanya penutupan asuransi dan penanggung kewajiban membayarkan sejumlah uang jika terjadi sesuatu yang tidak diketahui kapan terjadinya yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan yang 14 AM. Ha sa n Ali., Asura nsi Da la m Pe rsp e ktif Hukum Isla m Sua tu Tinja ua n Ana lisis Histo ris, Te o ritis Da n Pra ktis., ha l 61 16 pengoperasiannya berdasarkn prinsip-prinsip syariah islam. Risiko yang dihadapi oleh manusia yang paling besar hanya ada dua, yakni hidup yang terlalu lama dan kematian yang terlalu cepat. Asuransi sebagai sebuah mekanisme perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seorang untuk membagi atau mengalihkan risiko, karena auransi menjawab rasa aman bagi setiap orang. 2. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta’awanu ‘alal birri wa al taqwa tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa dan al ta’min rasa aman. Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan lainnya saling menjamin dan menanggung risiko 15 . Para ekonom Islam mengemukakan bahwa asuransi ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu : a. Saling bertanggung jawab Para peserta asuransi memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas, para peserta asuransi setuju untuk saling bertanggung jawab antara satu sama lain karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah 16 . Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi, mencintai, saling 15 G e m a la De wi., Asp e k-Asp e k Hukum Da la m Pe rb a nka n Da n Pe ra sura nsia n Sya ria h Di Ind o ne sia ., Ja ka rta ; Ke nc a na , 2004, ha l 132 16 Muha m m a d Sya kir sula , Asura nsi Sya ria h Ko nse p d a n Siste m O p e ra sio na l, Ja ka rta : G e m a la Insa ni, 2004, h.230 17 ..... Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama kamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” QS. An-Nisa4 : 29 b. Saling Memberi manfaat ..... ⌧ ☺ ⌧ ⌧ Artinya : “ …adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap dibumi, demikian Allah membuat perumpamaan Allah mengumpamakan yang benar dan yang batil” QS. Ar-Ra’ad13 :17 Seorang muslim merupakan bagian dari umat muslim yang lain, jika salah satu dari mereka sakit maka yang lainpun merasakannya. Dalam asuransi syariah setiap peserta harus mengikhlaskan sebagian dananya yang disebut dengan dana kebajikan yang akan digunakan untuk menyantuni kepada siapa saja peserta asuransi yang mengalami musibah. 17 G e m a la De w i, Asp e k-Asp e k Hukum d a la m Pe rb a nka n d a n Pe ra sura nsia n Sya ria h d i Ind o ne sia , h.133 18 c. Bebas dari Praktek Magrib Maisir, Gharar , Rib a a. Maisir atau Untung-untungan ☺ ☺ ☺ ☺ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman khamar arak, berjudi berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan”. QS. Al-Maidah5 : 90 Maisir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja, yang biasa disebut berjudi. Istilah lain yang digunakan dalam al-Quran adalam ‘azim yang berarti praktik perjudian 18 . Dalam asuransi syariah jika orang menjadi peserta asuransi maka akan mendapatkan gambaran tentang berapa besar yang akan diterima jika peserta mengalami kerugian. Karena dalam asuransi syariah, akad yang dugunakan sangat jelas dan juga penempatan dana terpisah antara dana peserta dengan dana milik perusahaan. b. Gharar atau ketidakjelasan ﺎﻬ ﷲا ﺿر ﺮﻤ ا ﺚ ﺪﺣ : ﻰّﺘﺣ ﺮﻤﺜ ا ﺎﻬ ﻢّﺳو ﻪ ﷲا ﻰ ﺻ ﷲا لﻮﺳر ّنأ عﺎﺘ ﻤ او ﺋﺎ ا ﻰﻬ ﺎﻬﺣﻼﺳو ﺪ 18 Muha m m a d Sya kir Sula ., Asura nsi Sya ria h Ko nse p Da n O p e ra sio na l., ha l 48 19 Artinya : “Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, dia telah berkata : sesungguhnya Rasulullah SAW dilarang menjual buah-buahan sampai betul-betul masak. Larangan ini ditujukan kepada penjual dan pembeli”. HR. Jama’ah kecuali Tramidzi 19 Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ penipuan, yaitu suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. c. Riba ⌧ ⌧ ☺ Artinya : “Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak bertambah pada sisi Allah”. QS. Ar- Rum30 : 39 Riba adalah praktek bunga serta hal-hal lain yang berhubungan dengan aktifitas investasi pada perusahaan asuransi konvensional dengan melanggar syariat islam. Yang berlaku pada asuransi syariah adalah sistem mudharabah dimana 19 Ahma d Mud ja b Ma ha lli., Ha d its-ha d its Muta fa q ‘ Ala ih Ba g ia n Muna ka ha n Da n Mua m a la t., Ja ka rta ; Ke nc a na , 2004, e d isi-1, ha l 97-98 20 keuntungan dan kerugian dalam investasi pada asuransi syariah dibagi merata berdasar kesepakatan dalam akad. 3. Landasan Hukum Asuransi Syariah Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka, artinya Allah SWT dalam al-Quran hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujtahid untuk mengembangkannya melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan al-Quran dan hadits 20 . Hakikat asuransi secara islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerjasama atau bantu-membantu dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan oleh syariah, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan beban mereka sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 2 yang berbunyi : ⌧ Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat sangat besar siksa-Nya”. QS. Al- Maidah5 : 2 20 G e m a la De wi., Asp e k-a sp e k Hukum Da la m Pe rb a nka n Da n Pe ra sura nsia n Sya ria h Di Ind o ne sia ., ha l 127 21 a. Fatwa Dewan Syariah National Majelis Ulama Indonesia No. 21DSN-MUIX2001 tentang pedoman umum asuransi syariah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena regulasi yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan asuransi syariah 21 . b. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah, diantaranya : 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 421KMK.062003 tentang penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris perusahaan perasuransian. 2 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422KMK.062003 tentang penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423KMK.062003 tentang pemeriksaan perusahaan perasuransian. 4 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 424KMK.062003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 5 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425KMK.062003 tentang perizinan dan penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi. 6 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 426KMK.062003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 7 Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep. 4499LK2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah 22 . 21 G e m a la De wi., Asp e k-a sp e k Hukum Da la m Pe rb a nka n Da n Pe ra sura nsia n Sya ria h Di Ind o ne sia ., ha l 128 22

B. Seputar Bancassurance