Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata Pada Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2011

(1)

PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN

BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

KALVIN CHIULOTO 087031007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF THE WORK ENVIRONMENT CONDITION AND NON IONIZING RADIATION ON EYESTRAIN AT THE TRAVEL

EMPLOYEE IN THE CITY OF MEDAN

T H E S I S

By

KALVIN CHIULOTO 087031007/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN

BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

KALVIN CHIULOTO 087032015/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BIRO PERJALANAN DI KOTA

MEDAN

Nama Mahasiswa : Kalvin Chiuloto Nomor Induk Mahasiswa : 087031007

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Ketua

)

Anggota

(Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN

BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2011


(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 November 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Anggota : 1. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H

2. Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc 3. dr. Taufik Ashar, M.K.M


(7)

ABSTRAK

Computer Vision Syndrome (CVS) disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor komputer. American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. Pengamatan di empat biro perjalanan yaitu Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour & Travel di Kota Medan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20 orang karyawan, karyawan mengalami kelelahan mata dengan nilai VFI ≥ 0,4 (75%), tidak mengalami kelelahan mata (15%) dan mengalami gejala sakit kepala setelah bekerja (10%).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non pengion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket travel di Kota Medan. J

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama terpapar, jarak monitor, intensitas cahaya, suhu dan radiasi non peng-ion berpengaruh terhadap kelelahan mata pada karyawan Bagian Tiket Travel Kota Medan.

enis penelitian menggunakan metode survei dengan rancangan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan mulai pada Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2011. Populasi sebanyak 651 karyawan dan jumlah sampel 100 karyawan dengan teknik proporsional sampling. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis menggunakan Regresi Logistik.

Disarankan kepada Dinas Pariwisata Kota Medan membuat kebijakan tentang kelayakan ruangan kerja melalui pemantauan dan penyelenggaraan penyuluhan secara berkontiniu akan dampak radiasi non peng-ion dan intensitas cahaya. Diharapkan juga pimpinan travel menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan baku mutu kesehatan dan karyawan dalam bekerja melakukan tindakan minimalisasi dengan mengatur jarak pandang dan relaksasi mata.


(8)

ABSTRACT

Computer Vision Syndrome (CVS) is caused by a large reflection or glare from computer monitor. The American Optometric Association (AOA) in 2004 proved that 61% of American sitizen is experiencing a very serious problem in the eye as a result of working with computers for a long time. Observations in four travel agency that are Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays and Maju Ika Jaya Tour & Travel in the city of Medan using questionnaires Visual Fatigue Index (VFI) to 20 employees, employee eyestrain with VFI values ≥ 0.4 (75%), did not experience eyestrain (15%) and experienced symptoms of headache after work (10%).

The purpose of this study was to analyze the influence of environmental conditions (lighting and room temperature) non-ion magnetic radiation on the eyestrain in employees Travel Ticketing Section in Medan. This type of research using a survey method with cross-sectional study design. The experiment was conducted from January 2010 until July 2011. Population were 651 employees and the number of samples were 100 employees which had taken by a purposive sampling technique. Collecting data through interviews guided by the research questionnaire. Data were analyzed using Logistic Regression testing.

The results showed that long exposure, distance monitors, light intensity, temperature and non-ionic magnetic radiation had an influence on the eyestrain in employees of Travel Ticketing Section in Medan.

It is recommended to Dinas Pariwisata Medan City make policy about the feasibility of working the room through the monitoring and implementation of a continuous extension of the impact of non-ion magnetic radiation and lighting. Leader of the Travel are also expected to travel to provide working facilities in accordance with quality standards and health of employees in the work action set minimization with visibility and eye relaxation.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata Pada Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2011”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S. atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan


(10)

Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc dan anggota Komisi Pembimbing Dr. dr. Wirsal Hasan, H.P.H yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Komisi Penguji Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc dan dr. Taufik Ashar, M.K.M telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

6. Terima kasih kepada Ketua Yayasan Universitas Prima Indonesia yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pada Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Terima kasih kepada bapak-bapak pimpinan Travel yang memberikan izin penelitian, beserta seluruh karyawan Travel yang telah membantu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

8. Tak terhingga terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Istri penulis tercinta Fenty Wiharja, S.E serta kedua anakku tersayang Celine Marchia Chiuloto dan Thierry Fidel Chiuloto serta seluruh keluarga yang telah banyak memberikan sumbangan moril dan materil dan secara khusus kepada Ibunda Lim A Hiok yang telah banyak memberikan sumbangan moril dan materil.


(11)

9. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Falkultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh teman-teman, khususnya angkatan 2008 minat studi MKLI yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2011 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Kalvin Chiuloto, lahir di Medan pada tanggal 14 Juni tahun 1966, beragama Buddha, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Tjioe Sek Lim dan Ibunda Lim A Hiok, dan bertempat tinggal di Jalan Karya-II / Jalan Mesjid Helvetia Komplek Taman Helvetia Indah Blok. B No.30 Medan.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SD Bersubsidi Diski-II Medan dan tamat pada tahun 1981, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Santo Thomas-1 Medan dan tamat pada tahun 1984, dan penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Santo Thomas-2 Medan dan tamat pada tahun 1987. Dan pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 di Institut Teknologi TD.”Pardede” Medan pada Fakultas Teknik Industri Jurusan Teknik Informatika dan tamat pada tahun 1992.

Penulis memulai karir pada tahun 1992 mulai bekerja di SMP/SMA Sutomo-2 Medan sebagai staf pengajar sampai tahun 2006, dan pada tahun 1992 penulis juga bekerja di Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan sebagai staf pengajar sampai sekarang, dan pada tahun 1992 penulis juga bekerja di PT.Bank Panin,Tbk Cabang Medan sebagai karyawan sampai sekarang. Pada tahun 2007 penulis diterima lagi di Universitas Prima Indonesia sebagai staf pengajar sampai sekarang.

Pada tanggal 18 Desember 2003 penulis menikah dengan Fenty Wiharja,S.E anak dari Ramlan dan Kie Sioe Tjin, dan penulis dikaruniai dua orang anak satu putri dan satu putra.


(13)

Kemudian pada tahun 2008 penulis melanjutkan studinya ke pendidikan program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Lingkungan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata ... 8

2.1.1 Anatomi Mata ... 8

2.1.2 Alat Visual Mata ... 10

2.1.3 Fungsi Refraksi ... 11

2.1.4 Kelainan Refraksi ... 11

2.2 Kelelahan Mata Pengguna Komputer ... 14

2.2.1 Pengertian Kelelahan Mata ... 18

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Kelelahan Mata ... 21

2.3 Radiasi Non Peng-ion ... 23

2.4 Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata ... 27

2.5 Landasan Teori ... 27

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 29

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 30

3.3. Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31


(15)

3.4.1 Data Primer ... 32

3.4.2 Data Sekunder ... 33

3.4.3 Uji validitas dan Reliabilitas ... 33

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35

3.5.1 Variabel Penelitian ... 35

3.5.2 Definisi Operasional... 35

3.6. Metode Pengukuran ... 36

3.6.1 Pengukuran Variabel Independen ... 36

3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen ... 40

3.7. Metode Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2. Hasil Penelitian ... 44

4.2.1. Analisa Univariat ... 44

4.2.1.1. Distribusi Karakteristik Karyawan Bagian Tiket .. 44

4.2.1.2. Distribusi Kelelahan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu, dan Radiasi Non Peng-ion Komputer ... 46

4.2.2. Analisa Bivariat ... 47

4.2.2.1. Hubungan Variabel Independen (Umur, Masa Kerja, Pengetahuan, Sikap, Lama Terpapar, Jarak Monitor dengan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu Dan Radiasi Non Peng-ion) dengan Variabel Dependen (Kelelahan Mata) pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan ... 47

4.2.3. Analisa Multivariat... 51

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Karakteristik (Lama Terpapar dan Jarak Monitor) terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan ... 53

5.1.1. Pengaruh Lama Terpapar terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan... 53

5.1.2. Pengaruh Jarak Monitor terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan... 54

5.2. Pengaruh Keadaan Lingkungan (Intensitas Cahaya, dan Suhu Ruangan) terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 55

5.2.1. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 56

5.2.2. Pengaruh Suhu Rungan terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 57


(16)

5.3. Pengaruh Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata pada

Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 58

BAB 6. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ... 61

6.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(17)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Efek Psikologis dari Warna ... 23 2.2. Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion ... 25 4.1. Distribusi Luas Ruang Kerja dan Jumlah Karyawan Travel

di Kota Medan Tahun 2010 ... 43 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan ... 45 4.3. Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu,

dan Radiasi Non Peng-ion Komputer pada Karyawan Bagian

Tiket Biro Perjalanan di Kota Medan ... 47 4.4. Hubungan Variabel Independen (Umur, Masa Kerja, Pengetahuan,

Sikap, Lama Terpapar, Jarak Monitor dengan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu Dan Radiasi Non Peng-ion) dengan Variabel Dependen (Kelelahan Mata) pada Karyawan Bagian Tiket Biro

Perjalanan di Kota Medan ... 50 4.5. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Keadaan

Lingkungan Kerja (Lama Terpapar, Jarak Monitor, Intensitas Cahaya, Suhu Ruangan) dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan di


(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Anatomi Mata... 10

2.2. Kelainan Mata Hipermetropi ... 12

2.3. Kelainan Mata Miopia ... 12

2.4. Kelainan Mata Astigmatisma ... 13

2.5. Kelainan Mata Presbiopi ... 13

2.6. Model Manajemen Penyakit Tidak Menular... 15


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman 1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 66

2. Kuesioner Penelitian ... 67

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Penelitian ... 72

4. Data Distribusi Frekuensi ... 75

5. Pengolahan Data Uji Chi Square ... 77

6. Pengolahan Data Uji Regresi Logistik Berganda ... 87

7. Master Data ... 92


(20)

ABSTRAK

Computer Vision Syndrome (CVS) disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor komputer. American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. Pengamatan di empat biro perjalanan yaitu Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour & Travel di Kota Medan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20 orang karyawan, karyawan mengalami kelelahan mata dengan nilai VFI ≥ 0,4 (75%), tidak mengalami kelelahan mata (15%) dan mengalami gejala sakit kepala setelah bekerja (10%).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non pengion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket travel di Kota Medan. J

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama terpapar, jarak monitor, intensitas cahaya, suhu dan radiasi non peng-ion berpengaruh terhadap kelelahan mata pada karyawan Bagian Tiket Travel Kota Medan.

enis penelitian menggunakan metode survei dengan rancangan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan mulai pada Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2011. Populasi sebanyak 651 karyawan dan jumlah sampel 100 karyawan dengan teknik proporsional sampling. Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis menggunakan Regresi Logistik.

Disarankan kepada Dinas Pariwisata Kota Medan membuat kebijakan tentang kelayakan ruangan kerja melalui pemantauan dan penyelenggaraan penyuluhan secara berkontiniu akan dampak radiasi non peng-ion dan intensitas cahaya. Diharapkan juga pimpinan travel menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan baku mutu kesehatan dan karyawan dalam bekerja melakukan tindakan minimalisasi dengan mengatur jarak pandang dan relaksasi mata.


(21)

ABSTRACT

Computer Vision Syndrome (CVS) is caused by a large reflection or glare from computer monitor. The American Optometric Association (AOA) in 2004 proved that 61% of American sitizen is experiencing a very serious problem in the eye as a result of working with computers for a long time. Observations in four travel agency that are Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays and Maju Ika Jaya Tour & Travel in the city of Medan using questionnaires Visual Fatigue Index (VFI) to 20 employees, employee eyestrain with VFI values ≥ 0.4 (75%), did not experience eyestrain (15%) and experienced symptoms of headache after work (10%).

The purpose of this study was to analyze the influence of environmental conditions (lighting and room temperature) non-ion magnetic radiation on the eyestrain in employees Travel Ticketing Section in Medan. This type of research using a survey method with cross-sectional study design. The experiment was conducted from January 2010 until July 2011. Population were 651 employees and the number of samples were 100 employees which had taken by a purposive sampling technique. Collecting data through interviews guided by the research questionnaire. Data were analyzed using Logistic Regression testing.

The results showed that long exposure, distance monitors, light intensity, temperature and non-ionic magnetic radiation had an influence on the eyestrain in employees of Travel Ticketing Section in Medan.

It is recommended to Dinas Pariwisata Medan City make policy about the feasibility of working the room through the monitoring and implementation of a continuous extension of the impact of non-ion magnetic radiation and lighting. Leader of the Travel are also expected to travel to provide working facilities in accordance with quality standards and health of employees in the work action set minimization with visibility and eye relaxation.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selama beberapa dasawarsa terakhir, perkembangan globalisasi semakin meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam peningkatan teknologi yang dapat mempermudah seluruh aktivitas manusia. Salah satu kemajuan di bidang teknologi tersebut adalah munculnya perangkat komputer. Pemakaian komputer saat ini sudah semakin luas, hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari pemakaian komputer. Manusia seolah-olah sudah sangat tergantung pada kemampuan komputer yang memang diciptakan untuk membantu aktivitas manusia. Komputer banyak digunakan di kantor-kantor, di lembaga penelitian, di perguruan tinggi atau di perusahaan-perusahaan.

Komputer sebagai alat bantu yang banyak digunakan manusia, ternyata juga dapat menimbulkan keluhan penyakit akibat lamanya waktu pengguna komputer terpapar, seperti halnya pemakaian komputer pada mesin di industri. Komputer dapat menimbulkan keluhan penyakit pada pekerja, disebabkan karena ketergantungan akan komputer sangat tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan akan semakin lama, semuanya itu dapat dikarenakan komputer sebagai bagian dari teknologi informatika mengalami peningkatan yang sangat cepat sejak komputer ditemukan pertama kali (Wardana, 2002).

Ditinjau dari energi radiasi dapat dikatakan radiasi komputer, yaitu radiasi non peng-ion, tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia secara langsung. Namun,


(23)

harus diperhatikan lamanya radiasi menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas yang rendah tapi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis (Batubara, 2002).

Salah satu konsekuensi dari penggunaan komputer adalah terpapar dengan radiasi medan magnet non peng-ion yang dapat mempengaruhi kesehatan pengguna komputer. Radiasi elektromagnetik non peng-ion berada pada rentang frekuensi Hz (Hertz) sampai THz (Tera Hertz), dan panjang gelombangnya, mulai dari panjang gelombang terkecil, yaitu nm (nano meter) sampai lebih dari 1000 km (kilo meter), serta munculnya energi per foton yang dapat mengganggu kesehatan pengguna komputer (Sheedy, 2004).

Menurut Wardhana (2002), bahwa dilihat dari perspektif energi radiasi dapat dikatakan radiasi komputer, yaitu yang dapat dikelompokkan dengan sinar non peng-ion, tetapi dimana sinar tersebut tidak tampak menimbulkan efek berbahaya secara langsung bagi manusia. Namun, harus diperhatikan lamanya radiasi menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas yang rendah tapi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis seperti merasa gelisah dan tidak nyaman sehingga mengganggu konsentrasi karyawan sewaktu bekerja.

Salah satu jenis pekerjaan yang secara kontiniu menggunakan komputer adalah karyawan biro perjalanan atau travel. Secara umum karyawan biro perjalanan bekerja di depan komputer untuk melayani pemesanan tiket perjalanan khususnya pada biro perjalanan pesawat udara, sehingga berisiko terhadap radiasi medan


(24)

magnetik non peng-ion yang dihasilkan komputer melalui layar monitor maupun peralatan komputer lainnya.

Menurut Afandi (2002), bahwa pengguna komputer dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia yaitu gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Penglihatan terasa buram, ganda, kemampuan melihat warna menurun. Gejala diikuti mata nyeri, sakit kepala, bahu, punggung dan pinggang, vertigo serta kembung, dan terjadi pada pengguna komputer berkisar 40-90%.

Penelitian Reiter (1997), bahan pemajanan medan elektromagnetik dapat memengaruhi metabolisme hormon melatonin (N-acetyl-5-metoksitriptamin) yang diproduksi oleh kelenjar pineal. Produksi hormon melatonin dapat dipacu oleh gelap dan hening serta dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik. Demikian juga dengan penelitian Graham (1997), bahwa radiasi magnetik non peng-ion dapat menghambat fungsi produksi hormon melatonin, pada jumlah hormon melatonin yang kurang dapat menyebabkan jet lag dan dapat menurunkan kemampuan seksual, selain itu hormon melatonin mengatur irama sirkadian atau irama bangun dan tidur, sehingga rendahnya kadar melatonin dapat mengakibatkan sukar tidur (insomnia).

Penelitian Cahyono (2005) menemukan bahwa terdapat korelasi positif radiasi komputer terhadap kelelahan mata pada petugas Operator Komputer Sistem Informasi RSU Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, 59,5% menyebabkan mata pedih dan sakit


(25)

kepala. Selain itu gangguan kelelahan mata juga dipengaruhi oleh jarak pandang pengguna komputer dengan layar monitor.

Menurut Sheedy (2004), sering dan lamanya seseorang bekerja dengan komputer, dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Keluhan yang sering diungkapkan oleh pekerja komputer adalah : (a) kelelahan mata yang merupakan gejala awal, (b) mata terasa kering, (c) mata terasa terbakar, (d) pandangan menjadi kabur, (e) penglihatan ganda, (f) sakit kepala, (g) nyeri pada leher, bahu dan otot punggung, dan (h) tekanan darah tidak normal.

Menurut Wardhana (1996), rangkaian keluhan yang dialami pengguna komputer adalah diawali dengan adanya keluhan kelelahan mata yang sering disebut dengan Computer Vision Syndrome (CVS) yang disebabkan karena berkurangnya aliran air mata ke mata atau disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor. Selain itu ketika menatap komputer, maka kedipan mata berkurang sebesar 2/3 kali dibandingkan kondisi normal, yang mengakibatkan mata menjadi kering, teriritasi, tegang dan lelah. Pencahayaan dari komputer yang tidak tepat juga akan mengakibatkan ketegangan dan kelelahan pada mata.

Survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. AOA dan Federal Occupational Safety and Health Administration meyakini bahwa Computer Vision Syndrome, di masa mendatang sangat banyak dikeluhkan para pekerja. Selain


(26)

keluhan pada mata permasalahan yang juga sangat banyak dikeluhkan oleh para pekerja perusahaan adalah Carpal Tunnel Syndrome (Sheedy, 2004)

Penggunaan komputer pada karyawan di biro perjalanan di kota Medan juga merupakan kelompok pekerja yang berisiko terhadap gangguan kesehatan akibat radiasi non peng-ion. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Medan (2008) bahwa di Kota Medan terdapat 93 biro perjalanan yang sudah terdaftar sebagai usaha pelayanan biro perjalanan, dan rata-rata biro perjalanan mempekerjakan 4-15 karyawan. Berdasarkan uraian tugasnya karyawan biro perjalanan setiap menit harus mengamati komputer dan mengecek tiket pesawat yang dipesan atau dibatalkan, dan hal ini terjadi hampir lebih dari delapan jam sehingga sangat berisiko terhadap gangguan kesehatannya.

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap empat biro perjalanan yaitu Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour & Travel di Kota Medan pada bulan Februari 2010 menemukan bahwa secara umum komputer yang digunakan biro perjalanan masih ada yang menggunakan monitor bentuk CRT atau bentuk tabung dengan pancaran radiasi medan magnetik non peng-ion sangat besar dan sebagian lagi menggunakan monitor LCD, Kondisi ruang kerja yang terbatas, jarak pandang dengan monitor yang dekat (50 cm), posisi duduk tidak ergonomis dapat menyebabkan karyawan mengalami kelelahan mata. Hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20 orang karyawan, 75% orang karyawan mengalami kelelahan mata dengan nilai VFI ≥


(27)

0,4 dan 15% tidak mengalami kelelahan mata serta mengalami gejala sakit kepala setelah bekerja (10%).

Fenomena gangguan kesehatan khususnya pada gangguan mata pada karyawan biro perjalanan merupakan topik masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang penting untuk mendapat perhatian mengingat frekuensi penggunaan komputer masih tinggi dan secara terus menerus terpapar dengan radiasi non peng-ion yang dihasilkan dari komputer yang digunakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh keadaan lingkungan dan radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan biro perjalanan di Kota Medan.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.


(28)

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya, dan suhu ruangan) terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

2. Ada pengaruh radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan bagi manajemen biro perjalanan di kota Medan untuk melakukan upaya preventif gangguan kesehatan pada karyawannya dan meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Memberi masukan Dinas Pariwisata Kota Medan sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap operasional biro perjalanan dalam merumuskan kebijakan standar operasional keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha biro perjalanan di kota Medan.

3. Menambah informasi dan data bagi khazanah ilmu pengetahuan serta perbaikan dan pengembangan manajemen kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan keadaan lingkungan kerja karyawan biro perjalanan.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata

Mata merupakan indra penglihatan pada manusia. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan (Evelyn, 1999).

2.1.1. Anatomi Mata

Mata diproteksi oleh tulang rongga mata, alis dan bulu mata, kelopak mata, refleks mengedip, sel-sel pada permukaan kornea dan konjungtiva (selaput lendir yang melapisi permukaan dalam kelopak mata) serta air mata. Air mata berfungsi memperbaiki tajam penglihatan, membersihkan kotoran yang masuk ke mata, lubrikasi (pelumasan), media transpor bagi oksigen dari atmosfer, nutrisi (glukosa, elektrolit, enzim protein), serta mengandung antibakteri dan antibodi. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5 sentimeter, bagian depannya bening serta terdiri dari tiga lapisan yaitu: (1) Lapisan luar (fibrus) yang merupakan lapisan penyangga, (2) Lapisan tengah (vaskuler), dan (3) Lapisan dalam yang merupakan lapisan saraf.

Mata digerakkan oleh enam otot penggerak mata, otot-otot ini dikaitkan pada pembungkus Sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot ini mengerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam dan ke sisi luar bergantian.


(30)

1) Sklera

Merupakan pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.

2) Retina

Merupakan lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf

3) Kornea

Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan yang putih dan tidak tembus cahaya

4) Iris

Merupakan tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos yang berfungsi untuk mengecilkan dan melebarkan ukuran pupil.

5) Lensa

Merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa lapisan. Lensa mata berfungsi sebagai organ fokus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.

6) Pupil

Merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata. Gambar anatomi mata seperti pada gambar berikut.


(31)

Gambar 2.1. Anatomi Mata

(Sumber : James, 2006)

2.1.2 Alat Visual Mata

Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak melalui saraf optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu benda (Suyatno, 1995). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh kedalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran.

Sistem yang terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam melihat disebut alat visual. Ia mengendalikan lebih dari 90% dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir semua jabatan alat visual ini memainkan peranan yang


(32)

menentukan. Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum.

2.1.3 Fungsi Refraksi

Berkas-berkas cahaya yang jatuh di atas mata akan menimbulkan bayangan yang telah difokuskan pada retina. Bayangan ini menembus dan diubah oleh kornea, lensa, badan-badan aqueus dan viterus. Pada mata normal berkas-berkas ini bersatu untuk menangkap sebuah titik pada retina dan pada titik ini bayangan difokuskan.

Cahaya sinar yang melewati kornea aqueus humor dan lensa akan membelok, suatu proses yang dikenal sebagai proses refraksi. Hal ini memungkinkan cahaya dari area yang luas difokuskan pada area yang lebih kecil di retina. Berkas cahaya paralel dibelokkan oleh lensa cembung menuju titik utama di retina. Jika jarak obyek kurang dari tujuh meter, lengkungan lensa harus ditingkatkan untuk memudahkan fokus pada retina, hal ini disebut akomodasi (Chambers, 1999).

2.1.4 Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah akibat kerusakan pada akomodasi visual, sebagai akibat perubahan biji mata maupun kelainan pada lensa. Untuk melihat suatu benda dengan baik, tergantung dari kemampuan mata untuk berakomodasi. Adapun kelainan-kelainan refraksi antara lain:


(33)

1) Hipermetropia

Pada kelainan mata ini, ukuran mata atau lebar mata dari belakang sampai kedepan pendek atau kecil, sehingga lensa memfokuskan bayangan di belakang retina, seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Kelainan Mata Hipermetropi (Sumber : Ilyas, 2003)

2) Miopia

Pada kelainan mata ini ukuran biji mata dari belakang sampai ke depan melebihi ukuran yang normal, sehingga lensa memfokuskan bayangan di depan retina, seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.3. Kelainan Mata Miopia (Sumber : Ilyas, 2003)


(34)

3) Astigmatisma

Merupakan kesalahan refraksi yang terjadi karena berkas-berkas cahaya jatuh pada garis-garis di atas retina, dan bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan oleh berubahnya bentuk lengkungan lensa, seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.4. Kelainan Mata Astigmatisma (Sumber : Ilyas, 2003)

4) Presbiopi

Merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan kesalahan akomodasi yang terjadi pada orang-orang tua, atau orang-orang yang sedang menginjak usia lanjut, seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.5. Kelainan Mata Presbiopi (Sumber : Ilyas, 2003)


(35)

2.2 Kelelahan Mata Pengguna Komputer

Kelelahan mata merupakan salah satu bagian dari jenis gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses kejadian penyakit.

Manajemen penyakit mestinya tidak hanya dilakukan pada manusia atau sejumlah penduduk yang mengalami sesuatu penyakit. Manajemen demikian tidak akan menyelesaikan problem penyakit yang bersangkutan, karena hanya berupa pendekatan kuratif, yaitu penanganan pada tingkat hilir. Seharusnya dalam penanganan sesuatu penyakit, termasuk penyakit akibat radiasi elektromagnetik, manajemen penyakit yang paling tepat diterapkan adalah manajemen berbasis lingkungan (Anies, 2007).

Mengingat faktor-faktor lingkungan sangat dominan dalam proses kejadian suatu penyakit, maka manajemen berbasis lingkungan harus dilibatkan dalam upaya-upaya pencegahan maupun pengendaliannya. Manajemen berbasis lingkungan untuk penanggulangan penyakit, dimulai dari tingkat hulu menuju hilir. Perhatian utama pada faktor penyebab, media transmisi, dengan memperhatikan faktor penduduk sebagai objek yang terjangkit atau terpajan, sebelum melakukan penanganan pada manusia yang menderita penyakit. Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit yang berpotensi ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik komputer, pada hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul.


(36)

Menurut Achmadi (2008) ada 4 simpul dalam mengidentifikasi kejadian penyakit pada manusia khususnya penyakit tidak menular. Dalam penelitian ini konsep teori simpul tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Simpul A, merupakan simpul paling hulu, yaitu sumber penyakit, dalam hal ini berupa radiasi elektromagnetik.

2) Simpul B, merupakan komponen lingkungan yang berupa media transmisi penyakit tersebut, dalam hal ini ruang di sekeliling komputer serta bahan yang dapat menghantarkan listrik.

3) Simpul C adalah pengguna komputer dalam bekerja dengan berbagai variabel karakteristik pekerja, misalnya umur, pengetahuan, lama kerja dan masa kerja. Simpul ini seringkali terlupakan, karena lama bekerja mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan kejadian penyakit pada pekerja.

4) Simpul D atau simpul yang paling hilir, adalah pekerja dalam keadaan sakit atau terganggu kesehatannya, setelah mendapat pajanan (exposure) oleh komponen lingkungan, dalam hal ini radiasi elektromagnetik, seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.6. Model Manajemen Penyakit Tidak Menular (Sumber : Achmadi, 2008)

- Umur - Pengetahuan - Lama kerja - Jenis kerja - Komputer - Kipas - AC - Lampu - Radiasi non-

pengion

- Suhu - Pencahayaan

- Kelelahan mata - Perih/Pedih - Mata berair - Sehat Iklim


(37)

Menurut (Anies, 2005), bahwa kekhawatiran masyarakat mengenai efek kesehatan akibat pajanan radiasi elektromagnetik non peng-ion mulai timbul sejak akhir tahun 1960-an. Hal ini terjadi sehubungan dengan makin berkembangnya pemanfaatan sumber radiasi non peng-ion terutama buatan manusia seperti laser, radar, oven microwave, jaringan listrik, termasuk yang sedang mewabah saat ini yaitu komputer dan telepon genggam, meskipun kenyataannya, risiko terbesar terhadap kesehatan berasal dari sumber radiasi non peng-ion alam yaitu sinar ultra violet matahari.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an telah dibuat rekomendasi pertama mengenai pembatasan pajanan radiasi microwave dan radiofrekuensi VHF yang dihasilkan oleh radar militer dan peralatan komunikasi. Dengan meningkatnya teknologi dan penggunaan peralatan dengan sumber radiasi non peng-ion ini, maka pada tahun 1992 dibentuk komisi internasional untuk menangani masalah proteksi radiasi non peng-ion yaitu Internatpeng-ional Commisspeng-ion on Non-Ionizing Radiatpeng-ion Protectpeng-ion (ICNIRP) yang sebelumnya bergabung dengan International Radiological Protection Association (IRPA). Sebagai organisasi ilmiah, komisi ini bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) untuk mengkaji efek kesehatan akibat pajanan radiasi non peng-ion dan menggunakan hasilnya untuk menetapkan prinsip dasar dan rekomendasi mengenai standar keselamatan dan proteksi radiasi non peng-ion (Dennis, 1997).


(38)

Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan Gangguan kesehatan yang dicurigai disebabkan oleh radiasi VDU, antara lain: katarak, dermatitis, epilepsi dan cacat bawaan pada bayi (Anies, 2006).

Karakteristik gangguan kesehatan yang disebabkan oleh intensitas pemakaian komputer cenderung pada gangguan atau cedera tingkat rendah yang muncul lambat-laun setelah proses salah yang lama dan berulang (repetitif) ketika menggunakan komputer. Walaupun muncul secara evolusif, hasil akhir tetap sama berupa gangguan kesehatan yang serius seperti gangguan saraf, gangguan penglihatan, cedera otot dan pergelangan, dan lain-lain. Gangguan tersebut rata-rata diakibatkan oleh kurangnya aliran darah serta ketegangan di bagian tubuh tertentu secara terus-menerus dan berulang. Hal ini bisa berlangsung bertahun-tahun sebelum gangguan tersebut muncul sebagai suatu cedera yang serius (Suma’mur, 1989).


(39)

2.2.1. Pengertian Kelelahan Mata

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat sistem aktifasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda–beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).

Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab–sebab mental, status kesehatan dan gizi (Grandjean, 1993 dalam Tarwaka dkk, 2004).

Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan oleh ketidak mampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk melanjutkan suplai output kerja yang sama, karena kekurangan ATP (Graham, 1997).

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja (Tarwaka dkk, 2004). Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan merupakan peningkatan dalam rata–rata panjang waktu yang diambil untuk


(40)

menyelesaikan suatu siklus aktivitas (Sudjoko, 1996).

Menurut Tarwaka dkk (2004), terdapat dua teori kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensorik yang disadari sebagai kelelahan otot.

Rangsangan aferen ini menghambat pusat otak dalam mengendalikan gerakan pada sel saraf. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot, sehingga gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi ototnya.

Ada tiga jenis kelelahan mata (Astenophia ) yaitu Astenophia Acomodatif, Astenophia Musculer, dan Astenophia Neurastenik. Kelelahan mata pada pengguna komputer merupakan Astenophia Acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot siliaris. Pada keadaan normal, cahaya yang datang dari jarak tidak terhingga akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini diakibatkan oleh adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan, maka bayangan benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga


(41)

bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliaris (Ilyas, 2003). Ketika individu bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya akomodasi menurun. Terdapat beberapa gejala kelelahan mata yaitu :

a. Gejala okular; merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah, dan berair (Asyari, 2002).

b. Gejala visual; terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur biasanya berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan (Asyari, 2002). Ketajaman penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada saat keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelalahan (Mangunkusumo, 2002).

c. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang, dan vertigo.

Karyawan yang sering terpapar radiasi komputer dapat menyebabkan penyakit mata seperti dry eye syndrome, yaitu kumpulan gejala yang disebabkan keringnya permukaan kornea mata akibat lapisan tear film yang berfungsi untuk melembabkan dan pelumas pada permukaan bola mata telah menjadi rusak. Dry eye syndrome, astenopia, computer vision


(42)

syndrome, kelainan refraksi miopia atau astigmatisme disebabkan faktor-faktor yang berada pada lingkungan kerja tersebut,” Pada penyakit mata dry eye, dapat disebabkan lingkungan kerja yang kelembaban udaranya kering akibat AC. Faktor risiko dry eye syndrome adalah terpapar udara kering dari AC secara berlebihan (Ilyas, 2002).

2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Kelelahan Mata

Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-faktor tersebut yaitu :

(1) Faktor Intrinsik; merupakan faktor yang berasal dari tubuh yang terdiri atas: a. Faktor okular, yaitu kelainan mata berupa Ametropia dan Heteroforia. b. Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan kanan tetapi

tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata menjadi satu bayangan, lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama, akan terjadi kelelahan mata.

c. Faktor konstitusi, adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan umum seperti tidak sehat atau kurang tidur.

(2) Faktor Ekstrinsik;

Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang bersumber dari lingkungan kerja yaitu:


(43)

a. Intentitas cahaya

Intentitas cahaya adalah banyaknya sinar yang mengenai suatu permukaan (Suma’mur, 1995). Intensitas cahaya merupakan faktor yang penting dari lingkungan fisik untuk keselamatan kerja. Untuk dapat melihat dengan baik dan teliti diperlukan intensitas cahaya yang cukup.

Mata dapat melihat benda karena ada cahaya, baik dari benda itu sendiri maupun pantulan atau langsung datang dari sumber cahaya. Cahaya yang dapat dilihat dengan mata adalah radiasi pada segmen dari spektrum elektromagnetik yang terletak antara segmen-segmen infra merah dan ultraviolet yang mempunyai panjang gelombang 10

6

sampai 10 7

cm (380-760 nm) dan frekuensi 3 x 10 14

sampai 3 x 10

15

Pada setiap sumber cahaya memiliki fluk cahaya yang dipancarkan ke segala arah. Jika suatu permukaan mendapatkan cahaya, maka dapat dikatakan permukaan itu mendapatkan cahaya (illuminasi).

cps (cycles per scond). Enargi foton (photon enegi) dari radiasi ini adalah kecil yaitu 1.65-3.1 elektron volt, sehingga tidak menyebabkan ionisasi pada atom-atom atau molekul-molekul.

b. Visibilitas

Mata dapat melihat sesuatu jika mendapatkan rangsangan dari gelombang cahaya dan sebaliknya benda di sekitar kita dapat terlihat apabila memancarkan cahaya, baik cahaya dari benda tersebut maupun dari cahaya pantulan yang datang dari sumber cahaya lain yang mengenai benda tersebut. Dalam melihat suatu benda


(44)

faktor yang menentukan adalah ukuran obyek, derajat kontras antara obyek dan sekelilingnya, luminensi (brightness) dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari cahaya dan pemantulan pada arah pengamat serta lamanya melihat.

c. Dekorasi Tempat Kerja

Pengaruh dari dekorasi tempat kerja terhadap kegairahan kerja atau prestasi kerja adalah cukup besar. Masalah pewarnaan sebenarnya bukan menyangkut warna saja, tetapi komposisi warnapun harus juga diperhatikan. Komposisi warna yang salah atau tidak serasi dapat mengganggu pemandangan sehingga akan menimbulkan rasa tidak atau kurang menyenangkan bagi mereka yang mengamatinya. Disamping itu, keadaan ini dapat pula menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap semangat dan gairah kerja seseorang.

Pemilihan warna yang tepat untuk ruang kerja ditentukan oleh fungsi dari ruang kerja tersebut. Secara umum, warna mempunyai tiga efek psikologis dan tiga efek tersebut menurut jenis warna yang dipergunakan, seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Efek Psikologis dari Warna

Jenis Warna Efek

Jarak Suhu Psikis

Biru Jauh Sejuk Menenangkan/menyejukkan

Hijau Jauh Sangat Sejuk Menenangkan/menyejukkan

Merah Dekat Panas Merangsang

Oranye Sangat Dekat Sangat Panas Merangsang

Kuning Dekat Panas Merangsang

Coklat Sangat Dekat Netral Merangsang

Jingga Sangat Dekat Sejuk Agresif


(45)

2.3 Radiasi Non Peng-ion

Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi. Medan listrik adalah radiasi non peng-ion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik. Radiasi non peng-ion dapat didefinisikan sebagai penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan, berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media tersebut. Istilah radiasi non peng-ion secara fisika mengacu pada radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV yang antara lain meliputi sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang mikro (microwave) dan radiofrekuensi elektromagnetik. Selain itu ultrasound juga termasuk dalam radiasi non peng-ion (Maurits, 2003).

Menurut International Commision on Non-Ionizing Radiation Protection (1997) bahwa radiasi non peng-ion didefinisikan sebagai penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan, berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media yang bersangkutan.

Istilah radiasi non peng-ion secara fisika mengacu pada radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV, antara lain meliputi sinar ultra violet, infra merah, gelombang mikro, gelombang radio, juga berbagai peralatan elektronik seperti radiasi komputer.

Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan energi fotonnya, radiasi non peng-ion dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu radiasi optik dengan panjang gelombang antara 100 nm sampai 1 mm, dan radiasi gelombang radio, antara 1 mm sampai sekitar > 100 km (Dennis, 1997).


(46)

Alat dan proses yang menghasilkan radiasi non peng-ion banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, kedokteran termasuk gigi, telekomunikasi, industri hiburan, laboratorium penelitian, bangunan dan konstruksi, aplikasi militer, aplikasi pendidikan, geodesi, transportasi, periklanan, preparasi makanan komersil, dan di rumah (Dennis, 1997).

Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan energi fotonnya, radiasi non peng-ion dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu radiasi optik dengan panjang gelombang (λ) antara 100 nm sampai 1 mm dan radiasi radiofrekuensi elektromagnetik antara 1 mm sampai sekitar > 100 km.

Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun dan sekecil apapun pasti mengandung potensi bahaya bagi manusia, tetapi selama kita dapat memperhatikan ketentuan keselamatan radiasi, maka kita dapat memanfaatkan radiasi untuk tujuan apapun dengan aman. Baku mutu pajanan medan listrik dan medan magnet yang direkomendasikan oleh WHO (1987) dan Depkes RI (2002) adalah sebagai berikut: Tabel 2.2. Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion

No Keterangan Baku Mutu Medan Magnetik

(milli Tesla) 1 Lingkungan Kerja

(1) Sepanjang hari kerja (2) Waktu singkat

<0,5 mT

5,0 mT (sampai 2 jam/hari) 2 Lingkungan Umum

(1) Sampai 24 jam/hari (2) Beberapa jam/hari

0,1 mT (ruang terbuka) 1 mT (sampai 5 jam/hari) Sumber : Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002


(47)

Perkembangan ilmu komputer yang sangat pesat diiringi dengan meningkatnya pemakaian komputer di tengah masyarakat. Kemampuan komputer sebagai pengolah kata dan pengolah data merupakan sarana yang sangat membantu. Secara umum waktu yang dibutuhkan untuk pemakaian komputer bergantung pada jenis pekerjaan dan sipemakai itu sendiri. Lamanya pengoperasian komputer berbeda antara seorang praktikan dengan seorang yang bekerja di kantor ataupun dengan seorang operator komputer.

Komputer sebagai produk teknologi mutakhir tetapi dapat juga membawa dampak bagi kehidupan kita. Monitor sebagai salah satu perangkat komputer dapat menimbulkan radiasi. Walaupun secara umum dampak positif lebih besar dari dampak negatifnya, tetapi perlu juga diperhatikan.

Gelombang-gelombang dan radiasi lainnya yang mungkin dihasilkan oleh monitor yakni: sinar x, sinar ultraviolet, gelombang mikro (microwave), radiasi elektromagnetik frekuensi sangat rendah (Very Low Frequency/VLF), radiasi elektromagnetik frekuensi amat sangat rendah (Extremely Low Frequency/Elf).

Penyebab timbulnya radiasi adalah hasil dari proses terbenturnya aliran elektron dengan fosfor yang ada pada layar VDU bagian dalam. Radiasi sinar x yang dihasilkan akan diserap oleh kaca dari CRT, sehingga tidak sempat menyebar sampai ke operator. Radiasi elektromagnetik VLF dan ELF dihasilkan oleh defleksi horizontal dan sirkuit tegangan tinggi yang terdapat pada VDU. Radiasi dari perangkat komputer lebih pada komponen VDT atau Visual Display Terminal dalam hal ini monitor. Seperti halnya televisi, radiasi berupa gelombang elektromagnetik


(48)

dihasilkan dari monitor, dari bagian CRT (Cathode Ray Tubes) dan komponen elektronis lainnya. Tetapi berdasarkan riset, kontribusi radiasi baik jenis ionizing maupun non-ionizing dari pemakaian perangkat VDT (monitor) selama rata-rata 8 jam/hari sangatlah kecil dibandingkan dengan kontribusi radiasi dari consumer product lainnya (Anies, 2004).

2.4 Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata

Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan menggunakan Photostress Recovery Test. Photostress Test adalah suatu test yang mengevaluasi fungsi adaptasi retina sesudah suatu perubahan mendadak. Dasar pemeriksaan ini adalah bahwa reaksi fotokimia pada retina terhadap rangsangan cahaya tergantung pada metabolisme aktif sel retina dan hubungan sel photoreceptor dan retinal pigmen epithelium. Faktor utama yang menentukan keadaan adaptasi terang dan gelap di retina adalah peristiwa pemucatan dan resintesa pigmen penglihatan. Efek cahaya pada retina adalah memucatkan pigmen penglihatan. Pemeriksaan dilakukan dengan penyinaran menggunakan senter atau penlight berkekuatan 3 volt dengan jarak 2 cm dari mata. Stimulasi ini akan memucatkan 24% - 86% pigmen penglihatan (Fauziah, 2003).


(49)

2.5 Landasan Teori

Kelelahan mata pada pengguna komputer merupakan salah satu gangguan kesehatan khususnya kesehatan mata. Konsep kejadian penyakit tersebut relevan dengan konsep manajemen penyakit berbasis lingkungan dalam teori simpul.

Menurut Achmadi (2008), bahwa teori simpul dalam mengidentifikasi kejadian penyakit khususnya penyakit tidak menular seperti keluhan penyakit akibat radiasi non peng-ion mencakup 4 simpul, yaitu:

1) Simpul A, merupakan simpul paling hulu, yaitu sumber penyakit, dalam hal ini berupa radiasi elektromagnetik.

2) Simpul B, merupakan komponen lingkungan yang berupa media transmisi penyakit tersebut, dalam hal ini ruang di sekeliling komputer serta bahan yang dapat menghantarkan listrik.

3) Simpul C adalah pengguna komputer dalam bekerja dengan berbagai variabel karakteristik pekerja, misalnya umur, pengetahuan, lama kerja dan masa kerja. Simpul ini seringkali terlupakan, karena lama bekerja mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan kejadian penyakit pada pekerja.

4) Simpul D atau simpul yang paling hilir, adalah pekerja dalam keadaan sakit atau terganggu kesehatannya, setelah mendapat pajanan (exposure) oleh komponen lingkungan, dalam hal ini radiasi elektromagnetik.

Menurut Mangunkusumo (2002), determinan kelelahan mata disebabkan oleh faktor intrinsik yaitu kelainan mata dan faktor keadaan umum kesehatan individu, dan


(50)

faktor ekstrinsik mencakup keadaan lingkungan pekerjaan atau dekorasi tempat kerja dan faktor intensitas pencahayaan.

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.7 di atas diketahui variabel independen dalam penelitian ini adalah (1) variabel karakteristik (umur, masa kerja, pengetahuan, sikap, lama terpapar dengan komputer dan jarak monitor dengan mata), (2) variabel faktor lingkungan (intensitas cahaya dan suhu udara) dan (3) variabel radiasi non peng-ion. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan mata karyawan biro perjalanan.

Radiasi Non Peng-ion

Kelelahan Mata Karyawan Biro

Perjalanan Keadaan Lingkungan Kerja

1. Intensitas Cahaya 2. Suhu Ruangan Karakteristik Pekerja 1. Umur

2. Masa Kerja 3. Pengetahuan 4. Sikap

5. Lama terpapar dengan komputer 6. Jarak monitor dengan mata


(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional study yang bertujuan menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, dengan pertimbangan: (1) hasil survei awal secara umum karyawan biro perjalanan secara terus menerus menggunakan komputer dan berisiko terhadap terjadinya gangguan kesehatan, (2) belum pernah dilakukan penelitian tentang besarnya radiasi non peng-ion yang ditimbulkan dari radiasi komputer serta kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan. 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan penelusuran pustaka, konsultasi, persetujuan pembimbing, kolokium, penelitian lapangan, seminar hasil dan komprehensif terhitung bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2011.


(52)

4.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh biro perjalanan yang ada di kota Medan yang terdaftar pada Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Sumatera Utara yaitu sebanyak 93 Biro perjalanan dan seluruh karyawan yang bekerja pada bagian tiket yang bekerja di travel atau biro perjalanan di kota Medan yaitu sebanyak 651 karyawan.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan biro perjalanan di Kota Medan yang bekerja pada bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan. Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Sampel Biro Perjalanan

Sampel biro perjalanan ditentukan secara proporsional sampling sebanyak 20 biro perjalanan dengan kriteria:

a. Merupakan biro perjalanan yang beroperasi ±5 tahun b. Biro perjalanan yang melayani tiket maskapai penerbangan

c. Merupakan biro perjalanan yang tergabung dalam perusahaan persero (PT)

(2) Sampel Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan

Sampel karyawan bagian tiket biro perjalanan ditentukan dengan menggunakan rumus (Vincent, 1991):


(53)

) 1 .( . ) 1 .( . . 2 2 2 p p Zc NG p p Zc N n − + − = Keterangan:

Zc = Nilai derajat kepercayaan 95 % = 1,96 P = proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 G = Galat pendugaan = 0,1

N = besar populasi n = besar sampel

Maka perhitungan jumlah sampel terpilih adalah: n=

651 x (1,96)2 651 x (01)

x 0,5 x(1-0,5) 2

+ (1,96)2 x 0,5 x (1-0,5)

n= 625,2204 6,51 + 0,9604 n= 625,2204

7,4704 n= 83,7

Jumlah karyawan biro perjalanan terpilih sesuai rumus Vincent adalah 84 dan sampel yang diambil untuk penelitian adalah 100 karyawan biro perjalanan yang tersebar di 20 biro perjalanan di Kota Medan. penentuan sampel setiap biro perjalanan dilakukan secara proporsional sampling yaitu masing-masing biro perjalanan diambil 5 karyawan biro perjalanan.


(54)

4.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung di ruang kerja karyawan biro perjalanan tentang keadaan lingkungan kerja seperti intensitas cahaya dan suhu ruangan, besaran radiasi non peng-ion dalam mili Tesla (mT), karakteristik pekerja meliputi umur, masa kerja, pengetahuan, dan sikap serta kelelahan mata yang dialami oleh karyawan biro perjalanan tersebut.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari profil Dinas Pariwisata Kota Medan dan ASITA Propinsi Sumatera Utara tentang jumlah biro perjalanan dan pegawai bagian tiket penerbangan.

3.4.3. Uji validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 10 karyawan biro perjalanan di lokasi penelitian dengan karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik responden di tempat penelitian, dan responden yang telah ikut dalam uji validitas dan reliabilitas, tidak termasuk lagi menjadi sampel. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk pertanyaan pengetahuan, sikap dan tindakan.

A. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis


(55)

reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

B. Uji Reliabilitas

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2005).

Nilai r-tabel dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 30 orang yang diuji nilai rtabel

Nilai corrected item-total correlation (r

adalah sebesar 0,361. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan. Pegawai biro perjalanan yang akan diuji sebanyak 30 orang.

hitung) dari variabel pengetahuan butir 1 sampai 10 dan sikap butir 1 sampai 12 serta kelelaham mata butir 1 sampai 24 mempunyai rhitung > dari nilai r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid. Sedangkan nilai cronbach alpha dari masing-masing instrumen lebih besar dari rtabel sehingga dapat dikatakan instrumen dari semua butir pernyataan reliabel. Pegawai


(56)

bagian tiket biro perjalanan yang berpartisipasi dalam try out tidak diikutkan dalam pengumpulan data. (Lampiran 3).

4.5.Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

a. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion.

b. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan mata karyawan biro perjalanan.

3.5.2. Definisi Operasional

1) Karakteristik karyawan adalah ciri-ciri biologis dan perilaku karyawan biro perjalanan mencakup:

a. Umur adalah jumlah tahun hidup pekerja yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian dilakukan berdasarkan tahun

b. Masa kerja adalah jumlah tahun kerja pekerja yang dihitung sejak tahun pertama masuk sebagai pekerja di biro perjalanan sampai penelitian yang dinyatakan dalam tahun.

c. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja biro perjalanan tentang radiasi, dampak terhadap kesehatan dan upaya pencegahannya.


(57)

d. Sikap adalah tanggapan pekerja tentang dampak dan pencegahan radiasi komputer.

e. Lama bekerja dengan komputer adalah jumlah jam yang digunakan oleh karyawan biro perjalanan dalam bekerja dengan menggunakan komputer yang dinyatakan dalam jam.

f. Jarak monitor dengan mata adalah jarak pandang mata karyawan biro perjalanan dengan layar monitor yang dinyatakan dalam centimeter (cm). 2) Keadaan lingkungan kerja adalah situasi di lingkungan kerja biro perjalanan

yang berkaitan dengan lingkungan mencakup:

a. Intensitas cahaya adalah keadaan pencahayaan ruangan kerja pada ruangan kerja biro perjalanan yang dinyatakan dalam Lux.

b. Suhu ruangan adalah keadaan temperatur udara dalam ruangan kerja karyawan biro perjalanan yang dinyatakan dalam derajat celcius.

3) Radiasi medan magnet non peng-ion adalah besarnya radiasi medan magnet non ion yang ditimbulkan dari komputer yang digunakan karyawan biro perjalanan dan dinyatakan dalam mili Tesla (mT).

4) Kelelahan mata adalah tingkat kelelahan mata yang dirasakan oleh karyawan biro perjalanan setelah bekerja berdasarkan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI).

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen


(58)

Pengukuran intensitas cahaya dalam ruangan kerja biro perjalanan menggunakan Lux Meter dan dinyatakan dalam Lux, dengan prosedur pengukuran sebagai berikut:

a. Persiapkan lembar data.

b. Memastikan baterai sebagai sumber energi pada lux meter masih berfungsi dengan baik.

c. Menekan tombol on pada lux meter. d. Memilih skala yang diperlukan, yaitu Lux.

e. Mengukur intensitas ruangan dengan membuka sensor Lux meter, pengukuran dilakukan pada setiap sudut ruangan dan titik duduk pengguna komputer.

f. Kemudian dilakukan perhitungan rerata lux.

Variabel intensitas cahaya kemudian dibandingkan dengan baku mutu intensitas cahaya yang direkomendasikan dalam persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/Menkes/SK/IX/2002 tentang baku mutu intensitas cahaya dalam ruangan, yaitu:

a. Memenuhi syarat kesehatan, jika intensitas cahaya 100 lux.

b. Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika intensitas cahaya <100 lux dan atau > 100 lux.

2. Pengukuran variabel suhu dalam ruangan kerja biro perjalanan

Pengukuran variabel suhu dalam ruangan kerja biro perjalanan dilakukan dengan menggunakan Thermometer dan dinyatakan dalam derajat celcius (0C), dan


(59)

dilakukan 1 kali pengukuran di dekat operator komputer duduk yang dicatat sebagai hasil penelitian.

Variabel suhu udara kemudian dibandingkan dengan baku mutu suhu dalam ruangan yang direkomendasikan dalam persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/Menkes/SK/IX/2002 tentang baku mutu suhu di dalam ruangan adalah 18 0C – 26 0

a. Memenuhi syarat kesehatan, jika suhu udara 18

C, yaitu: 0

C – 26 0 b. Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika suhu udara <18

C. 0

C dan >26 0 3. Pengukuran variabel radiasi non peng-ion kerja biro perjalanan

C.

Pengukuran variabel radiasi medan magnet non peng-ion didasarkan skala rasio dengan menggunakan electromagnetic field.

Pengukuran radiasi non peng-ion yang dipancarkan dari komputer dilakukan di ruang kerja karyawan biro perjalanan dengan mengambil titik di depan layar monitor disekitar kepala pengguna komputer dan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan electromagnetic field dan dicatat hasil yang ditampilkan layar alat ukur radiasi.

Keseluruhan hasil pencatatan radiasi non peng-ion tersebut, kemudian dikategorikan menjadi dua kategori (sesuai Kepmenkes 1405/menkes/XI/2002 tentang baku mutu radiasi non peng-ion adalah ≤0,5 mT):

a. Memenuhi syarat kesehatan lingkungan perkantoran, jika tingkat radiasi non peng-ion ≤0,5 mT.


(60)

b. Tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan perkantoran, jika tingkat radiasi non peng-ion >0,5 mT.

4. Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala rasio dan dikelompokkan sesuai dengan median sebagai cut of point-nya.

5. Pengukuran variabel masa kerja didasarkan pada skala rasio dan kemudian dikelompokkan.

6. Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 10 (sepuluh) pertanyaan dengan alternatif jawaban benar (diberi skor 2) dan salah (diberi skor 1) dan total skor adalah 10x2=20, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori:

a. Baik, jika responden menjawab dengan skor 11-20 dari total skor b. Tidak baik, jika responden menjawab dengan skor 1-10 dari total skor 7. Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 12 (dua belas)

pertanyaan dengan alternatif jawaban setuju (diberi skor 3), kurang setuju (diberi skor 2) dan tidak setuju (diberi skor 1) dan total skor adalah 3x12=36, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori:

a. Baik, jika responden menjawab dengan skor 19-36 dari total skor b. Tidak baik, jika responden menjawab dengan skor 12-18 dari total skor 8. Pengukuran variabel lama terpapar dengan komputer didasarkan pada skala


(61)

9. Pengukuran variabel jarak monitor komputer dengan mata didasarkan pada skala rasio dengan menggunakan meteran (alat pengukur panjang) dan dinyatakan dalam centimeter dan dikelompokkan.

3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel kelelahan mata didasarkan pada skala nominal dengan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) yang terdiri dari 22 pertanyaan dengan alternatif jawaban Tidak Pernah (skor 1), Kadang-kadang (skor 2), Sering (skor 3) dan Selalu (skor 4). Kemudian dilakukan perhitungan VFI yaitu:

VFI = Total of Answer for Each Operator

Total of higher coeficient of occurence for each ailment

Kemudian variabel kelelahan mata karyawan biro perjalanan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori:

1. Mengalami kelelahan mata, jika memperoleh nilai VFI ≥ 0,4. 2. Tidak mengalami kelelahan mata, jika memperoleh nilai VFI <0,4.

3.7. Metode Analisis Data 1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan dan mengambarkan seluruh variabel penelitian variabel independen yaitu variabel keadan lingkungan (intensitas cahaya, dan suhu rungan), radiasi ion peng-ion, dan variabel dependen (kelelahan mata) pada karyawan biro perjalanan dalam bentuk distribusi frekuensi.


(62)

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dimaksudkan untuk menganalisis hubungan atau pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu rungan) dan tingkat radiasi non peng-ion dengan kelelahan mata karyawan biro perjalanan dengan menggunakan uji chi square dengan taraf kepercayaan 95%.

3. Analisis multivariat

Analisis multivariat adalah analisis lanjutan dari analisis bivariat yang dimaksudkan untuk menganalisis hubungan keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu rungan) dan tingkat radiasi peng-ion terhadap kelelahan mata karyawan biro perjalanan dengan menggunakan uji regresi logistic dengan taraf kepercayaan 95%.


(63)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.6. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ruangan bagian pemesanan tiket di kantor Biro perjalanan yang terdapat di kota Medan. Biro perjalanan yang dilakukan penelitian adalah biro perjalanan yang telah terdaftar pada Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Sumatera Utara.

Jumlah biro perjalanan di Kota Medan sebanyak 93 biro perjalanan dan seluruh karyawan bagian tiket yang bekerja di biro perjalanan atau biro perjalanan di kota Medan terdapat sebanyak 651 orang. Sesuai data pada Association ASITA Sumatera Utara, maka jumlah biro perjalanan yang menjadi sumber informasi dalam penelitian adalah 20 unit biro perjalanan dengan jumlah karyawan bagian penjualan tiket sebanyak 100 orang. Distribusi luas ruangan kerja dan jumlah karyawan biro perjalanan sebagai berikut.

Untuk melayani permintaan akan tiket penerbangan nasional dan internasional dibutuhkan karyawan biro perjalanan bagian tiket ± 8 jam menggunakan komputer untuk mendapatkan informasi penerbangan ataupun melakukan pemesanan dan pembatalan tiket penerbangan. Pada Tabel 4.1 diperoleh luas ruang kerja terbesar pada biro perjalanan King’S Star Tour & Travel dan Maju Ika Jaya Tour & Travel yaitu 80m2. Jumlah karyawan biro perjalanan terbanyak pada Win’S Express Travel dan Ever Prompt Travel.


(64)

Tabel 4.1 Distribusi Luas Ruang Kerja dan Jumlah Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2010

No. Nama Biro Perjalanan

Luas Ruang

Kerja

Jumlah Karyawan

1 Four Seas Tour & Travel 60m2 9 2 King’S Star Tour & Travel 80m2 11

3 Seiba Tour & Travel 49m2 8

4 Trophy Tour & Travel 60m2 7

5 Worta Tour & Travel 40m2 9

6 Best Holidays Travel 32m2 10

7 Sampai Tour & Travel 48m2 8

8 Win’S Express Travel 40m2 15

9 Jumbo Holidays Travel 48m2 13

10 Ever Prompt Tour & Travel 88m2 14

11 Erni Tour & Travel 32m2 8

12 Eka Sukma Wisata Tour & Travel 60m2 11

13 Chiuman Tour & Travel 60m2 9

14 Bonansa Holiday Tour & Travel 40m2 10 15 Maju Ika Jaya Tour & Travel 80m2 6 16 Mei Indah Lestari Tour & Travel 32m2 10 17 Millenium Wisata Indah Travel 40m2 7 18 Hari-hari Utama Tour & Travel 60m2 8 19 Dharma Utama Metrasco Travel 60m2 7 20 Crown Mitra Lestari Tour & Travel 32m2 11

Sumber : Frofil Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Medan, 2010


(65)

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Analisa Univariat

4.2.1.1. Distribusi Karakteristik Karyawan Bagian Tiket

Pada Tabel 4.2 disajikan karakteristik karyawan bagian penjualan tiket biro perjalanan meliputi umur, masa kerja, pengetahuan, sikap, lama terpapar dengan komputer dan jarak monitor dengan mata di Kota Medan.

Karyawan bagian tiket lebih banyak berumur di bawah atau sama dengan 28 tahun 56 orang (56%) selebihnya berumur di atas 28 tahun 41 orang (44%). Karyawan telah bekerja lebih banyak di bawah 5 tahun 60 orang (609%), selebihnya di atas atau sama dengan 5 tahun. Pengetahuan karyawan tentang radiasi, dampak terhadap kesehatan dan upaya pencegahannya paling banyak baik 84 orang (84%), paling sedikit 7 orang (7%). Sikap tentang dampak dan pencegahan radiasi komputer paling banyak baik 64 orang (64%) dan paling sedikit kurang 4 orang (4%). Lama terpapar dengan komputer paling banyak di atas 8 jam 60 orang (60%), selebihnya di bawah atau sama dengan 8 jam 40 orang (40%). Jarak mata ke layar monitor ideal minimal 50 cm paling banyak tidak memenuhi syarat 90 orang (90%), selebihnya memenuhi syarat 10 orang (10%).


(66)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan

No Karakteristik Responden n %

Umur

1 ≤ 28 tahun 56 56

2 > 28 tahun 44 44

Total 100 100

No Masa Kerja

1 < 5 tahun 60 60

2 ≥ 5 tahun 40 40

Total 100 100

Pengetahuan

1 Kurang 7 7

2 Cukup 9 9

3 Baik 84 84

Total 100 100

Sikap

1 Kurang 4 4

2 Sedang 32 32

3 Baik 64 64

Total 100 100

Lama Terpapar dengan Komputer

1 > 8 jam 60 60

2 ≤ 8 jam 40 40

Total 100 100

Jarak Monitor dengan Mata

1 Tidak memenuhi syarat (<50 cm) 90 90

2 Memenuhi syarat (50 cm) 10 10


(67)

4.2.1.2. Distribusi Kelelahan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu, dan Radiasi Non Peng-ion Komputer

Pada Tabel 4.3. diperoleh distribusi kategori kelelahan mata yang dialami karyawan bagian tiket biro perjalanan lebih banyak mengalami kelelahan mata (VFI ≥ 0,4) sebanyak 82 orang (82%), selebihnya 18 orang (18%) tidak mengalami kelelahan mata (VFI <0,4). Intensitas cahaya dalam ruangan kerja karyawan pada 100 lux lebih banyak tidak memenuhi syarat 83 orang (83%), selebihnya 17 orang (17%) memenuhi syarat. Suhu dalam ruangan kerja pada 180C sampai dengan 260C menggunakan Thermometer lebih banyak memenuhi syarat 89 orang (89%), selebihnya 11 orang (11%) tidak memenuhi syarat. Radiasi non peng-ion yang diukur menggunakan electromagnetic field di depan komputer lebih banyak tidak memenuhi syarat (>0,5mT) 78 orang (78%), selebihnya 22 orang (22%) memenuhi syarat (≤0,5 mT).


(1)

Lampiran 6 Pengolahan Data Uji Regresi Logistik Berganda

Logistic Regression Tahap I

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 100 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 100 100.0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value Mengalami

kelelahan mata 0

Tidak mengalami

kelelahan mata 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b)

Observed

Predicted

Kategori kelelahan mata

Percentage Correct Mengalami

kelelahan mata

Tidak mengalami

kelelahan mata

Mengalami kelelahan

mata Step 0 Kategori kelelahan

mata

Mengalami

kelelahan mata 82 0 100.0

Tidak mengalami

kelelahan mata 18 0 .0

Overall Percentage 82.0

a Constant is included in the model. b The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


(2)

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Masa_Kerja 13.053 1 .000

Pengetahuan 7.337 1 .007

Sikap 4.230 1 .040

Lama_terpapar 21.861 1 .000

Jarak_monitor 13.279 1 .000

Intensitas_cahaya 7.422 1 .003

Suhu_ruangan 15.029 1 .000

Radiasi_Non_Peng-ion

10.029 1 .002

Overall Statistics 47.914 8 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 53.755 8 .000

Block 53.755 8 .000

Model 53.755 8 .000

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 40.524(a) .416 .681

a Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table(a)

Observed Predicted

Kategori kelelahan mata

Percentage Correct

Mengalami kelelahan

mata

Tidak mengalami

kelelahan mata

Mengalami kelelahan

mata Step 1 Kategori

kelelahan mata

Mengalami kelelahan

mata 77 5 93.9

Tidak mengalami

kelelahan mata 6 12 66.7

Overall Percentage 89.0


(3)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1(a)

Masa Kerja

1.608 1.250 1.656 1 .198 4.994

Pengetahuan -0.394 .854 .212 1 .645 .675

Sikap -0.234 .841 .077 1 .781 .792

Lama terpapar 3.351 1.296 6.679 1 .010 28.518

Jarak monitor 3.255 1.215 7.178 1 .007 25.924

Intensitas cahaya -3.240 1.206 6.027 1 .009 19.835

Suhu ruangan 3.188 1.310 3.536 1 .030 16.124

Radiasi Non Peng-ion

3.424 1.486 5.313 1 .001 30.699

Constant -13.164 8.031 3.993 1 .044 .000

a Variable(s) entered on step 1: Masa_Kerja, Pengetahuan, Sikap, Lama_terpapar, Jarak_monitor, Intensitas_cahaya, Suhu_ruangan, Radiasi_ Non_Peng-ion.

Logistic Regression Tahap II

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in Analysis 100 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 100 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 100 100.0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value Mengalami

kelelahan mata 0

Tidak mengalami


(4)

Block 0: Beginning Block

Classification Table(a,b)

Observed Predicted

Kategori kelelahan mata

Percentage Correct

Mengalami kelelahan

mata

Tidak mengalami

kelelahan mata Step 0 Kategori kelelahan

mata

Mengalami

kelelahan mata 82 0 100.0

Tidak mengalami

kelelahan mata 18 0 .0

Overall Percentage 82.0

a Constant is included in the model. b The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -1.516 .260 33.938 1 .000 .220

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Lama_terpapar 21.861 1 .000

Jarak_monitor 13.279 1 .000

Intensitas_cahaya 7.422 1 .003

Suhu_ruangan 15.029 1 .000

Radiasi_Non_Peng_ion

10.029 1 .002

Overall Statistics 49.458 5 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 52.732 5 .000

Block 52.732 5 .000


(5)

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 38.671(a) .436 .724

a Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Table(a)

Observed Predicted

Kategori kelelahan mata

Percentage Correct

Mengalami kelelahan

mata

Tidak mengalami

kelelahan mata Step 1 Kategori

kelelahan mata

Mengalami kelelahan

mata 77 5 93.9

Tidak mengalami

kelelahan mata 6 12 66.7

Overall Percentage 87.0

a The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Lama terpapar 4,552 1.052 7.953 1 0,005 26,857

Jarak monitor 4,073 1.130 8.548 1 0,003 21,770

Intensitas Cahaya 3,964 1.073 8.255 1 0,006 18,863

Suhu ruangan 2,978 1.118 5.732 1 0,010 15,519

Radiasi Non Peng-ion

4,627 1.265 6.659 1 0,000 27,342

Constant -11,691 6.492 5.887 1 0,026 .000

a Variable(s) entered on step 1: Lama_terpapar, Jarak_monitor, Intensitas_cahaya, Suhu_ruangan, Radiasi_ Non_Peng-ion.


(6)