UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yellow kemungkinan akan dipecah oleh reduksi  azo-usus.  Urin juga didominasi  produk  azo-reduksi  sulphanilic  asam,  asam  1-amino-2-
naftol-6-sulfonat, dan bentuk bentuk N-asetilasi Anonim, 2009 Beberapa  penelitian  mencatat  adanya  kandungan  amina
aromatik  unsulphonated  didalam  pewarna  Sunset  yellow  dengan konsentrasi sampai 100 mg  kg. Meskipun beberapa amina aromatik
mungkin  terkait  dengan  genotoxicity  atau  bahkan  carcinogenicity, peneliti  mencatat  bahwa  Sunset  yellow  menunjukkan  hasil  yang
negatif  pada  genotoxicity  secara  in  vitro  juga  seperti  dalam  studi carcinogenicity  jangka  panjang.  Peneliti  menyimpulkan  bahwa
potensi  genotoxicity  Sunset  yellow  telah  sepenuhnya  diteliti  baik secara  in  vitro  dan  in  vivo,  dan  tidak  ada  indikasi  adanya  potensi
genotoksik pada pewarna Sunset yellow atau metabolitnya Anonim, 2009.
Sebuah  penelitian  McCann  et  al  melakukan  uji  pada  bahan tambahan  makanan  menyimpulkan  bahwa  paparan  dalam  makanan
untuk  dua  campuran  dari  empat  warna  sintetik  ditambah  pengawet natrium  benzoat,  Mix  A  dan  Mix  B,  keduanya  mengandung  Sunset
yellow  mengakibatkan  hiperaktif  meningkat  pada  umur  3  tahun,  8 tahun dan  anak-anak  yang  berusia 9 tahun pada populasi.  Anonim,
2009. Batas  normal  pewarna  Sunset  yellow  yang  diizinkan  oleh
Pemerintah  Indonesia  berdasarkan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  RI Nomor  :722MEN.KES.PERIX88  Tentang  Bahan  Tambahan
Makanan adalah 70 µgmL produk siap dikonsumsi untuk minuman dan  makanan  cair  Departemen  Kesehatan  RI,  1988.  Sedangkan
berdasarkan WHO adalah ADI 0 – 2,5 mgkg. Sedangkan LD
50
dari Sunset yellow 5000mgKg pada tikus Anonim, 2008.
2.3 Minuman sirup
Menurut  Departemen  Perindustrian  1977  sirup  ialah  minumam  gula sakrosa  pekat  yang  dipergunakan  sebagai  bahan  minuman  dengan    tanpa
ditambahkan asam antara lain asam sitrat, asam tartrat atau asam laktat, juga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
aroma dan zat warna. Sirup dapat dibuat dari gula alami tebu dan bit dan gula sintetik sakarin, siklamat, aspartam dan sorbitol. Hubies, dkk., 1994.
Sirup  dikatakan  baik  jika  larutannya  kental  alami  tanpa  penambahan pengental,  mempunyai  rasa  manis  alami,  diolah  dan  dikemas  secara  aseptik
dan  mempunyai  warna  yang  baik  menggunakan  pewarna  makanan    food colour Hubies, dkk., 1994.
Komponen  utama  pembuatan  sirup  antara  lain  gula  alami:  sukrosa, glukosa  dan  fruktosa.  Sedangakan  sintetik:  sorbitol,  aspartam  dan  sakarin,
pewarna, flavor dan air. Bahan aditif seperti asam sitrat dan CMC tetapi tidak selalu digunakan tergantung kebutuhan Hubies, dkk., 1994.
Cara pembuatan sirup yaitu dengan cara: a.  Memilih buah yang telah tua, segar dan yang masak kemudian dicuci,
b.  Buah dipotong menjadi 4 bagian, c.  Buah diparut hingga menjadi bubur,
d.  Ditambahkan  air,  gula  pasir,  natrium  benzoat,  asam  sitrat  dan  garam dapur,
e.  Diaduk sampai rata, f.  Campuran  dipanaskan  hingga  mendidih  dan  biarkan  sampai  agak
mengental, g.  Dalam  keadaan  panas  disaring  kemudian  didinginkan  setelah  dingin
segera dimasukkan kedalam botol Margono, dkk., 2000
2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT
Kromatografi  Cair  Kinerja  Tinggi  KCKT  atau  juga  biasanya  disebut dengan  HPLC  High  Performance  Liquid  Chromatograhpy  dikembangkan
pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik  pemisahan  yang  diterima  secara  luas  untuk  analisis  dan  pemurnian
senyawa  tertentu  dalam  suatu  sampel  pada  sejumlah  bidang,  antara  lain: farmasi,  lingkungan,  bioteknologi,  polimer,  dan  industri  -  industri  makanan
Rohman dan Gandjar, 2007. Kegunaan  umum  KCKT  adalah  untuk:  pemisahan  sejumlah  senyawa
organik,  anorganik,  maupun  senyawa  biologis;  analisis  ketidakmurnian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
impurities;  analisis  senyawa –  senyawa  yang  tidak  mudah  menguap  non  -
volatil;  penentuan  molekul –  molekul  netral,  ionik  maupun  zwitter  ion;
pemisahan  senyawa – semyawa yang strukturnya hampir sama dan lain- lain.
KCKT  merupakan  metode  yang  tidak  destruktif  dan  dapat  digunakan  baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif Rohman dan Gandjar, 2007.
Keuntungan  KCKT  menawarkan  beberapa  keuntungan  dibanding  dengan kromatografi cair klasik, antara lain kolom bisa digunakan kembali dan  cepat:
waktu  analisis  umumnya  kurang  dari  1  jam.  Banyak  analisis  yang  dapat diselesaikari  sekitar  15-30  menit.  Untuk  analisis  yang  tidak  rumit
uncomplicated, waktu analisis kurang dari 5 menit bisa dicapai Putra, 2004. Keterbatasan  metode  KCKT  adalah  jika  digunakan  untuk  identifikasi
senyawa  harus  menggunakan  standar  atau  pembanding,  kecuali  jika  KCKT dihubungkan  dengan  spektrofotometer  massa  MS  Rohman  dan  Gandjar,
2007.
2.4.1 Cara kerja KCKT
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat – zat terlarut
terpisah  oleh  perbedaan  kecepatan  elusi,  dikarenakan  zat  terlarut  ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan zat terlarut ini diatur oleh
distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair  secara  luas  terhadap  suatu  masalah  yang  dihadapi  membutuhkan
penggabungan  secara  tepat  dari  berbagai  macam  kondisi  operasional seperti kolom, kecepatan alir fase  gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel
Rohman dan Gandjar, 2007. Untuk  memilih  kombinasi  kondisi  kromatografi  yang  terbaik,  maka
dibutuhkan  pemahaman  yang  mendasar  tentang  berbagai  macam  faktor yang  mempengaruhi  pemisahan  kromatografi  cair  Rohman  dan  Gandjar,
2007.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.2 Komponen instrument KCKT
Instrument  KCKT  pada  dasarnya  terdiri  dari  beberapa  komponen pokok,  yaitu  pompa,  injektor,  guard  kolom,  kolom,  detektor,  perekam
rekorder dan integrator. Rekorder
Pompa kolom
Gambar 3. Diagram Alir Alat KCKT Anonim, 2007 a.  Pompa
Pompa  digunakan  untuk  menjamin  proses  penghantaran  fase  gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan.
Syarat  pompa  yang  baik  untuk  KCKT  yaitu  pompa  harus  inert  terhadap fase  gerak,  mampu  memberikan  tekanan  sampai  5000psi  dan  mampu
mengalirkan  fase  gerak  dengan  kecepatan  alir  3  mLmenit.  Bahan  yang umum  yang  dipakai  untuk  pompa  adalah  gelas,  baja  tahan  karet,  teflon,
dan batu nilam Rohman dan Gandjar, 2007. b.  Injektor
Kegunaan injektor adalah tempat untuk memasukkan sampel – sampel
cair  atau  larutan  secara  langsung  kedalam  fase  gerak  yang  mengalir dibawah tekanan menuju kolom Rohman dan Gandjar, 2007.
c.  Detektor Suatu  detektor  dibutuhkan  untuk  mendeteksi  adanya  komponen
sampel  di  dalam  kolom  analisis  kualitatif  dan  menghitung  kadamya analisis  kuantitatif.Detektor  yang  baik  memiliki  sensitifitas  yang  tinggi,
Pelarut
Injektor Detektor
Limbah pelarut
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gangguan  noise  yang  rendah,  respons  linier  yang  luas,  dan  memberi respons  untuk  semua  tipe  senyawa.  Sensitifitas  yang  rendah  terhadap
aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh Putra, 2004.
Adapun jenis detektor pada KCKT yang sering digunakan antara lain:   Detektor Spektrofotometri UV-Vis
Detektor ini didasarkan pada adanya penyerapan radiasi ultraviolet UV  dan  sinar  tampak  Vis  pada  kisaran  panjang  gelombang  190
– 800 nm  Rohman dan Gandjar, 2007.
  Detektor Fluoresensi Fluoresensi  merupakan  fenomena  luminisensi  yang  terjadi  ketika
suatu  senyawa  menyerap  sinar  UV  atau  visibel  lalu  mengemisikannya pada panjang gelombang yang lebih besar. Keunggulan dari detektor ini
adalah  bahwa  detektor  ini  lebih  sensitif  dan  selektif.  Sedangkan kelemahan dari detektor  ini adalah terkait dengan rentang linieritasnya
yang sempit yakni antara 10 – 100 Rohman dan Gandjar, 2007.
  Detektor indeks bias Detektor  ini  merupakan  detektor  yang  bersifat  universal  yang
mampu  memberikan  respon  signal  pada  setiap  zat  terlarut.  Detektor ini  akan  merespon  setiap  perbedaan  indeks  bias  antara  analit  zat
terlarut dengan pelarutnya fase gerak. Kelemahan utama detektor ini adalah  bahwa  ineks  bias  dipengaruhi  oleh  suhu,  oleh  karena  itu  suhu
fase  gerak,  kolom  dan  detektor  harus  dikendalikan  secara  seksama. Penggunaan  detektor  ini  terutama  untuk  senyawa  yang  tidak  memiliki
gugus kromofor Rohman dan Gandjar, 2007. d.  Guard kolom
Guard  kolom  bertindak  sebagai  filter  kimia  untuk  menahan  material yang mungkin dapat merusak atau menyumbat kolom yang berakhir pada
memendeknya umur kolom. e.  Kolom
Kolom  merupakan  jantung  dari  kromotografi  karena  berhasil  atau gagalnya  suatu  analisis  tergantung  pada  pemilihan  kolom  dan  kondisi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
percobaan  yang  sesuai  yang  berfungsi  untuk  memisahkan  masing –
masing komponen. Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan  pada  temperatur  kamar,  tetapi  bisa  juga  digunakan
temperatur lebih tinggi Putra, 2004. f.  Komputer, integrator, dan rekorder
Alat  pengumpul  data  seperti  komputer,  integrator,  atau  rekorder dihubungkan  dengan  detektor.  Alat  ini  akan  mengukur  sinyal  elektronik
yang  dihasilkan  oleh  detektor  lalu  memplotkannya  sebagai  suatu kromatogram  yang  selanjutnya  dapat  dievaluasi  oleh  seorang  analis
Rohman dan Gandjar, 2007.
2.4.3 Teknik pemisahan dalam KCKT
Sistem  isokratik  yaitu  suatu  teknik  pemisahan  dimana  selama  proses analisis  berlangsung,  fase  gerak  atau  komposisi  fase  gerak  tidak  berubah
yang berarti polaritasnya juga tetap. Sedangkan  sistem  gradient  adalah  suatu  teknik  pemisahan  dimana
selama analisis berlangsung komposisi fase gerak berubah secara periodik. Teknik  ini  dilakukan  dengan  tujuan  memisahkan  campuran  dengan
polaritas yang sangat beragam.
2.4.4 Metode analisis dalam KCKT
Metode  analisis  KCKT  dapat  dilakukan  secara  kualitatif  dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan cara yang terbaik adalah dengan
menggunakan metode waktu retensi :
Keterangan :   t
Ri
= waktu retensi komponen zat t
Rst
= waktu retensi standar Data  waktu  retensi  khas  tetapi  tidak  spesifik,  artinya  terdapat  lebih  dari
satu  komponen  zat  yang  mempunyai  waktu  retensi  yang  sama  Rohman dan Gandjar, 2007.
Analisis  kuantitatif  memiliki  tahapan  adalah  sebagai  berikut  : membuat  spektrum  serapan  komponen
–  komponen  yang  ada  dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sampel, mencari panjang gelombang optimum untuk campuran komponen zat  dalam  sampel,  dan  mencari  fase  gerak  yang  sesuai  agar  komponen
– komponen tersebut terpisah Rohman dan Gandjar, 2007.
Dasar  perhitungan  kuantitatif  untuk  suatu  komponen  yang  dianalisis adalah  mengukur  luas  puncaknya.  Ada  beberapa  metode  yang  dapat
digunakan, yaitu : a.  Baku luar Baku eksternal
Metode  kuntitatif  yang  paling  umum  untuk  menetapkan konsentrasi senyawa yang tidak diketahui konsentrasinya dalam suatu
sampel adalah dengan menggunakan plot kalibrasi menggunakan baku eksternal.  Larutan
–  larutan  ini  ditunjuk  sebagai  larutan  eksternal karena larutan
– larutan ini disiapkan dan dianalisa secara terpisah dari kromatogram senyawa tertentu  yang ada dalam sampel. Sampel  yang
mengandung  senyawa  tertentu  yang  akan  ditetapkan  konsentrasinya dan  telah  disiapkan,  selanjutnya  diinjeksikan  dan  dianalisis  dengan
cara yang sama Rohman dan Gandjar, 2007. Senyawa  atau  senyawa-senyawa  yang  akan  ditetapkan  kadarnya,
idealnya jumlah baku sama dengan jumlah bahan yang akan dianalisis, selanjutnya membandingkan kromatogram baku dengan kromatogram
sampel Putra, 2004.
Keterangan : Cs = konsentrasi sampel
Cst = konsentrasi standar As = luas puncak sampel
Ast = luas puncak standar Bila  bekerja  dengan  metoda  ini,  respons  detektor  harus  linier
untuk  setiap  senyawa  pada  kisaran  range  konsentrasi  yang digunakan,  dan  juga  kita  harus  menginjeksikan  bila  secara  manual
jumlah  yang  sama  untuk  setiap  komponen  pada  kedua  kromatografi, sehingga  berhasilnya  operasi  dari  metoda  ini  tergantung  pada
kemampuan  menginjeksi  sampel  dengan  presisi  yang  bagus  Putra, 2004.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b.  Baku dalam Baku internal Baku  internal  merupakan  senyawa  yang  berbeda  dengan  analit,
meskipun  demikian  senyawa  ini  harus  terpisah  dengan  baik  selama proses pemisahan Rohman dan Gandjar, 2007.
Pada  metode  ini  pada  sampel  ditambahkan  zat  tertentu konsentrasi
yang diketahui.
Kromatogram yang
diperoleh dibandingkan  dengan  kromatogram  sampel  atau  campuran  senyawa
dalam sampel Putra, 2004. Baku  inetrnal  dapat  menghilangkan  pengaruh  karena  adanya
perubahan –  perubahan  pada  ukuran  sampel  atau  konsentrasi  karena
variasi instrumen Rohman dan Gandjar, 2007. Selain itu, metoda ini mempunyai  keuntungan  dibanding  dengan  metoda  baku  luar  karena
metode  ini  mengkompensasi  variasi  volume  injeksi  dan  juga  untuk perubahan  yang  kecil  dari  sensitivitas  detektor  yang  bisa  terjadi
karena  itu  tidak  perlu  menginjeksi  dalam  jumlah  yang  sama  setiap waktu, maka metoda ini biasanya mempunyai presisi  yang lebih baik
dari pada menggunakan baku luar Putra, 2004.
2.5 Validasi metode
Validasi  metoda  analisis  adalah  suatu  tindakan  penilaian  terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. a.  Uji kesesuaian Sistem
Sebelum  digunakan  sistem  harus  diuji  terlebih  dahulu  agar  dapat menjamin  bahwa  metode  tersebut  dapat  menghasilkan  akurasi  dan
presisi  yang  dapat  diterima.  Parameter –  parameter  yang  digunakan
meliputi bilangan lempeng teori N, resolusi, HETP height equivalent to a theoretical plate dan koefisien variasi KV atau simpangan data
relatif RSD Rohman dan Gandjar, 2007.
b.  Akurasi kecermatan Kecermatan  adalah  ukuran  yang  menunjukkan  derajat  kedekatan
hasil  analis  dengan  kadar  analit  yang  sebenarnya.  Kecermatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dinyatakan sebagai persen perolehan kembali recovery. Ada tiga cara untuk  menentukan  akurasi,  yaitu  metode  perbandingan  terhadap
standar  acuan,  metode  simulasi  atau  spiked  placebo  recovery  dan metode  penambahan  bahan  baku  atau  standard  addition  method.
Persen  perolehan  kembali  dinyatakan  sebagai  rasio  antara  hasil  kadar yang diperoleh dengan kadar yang sebenarnya Harmita, 2004.
c.  Presisi Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian
antara hasil uji individual,  diukur melalui penyebaran hasil individual dari  rata-rata  jika  prosedur  diterapkan  secara  berulang  pada  sampel-
sampel  yang  diambil  dari  campuran  yang  homogen.  Presisi  diukur sebagai  simpangan  baku  atau  simpangan  baku  relatif  atau  koefisien
variasi 2 atau kurang Harmita, 2004. Keseksamaan
dapat dinyatakan
sebagai keterulangan
repeatability  atau  ketertiruan  reproducibility.  Keterulangan  adalah keseksamaan  metode  jika  dilakukan  berulang  kali  oleh  analis  yang
sama  pada  kondisi  sama  dan  dalam  interval  waktu  yang  pendek. Ketertiruan  adalah  keseksamaan  metode  jika  dikerjakan  pada  kondisi
yang berbeda Harmita, 2004. d.  Selektivitas spesifikasi
Selektivitas  atau  spesifisitas  adalah  suatu  metode  kemampuannya yang  hanya  mengukur  zat  tertentu  saja  secara  cermat  dan  seksama
dengan  adanya  komponen  lain  yang  mungkin  ada  dalam  matriks sampel.  Selektivitas  seringkali  dapat  dinyatakan  sebagai  derajat
penyimpangan  degree  of  bias  metode  yang  dilakukan  terhadap sampel  yang  mengandung  bahan  yang  ditambahkan  berupa  cemaran,
hasil  urai,  senyawa  sejenis,  senyawa  asing  lainnya,  dan  dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang
ditambahkan.  Pada  metode  analisis  dengan  kromatografi,  selektivitas ditentukan  melalui  resolusinya  Rs.  Pemisahan  kromatogram  yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
baik  diperoleh  bila  nilai  resolusinya  lebih  besar  dari  1,5  Harmita, 2004.
e.  Linearitas dan rentang Linearitas  adalah  kemampuan  metode  analisis  yang  memberikan
respon  yang  secara  langsung  atau  dengan  bantuan  transformasi matematik  yang  baik,  proporsional  terhadap  konsentrasi  analit  dalam
sampel.  Rentang  metode  adalah  pernyataan  batas  terendah  dan tertinggi  analit  yang  sudah  ditunjukkan  dapat  ditetapkan  dengan
kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima Harmita, 2004.
f.  Batas deteksi dan batas kuatitasi LOD dan LOQ Batas  deteksi  adalah  jumlah  terkecil  analit  dalam  sampel  yang
dapat  dideteksi  yang  masih  memberikan  respon  signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji
batas.  Batas  kuantitasi  merupakan  parameter  pada  analisis  renik  dan diartikan  sebagai  kuantitas  terkecil  analit  dalam  sampel  yang  masih
dapat  memenuhi  kriteria  cermat  dan  seksama.  Batas  deteksi  dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dan
kurva.  Nilai  pengukuran  akan  sama  dengan  nilai  b  pada  persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan
simpangn baku residual Syx Harmita, 2004.
2.6 Teknik sampling