Pewarna alami Zat pewarna

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adapun tujuan penambahan bahan tambahan pangan BTP secara umum adalah untuk :  Meningkatkan nilai gizi makanan,  Memperbaiki nilai estetika dan sensori makanan, dan  Memperpanjang umur simpan shelf life makanan. Saparinto dan Hidayati, 2006.

2.2 Zat pewarna

Warna merupakan nama umum untuk semua pengindraaan yang berasal dari aktivitas retina mata. Jika cahaya mencapai retina, mekanisme saraf mata menanggapi, salah satunya memberi sinyal warna. Cahaya adalah energi radiasi dengan rentang panjang gelombang sekitar 400 – 800 nm Deman, 1997. Warna makanan memiliki peran penting pada makanan yang dihidangkan. Selain memiliki daya tarik yang dapat dinikamati oleh indra penglihatan, warna berperan penting dalam membentuk cita rasa makanan. Warna makanan berasal dari beberapa sumber, masing – masing adalah sebagai berikut : a. Warna makanan yang berasal dari penambahan zat warna sintetis. b. Warna makanan yang berasal dari reaksi pencokelatan atau browning. c. Warna makanan yang berasal dari pigmen tanaman dan bahan asli tanaman Pitojo dan Zumiati, 2009.

2.2.1 Pewarna alami

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi karoteniod, riboflavin, dan kobalamin, bumbu kunir dan paprika atau pemberi rasa karamel ke bahan olahannya Saparinto dan Hidayati, 2006. Warna makanan disebabkan oleh pigmen alam atau pewarna yang ditambahkan. Pigmen alam adalah segolongan senyawa yang terdapat dalam produk yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Pigmen alam mencakup pigmen yang sudah terdapat dalam makanan dan pigmen yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terbentuk pada pemanasan, penyimpanan, atau pemrosesan Deman, 1997. Pewarna alami dapat diperoleh dengan jalan ekstraksi maupun melalui cara yang lain, yang ditangani oleh pabrikan, secara legal, diawasi dan mendapatkan izin dari pemerintah. Pewarna nabati adalah pewarna alami yang diperoleh dari tumbuh – tumbuhan atau tanaman. Sama halnya dengan pewarna sintetis, penggunaaan pewarna alami pada bahan pangan perlu mengikuti petunjuk yang telah ada. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 772MenkesPerIX88, yang berisi tentang beberapa pewarna alami natural colour yang diizinkan oleh pemerintah, memuat perihal nama zat pewarna di Indonesia, nama asing, nama makanan yang bersangkutan Pitojo dan Zumiati, 2009. Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan, diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavanoid, tannin, betalain, quinon dan xanthon, serta karotenoid Saparinto dan Hidayati, 2006. Tabel 2.1. Sifat – sifat dari Beberapa Bahan Pewarna Alami Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas Karamel Cokelat gula dipanaskan Air Stabil Anthosianin Jingga merah biru Tanaman Air Peka terhadap panas dan Ph Flavonoid tanpa kuning Tanaman Air stabil terhadap panas Leucoantho sianin tidak bewarna Tanaman Air stabil terhadap panas Tannin tidak bewarna Tanaman Air stabil terhadap panas Batalain kuning, merah Tanaman Air sensitif terhadap panas Quinon kuning – hitam Tanaman Air stabil terhadap panas Xanthon Kuning Tanaman bakteria lumut Air stabil terhadap panas Karotenoid tanpa kuning dan Tanaman hewan Lipida stabil terhadap panas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merah Klorofil hijau, cokelat Tanaman Lipida dan air sensitif terhadap panas Heme merah, cokelat Air sensitif terhadap panas Sumber: Saparinto dan Hidayati 2006 pada buku analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan edisi kedua.

2.2.2 Pewarna sintetis